April 2025 ~ Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Pentingnya Ketetapan Allah

 

📖 Bilangan 9

Ketetapan adalah bentuk kasih Allah yang nyata. Sama seperti peraturan dibuat untuk menjaga keteraturan dan melindungi kebaikan bersama, demikian juga ketetapan Allah dibuat untuk menuntun umat-Nya agar hidup terarah, teratur, dan berkenan kepada-Nya.

Di Padang Gurun Sinai, TUHAN memberi perintah kepada Musa agar umat Israel merayakan Paskah (ay. 1–3). Paskah adalah perayaan yang amat penting — pengingat bahwa Allah telah membebaskan mereka dari perbudakan Mesir. Musa dan umat pun menaati perintah itu tanpa kompromi (ay. 4–5). Mereka melakukan tepat seperti yang diperintahkan TUHAN, pada waktu dan cara yang sudah ditentukan.

Namun, ada sebagian orang yang najis karena menyentuh mayat, sehingga merasa tidak layak merayakan Paskah (ay. 6–7). Mereka tidak tinggal diam, melainkan datang kepada Musa dan Harun. Yang menarik, Musa tidak langsung memberi keputusan pribadi. Ia membawa perkara itu kepada TUHAN (ay. 8). Hasilnya, TUHAN memberikan ketetapan lanjutan yang menunjukkan kemurahan-Nya — orang najis tetap boleh merayakan Paskah, tapi di waktu yang berbeda (ay. 9–14).

📌 Ketetapan Allah Adalah Anugerah

Kisah ini menegaskan bahwa ketetapan Allah bukan sekadar aturan kaku, melainkan cerminan kasih dan perhatian-Nya. Ia menetapkan sesuatu bukan untuk membatasi, melainkan membimbing. Bahkan dalam ketetapan-Nya, ada ruang bagi belas kasih dan pemulihan.

Ketetapan Allah juga menuntun kita kepada hidup yang penuh makna. Hidup ini bukan hanya tentang menerima anugerah-Nya, tetapi juga tentang menanggapi-Nya dalam ketaatan dan pengutusan. Kita hidup bukan hanya untuk menikmati, tetapi juga untuk melaksanakan misi-Nya — menjadi terang, menyebarkan kabar baik, dan menjadi berkat bagi sesama.

Maka, jangan remehkan ketetapan Allah dalam hidup kita. Jadikanlah firman-Nya sebagai pedoman utama dalam setiap keputusan, seperti yang dilakukan Musa. Ketika kita taat pada firman-Nya, kita hidup dalam kehendak-Nya dan memberi dampak bagi dunia di sekitar kita.

📖 “Berbahagialah orang yang hidupnya tidak bercela, yang hidup menurut Taurat TUHAN.”

(Mazmur 119:1)

Share:

Pelayan Allah sebagai Penerang

 

📖 Bilangan 8

Pelayan Allah adalah orang-orang yang dipilih, dikhususkan, dan diutus untuk melayani Allah serta umat-Nya. Sebagai pelayan, mereka dipanggil untuk hidup kudus, tak bercacat, dan menjadi terang di tengah umat.

Suku Lewi menjadi contoh nyata tentang hal ini. Mereka dipisahkan dari suku-suku lain untuk melayani TUHAN secara penuh. Namun, sebelum melayani di Kemah Pertemuan, mereka harus menjalani serangkaian tahapan penyucian: mentahirkan diri (ay. 7–9), menerima penumpangan tangan dari umat (ay. 10), mempersembahkan diri kepada TUHAN (ay. 11), mempersembahkan korban bakaran (ay. 12), dan mengakui diri sebagai milik TUHAN sepenuhnya (ay. 14).
Hanya setelah melewati semua itu, mereka diperbolehkan menjalankan tugas di Kemah Suci (ay. 15).

Proses ini mengajarkan kita bahwa menjadi pelayan Allah bukanlah hal yang ringan. Pelayanan menuntut penyerahan total, kekudusan hidup, dan kesediaan untuk dibentuk oleh tangan Allah. Hati yang sungguh-sungguh adalah dasar utama pelayanan sejati.

📌 Dipanggil Menjadi Terang

Hari ini, setiap orang Kristen yang telah ditebus oleh darah Kristus adalah pelayan Allah. Kita dipanggil untuk hidup berbeda dari dunia: dipisahkan, dikuduskan, dan dipersembahkan untuk kemuliaan-Nya. Status kita di dunia — apakah kita karyawan, pelajar, pemimpin, atau pelayan gereja — tidak mengubah identitas kita sebagai pelayan Allah.

Karena itu, marilah kita mengerjakan setiap tugas dengan sungguh-sungguh sebagai ungkapan syukur kepada Dia yang memanggil kita. Jangan remehkan pelayanan yang dipercayakan, sebab melalui kesetiaan kecil, Allah menyatakan terang-Nya kepada dunia.

Jagalah kekudusan hidup kita. Persembahkan diri setiap hari kepada Allah, sebab pekerjaan yang kita lakukan bagi-Nya adalah sarana untuk memuliakan nama-Nya dan menjadi berkat bagi sesama. Ingatlah selalu: Roh Allah tinggal di dalam kita. Ia menerangi jalan kita dan menjadikan kita terang bagi jiwa-jiwa yang mencari jalan pulang kepada Bapa.

📖 "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi."

(Matius 5:14)

Share:

Pemimpin yang Menjadi Teladan

 

📖 Bilangan 7

Seorang pemimpin sejati adalah mereka yang dapat menjadi teladan bagi orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang benar tidak hanya berbicara tentang posisi atau kuasa, melainkan tentang keteladanan hidup yang sejalan dengan firman Tuhan.

Kita belajar dari Musa dan para pemimpin Israel saat Kemah Suci selesai didirikan. Mereka, bersama kaum keluarga, mempersembahkan kurban kepada TUHAN (ay. 1–3). Persembahan itu tidak asal-asalan, melainkan sesuai dengan ketetapan TUHAN yang disampaikan melalui Musa (ay. 4–9). Lalu, secara bergiliran, kedua belas kepala suku mempersembahkan korban untuk penahbisan Kemah Suci (ay. 12–88).

📌 Tiga Prinsip Kepemimpinan Ilahi

Dari kisah ini, kita menemukan tiga prinsip penting tentang kepemimpinan yang berkenan kepada Allah:

  1. Menjadi Teladan dalam Melayani Allah dan Umat-Nya
    Pemimpin harus terlebih dahulu mempersembahkan hidupnya kepada Allah sebelum memimpin orang lain. Tindakan pemimpin akan menjadi contoh nyata bagi umat.

  2. Memiliki Integritas yang Tinggi
    Pelayanan kepada Allah dan sesama harus dilakukan dengan hati yang bersih dan motivasi yang murni. Tanpa integritas, kepemimpinan akan rapuh.

  3. Menyadari Bahwa Allah Adalah Pemimpin Tertinggi
    Seorang pemimpin rohani harus senantiasa bergantung kepada Allah. Setiap keputusan yang diambil harus didasarkan pada doa dan permohonan hikmat dari-Nya.

Kepemimpinan Musa mencerminkan ketiga hal ini. Karakter dan keteladanan hidup Musa memengaruhi bangsa Israel, bahkan hingga generasi sesudahnya.

📌 Menjadi Teladan Hari Ini

Hari ini, entah kita menyadarinya atau tidak, setiap kita adalah pemimpin di lingkup kita masing-masing — di keluarga, di gereja, di tempat kerja, atau dalam komunitas. Tindakan kita sehari-hari berbicara lebih keras daripada kata-kata. Maka, kita perlu berhati-hati dalam perkataan, perbuatan, pola pikir, dan cara hidup.

Sebagaimana Musa, marilah kita menjadi pemimpin yang menunjukkan kasih Kristus, menjaga kekudusan hidup, dan memuliakan Tuhan melalui teladan kita. Dengan demikian, hidup kita akan menjadi kesaksian yang nyata di dunia ini — sebuah refleksi dari kasih dan kemuliaan Yesus Kristus.

Share:

Dikhususkan Bagi Allah

📖 Bilangan 6

Menjadi nazir Allah adalah sebuah panggilan yang mulia, tetapi juga berat. Tuntutannya tinggi dan menuntut disiplin keras. Seorang nazir dilarang makan atau minum sesuatu yang berasal dari buah anggur (ay. 3–4), tidak boleh mencukur rambutnya (ay. 5), dan tidak boleh menyentuh atau mendekati mayat, sekalipun itu keluarganya sendiri (ay. 6–7).

Setelah masa kenazirannya selesai, nazir akan mencukur rambutnya dan mempersembahkannya bersama korban di mezbah Tuhan (ay. 18). Rambut itu menjadi simbol seluruh hidup yang dipersembahkan kepada Allah — menjadi bau harum yang menyenangkan hati-Nya.

📌 Kristus: Nazir yang Sempurna

Yesus Kristus adalah Nazir dari segala nazir. Ia hidup tanpa cacat cela dan sepenuhnya dipersembahkan kepada Allah. Kesalehan-Nya penuh kasih. Ia berjanji tidak akan minum anggur sampai Kerajaan Allah tiba (Mat. 26:29), namun Ia mengubah air menjadi anggur untuk pesta sukacita (Yoh. 2:7–9). Ia menyentuh orang mati, bukan untuk menjadi najis, tetapi untuk membangkitkan mereka (Mrk. 5:41–42).

Melalui pengorbanan-Nya di salib, kita pun dikhususkan menjadi umat Allah — "suatu umat milik-Nya sendiri" (Tit. 2:14). Kita dipilih dan ditebus untuk menjadi saksi-saksi Kristus di dunia ini.

📌 Menjaga Hidup Kudus

Sebagai umat yang dikhususkan, kita harus berpantang dari segala keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup (1Yoh. 2:16). Kita tidak boleh mendekat kepada perbuatan-perbuatan daging (Gal. 5:19–21). Hidup kita, doa-doa kita, dan pelayanan kita harus menjadi bau harum bagi Allah.

Jika kita pernah gagal dalam menjaga kekudusan hidup, jangan menghukum diri sendiri berlebihan. Dalam aturan tentang nazir, orang yang gagal pun diberi kesempatan untuk memulai dari awal (ay. 9, 12). Jika Allah sendiri tidak menghukum kita, mengapa kita menghukum diri sendiri? Marilah kita bangkit kembali dan mempersembahkan hidup kita dengan penuh semangat bagi-Nya.


Mari Kita Berdoa

Terpujilah Bapa yang ada di surga.
Pagi ini aku bersyukur atas pertolongan-Mu dalam hidupku sepanjang malam.
Pagi ini, aku mohonkan berkat-Mu atas Bapak, Ibu, jemaat, dan saudara-saudariku semua.

Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam hidup kami.
Diberkatilah rumah tangga kami, anak-anak dan cucu-cucu kami, pekerjaan kami — sawah, ladang, perusahaan, studi, toko, usaha, kantor, dan semua yang kami kerjakan.

Berkati juga rumah kami, keluarga kami, pelayanan kami, gereja kami, majikan kami, dan calon pasangan hidup kami.

Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Mu mengalir melimpah dalam hidup kami.
Aku sadar, bertambahnya hari-hariku berarti bertambah pula hikmatku, agar kami tetap kuat, mengalami terobosan, dan berjalan dalam proses menuju keberhasilan di bawah pimpinan-Mu.

Jadilah kehendak-Mu atas hidup kami.

Amin! Tuhan Yesus memberkati.

Share:

Pujian Ibadah 27 April 2025

Share:

Jangan Bangkitkan Cemburu-Nya

 

📖 Bilangan 5:11–31

Allah adalah Pribadi yang memperhatikan kesetiaan dalam relasi, termasuk relasi suami dan istri. Dalam hukum Taurat, jika seorang suami mencurigai istrinya tidak setia, ia diizinkan membawa perkara itu kepada imam (ay. 11–15). Pemeriksaan dilakukan dengan serius dan sakral — termasuk pemberian kutuk dan berkat oleh imam (ay. 19–26). Jika terbukti bersalah, si istri akan mengalami sakit, perut mengembung, dan sistem reproduksinya terganggu (ay. 27). Hukuman ini menunjukkan betapa seriusnya pelanggaran kesucian pernikahan di mata Allah.

📌 Allah Tidak Bisa Diperdaya

Tidak ada satu pun yang tersembunyi dari Allah. Ia tahu pikiran dan maksud hati manusia. Maka, daripada menunggu "pengadilan ilahi", lebih baik kita datang dan mengaku dosa di hadapan-Nya sekarang juga. Bila hukuman dari Tuhan telah dijatuhkan, pintu pengampunan tertutup.

Hal yang sama berlaku dalam relasi kita dengan Kristus. Alkitab menggambarkan Yesus sebagai Mempelai Laki-laki dan gereja sebagai mempelai perempuan-Nya (Ef. 5:23). Ketika umat-Nya tidak menjadikan Dia yang terutama dalam hidup mereka, Allah pun cemburu. Tetapi tidak seperti manusia, kecemburuan Allah bersifat kudus dan tajam — karena Ia sanggup menilai pikiran dan niat hati setiap orang (Ibr. 4:12).

Mungkin hari ini kita mulai sadar bahwa hati kita telah menyimpang, baik terhadap pasangan hidup, atau terhadap Tuhan. Mari mengaku dengan jujur. Sebutkan dalam doa pikiran dan perasaan yang menjauhkan kita dari kasih yang sejati.

📌 Salib Menutup Segala Kutuk

Syukur kepada Allah, sebab melalui salib Kristus, hukuman dosa telah ditanggung oleh-Nya. Setiap kutuk telah dihapus dari hidup mereka yang percaya. Kita dapat kembali kepada-Nya tanpa rasa takut, dan memulai kembali relasi yang dipenuhi kasih dan kesetiaan.

Bersyukurlah — karena Allah yang kudus juga adalah Allah yang pengasih!

Share:

Selamat Tinggal Kenajisan dan Kejahatan


📖 Bilangan 5:1–10

Tahukah Anda? Pada abad ke-16 di Inggris, kata goodbye pertama kali diperkenalkan sebagai bentuk pendek dari ucapan berkat: "God be with ye" — Tuhan besertamu. Sebuah doa bagi orang yang ditinggalkan.

Dalam bacaan hari ini, TUHAN memerintahkan bangsa Israel untuk memisahkan orang-orang najis dan pelaku kejahatan dari komunitas umat-Nya. Orang yang menderita penyakit menajiskan harus pergi meninggalkan keluarganya, tidak tahu kapan bisa kembali. Ia hanya bisa berharap kepada mukjizat Tuhan. Sebaliknya, keluarga yang ditinggalkan hanya bisa berdoa, "Tuhan besertamu."

Bagi pelaku kejahatan, tersedia jalan pemulihan: kesadaran akan dosa, pengakuan, dan pembayaran ganti rugi (ay. 7). Setelah itu, ia dapat kembali ke tengah komunitas.

📌 Ucapkan Selamat Tinggal kepada Dosa

Kenajisan dan kejahatan memisahkan manusia dari Allah dan sesamanya, seperti yang terjadi di Taman Eden. Namun, jalan pulang kini terbuka. Yesus Kristus menanggung hukuman dosa kita di kayu salib dan membayar tebusan kesalahan kita. Karena itu, berlaku janji yang indah ini:

"Jika kita mengaku dosa kita, Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1Yoh. 1:9)

Hari ini, mari kita mengucapkan "selamat tinggal" kepada gaya hidup lama kita. Jangan menoleh ke belakang, sekalipun ada hal-hal yang terasa menghibur dari masa lalu itu. Tinggalkan semua hubungan yang menajiskan dan semua jalan hidup yang merusak.

Kembangkan relasi baru bersama Tuhan dan umat-Nya. Putuskan hari ini dengan siapa Anda akan berjalan selamanya—dengan Allah dan sesama yang tahir di dalam Kristus.

Ke mana pun kita melangkah, yakinlah: "Kebaikan dan kasih setia belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku." (Mzm. 23:6)

Share:

Bertetangga dengan Tuhan

 

📖 Bilangan 3:1–51

Dalam dunia kerja, rotasi jabatan dan lokasi penugasan lazim dilakukan untuk penyegaran dan promosi. Namun, prinsip ini tidak berlaku bagi suku Lewi. Mereka menerima hak istimewa untuk melayani TUHAN sepanjang hidup mereka, tanpa rotasi tempat atau jabatan.

Sejak usia satu bulan, nama setiap anak suku Lewi dicatat (ay. 15). Mereka dipilih untuk menggantikan anak-anak sulung Israel yang seharusnya turut binasa dalam tulah terakhir di Mesir (ay. 12–13). Setiap kaum Lewi mendapatkan tugas spesifik: ada yang mengurus tirai Kemah Suci, ada yang menangani tiang dan patok, ada yang menjaga perkakas-perkakas suci. Tugas ini bersifat permanen.

Sebagai penghargaan, TUHAN menempatkan suku Lewi di area permukiman terbaik: di sekeliling Kemah-Nya. Mereka menjadi tetangga TUHAN sendiri—sebuah keistimewaan agung. Siapakah yang tidak ingin hidup sedekat itu dengan Allah?

📌 Mengatasi Kejenuhan dalam Pelayanan

Namun, bahkan dalam kemuliaan pelayanan, kejenuhan bisa melanda. Melayani dalam rutinitas yang berulang—kebaktian, kunjungan pastoral, konseling, upacara seremonial—bisa membuat hati menjadi tawar. Tidak semua orang berkesempatan mengalami rotasi pelayanan. Banyak hamba Tuhan yang melayani di satu tempat seumur hidupnya.

Dari mana kita mendapatkan kesegaran rohani saat kejenuhan datang? Dari mana kita memperoleh sukacita baru bila tidak ada objek wisata atau hiburan di sekitar kita?

Jawabannya: datanglah kepada Tuhan. Ia mengundang kita:

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Mat. 11:28)

Bila kita tinggal dekat dengan-Nya, kesegaran itu tersedia setiap saat. Seperti lirik lagu rohani, "Dia hanya sejauh doa." Seperti doa Daud:

"... aku akan tinggal dalam Rumah TUHAN sepanjang masa." (Mzm. 23:6)

Bertetangga dengan Tuhan berarti hidup dalam keintiman dengan-Nya—dan dalam hadirat-Nya, ada sukacita yang tak berkesudahan.

Share:

Kita Semua Bersaudara

 

📖 Bilangan 2:1–34

Mengapa Allah mengatur perkemahan bangsa Israel dengan begitu terperinci? Pada umumnya, karavan yang sedang mengembara membentuk pola melingkar atau persegi untuk melindungi diri dari serangan binatang buas atau perampok. Namun, bangsa Israel tidak perlu mengandalkan strategi manusia semata. Immanuel—Allah beserta kita—berdiam di tengah-tengah mereka.

Allah menempatkan suku-suku Israel mengelilingi Kemah Suci ke empat penjuru mata angin (ay. 3, 10, 18, 25), dengan Kemah Suci sebagai pusatnya (ay. 17). Dilihat dari ketinggian, formasi ini membentuk siluet sebuah palang. Salib ini, secara profetik, berbicara tentang kemenangan umat Allah yang dipimpin oleh Pribadi yang berdiam di antara mereka.

Tata letak itu juga menjadi sarana Allah untuk meleburkan berbagai suku yang berbeda-beda menjadi satu komunitas. Allah menanamkan prinsip saling percaya, saling mendukung, dan bekerja sama dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian. Prinsip yang sama juga kita lihat di dalam gereja mula-mula di Yerusalem (bdk. Kis. 2:41–47).

📌 Hidup dalam Kebersamaan

Allah membentuk umat-Nya untuk mengasihi dan melayani satu sama lain. Jadi, mengapa kita masih membeda-bedakan manusia berdasarkan status sosial, ekonomi, pangkat, atau bahkan tingkat spiritualitas?

Di era digital saat ini, manusia semakin terdorong menjadi soliter, menonjolkan diri, dan bergaul hanya dengan "kelompok" tertentu. Jika umat Allah hidup seperti itu, bagaimana dunia bisa melihat ekspresi salib Kristus di tengah-tengah kita?

Robohkan tembok pemisah di jemaat Anda. Mulailah dari diri Anda sendiri. Ingatlah, dalam Kristus:

"Tidak ada orang Yahudi atau Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." (Gal. 3:28)

Kita semua bersaudara. Allah tinggal di tengah-tengah persekutuan kita yang penuh kasih. Kiranya kasih-Nya menjadi tanda pengenal kita di dunia ini.

Share:

Terhitung sebagai Umat Tuhan

📖 Bilangan 1:1–54

Ketika Allah memerintahkan Musa untuk mengadakan sensus pertama atas bangsa Israel, mungkin banyak dari mereka bertanya-tanya tentang tujuan di balik perintah tersebut. Namun, dari penjelasan di dalam perikop ini, kita dapat memahami bahwa sensus ini difokuskan pada pria dewasa berusia dua puluh tahun ke atas yang sanggup berperang (ay. 1–3). Anak-anak remaja, meskipun kuat, tidak dihitung. Orang tua lanjut usia pun tetap dihitung jika masih mampu berperang. Suku Lewi sendiri dikecualikan, sebab mereka dikhususkan TUHAN untuk mengurus Kemah Suci (ay. 47–53).

Melalui sensus ini, Allah memperlihatkan bahwa umat-Nya dipersiapkan untuk memperluas Kerajaan-Nya. Di masa itu, raja-raja dunia melakukan sensus untuk memperkuat pasukan dan memperluas wilayah kekuasaan mereka (bdk. 2Sam. 24). Namun, Allah berbeda: Ia mengumpulkan umat-Nya bukan untuk ambisi duniawi, melainkan untuk memenuhi rencana surgawi.

Allah adalah Raja atas seluruh ciptaan. Ia adalah Kepala atas semua umat manusia, atas bangsa-bangsa, dan atas seluruh lembaga, baik sekuler maupun rohani. Ia yang memerintah, Ia yang membuka dan menutup pintu. Ia yang menentukan setiap peran dan tugas umat-Nya dalam Kerajaan-Nya.

📌 Siapakah Anda di Mata Allah?

Apakah Anda terhitung sebagai umat-Nya? Jika ya, di bagian mana Allah menempatkan Anda untuk melayani Dia? Sebab di dalam Kerajaan Allah, setiap tugas, sekecil apa pun, memiliki nilai yang besar di hadapan-Nya. Pedagang di pasar, guru di sekolah, sopir di jalanan, atau vikaris di mimbar—semuanya dapat memuliakan Tuhan jika dilakukan dengan setia dan penuh kasih.

"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kol. 3:23)

Setiap pekerjaan baik yang kita lakukan adalah bagian dari ibadah kepada Allah. Melalui pekerjaan itu, kita bukan hanya memperoleh penghidupan, tetapi juga melayani Dia.

Bersyukurlah karena Allah mengikutsertakan kita dalam rencana-Nya. Mari kita kerjakan bagian kita dengan setia, sebab setiap umat yang terhitung di hadapan Allah adalah prajurit kasih di ladang dunia ini.

Share:

Jangan Lamban untuk Beriman

 

📖 Lukas 24:13–35

Diskusi teologis tanpa kehadiran Yesus hanya berakhir menjadi tukar pikiran kosong yang tak membuahkan iman. Hal ini tercermin dalam perjalanan dua murid menuju Emaus. Mereka berbicara panjang lebar tentang peristiwa besar di Yerusalem, namun hati mereka tetap diselimuti kebimbangan.

Intelektualitas yang tinggi atau semangat yang berkobar-kobar bukanlah tanda pasti dari iman sejati. Dibutuhkan campur tangan langsung dari Kristus untuk menumbuhkan iman dalam hati manusia. Baru ketika Yesus hadir di tengah mereka, iman mereka bertunas. Dan saat Yesus "menghilang", mereka telah mengenal-Nya dengan mata hati yang baru.

"Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" (ay. 32)

📌 Iman yang Diberi Nutrisi dari Allah

Kleopas dan temannya membuktikan bahwa pengetahuan tentang Alkitab belum tentu langsung berbuah iman. Meski mereka memahami sejarah dan nubuat, Yesus tetap menegur mereka karena lamban untuk percaya (ay. 25). Mereka baru benar-benar "melihat" Yesus saat Ia memecahkan roti, tanda kehadiran-Nya yang nyata dalam "Perjamuan Kudus" (ay. 30–31).

Allah tahu bahwa iman kita butuh dipelihara. Karena itu, Ia memberikan Perjamuan Kudus—sumber nutrisi rohani yang menguatkan kita. Saat roti dipecah dan anggur dibagikan, kita diingatkan akan kasih Kristus yang hidup dan terus hadir di tengah kita.

"Sebab daging-Ku adalah benar-benar makanan dan darah-Ku adalah benar-benar minuman." (Yoh. 6:55)

📌 Sambutlah Kehadiran-Nya dengan Iman

Dalam setiap ibadah, Perjamuan Kudus menjadi momen istimewa untuk bertemu Yesus. Bukan sekadar ritual, tetapi perjumpaan rohani yang nyata. Mari jangan berlambat-lambat untuk percaya. Ketika Yesus mengetuk hati kita, sambutlah Dia segera! (bdk. Why. 3:20).

Allah sabar menanti kita. Ia mengundang kita bukan hanya untuk mengetahui tentang-Nya, tetapi untuk mengalami kehadiran-Nya. Saat kita dipanggil untuk melayani di ladang-Nya, jangan ragu untuk melangkah maju dalam iman.

Share:

Waktu Terbaik untuk Ujian Iman

📖 Lukas 24:1–12

Melaksanakan ibadah di tengah suasana duka bukanlah perkara mudah. Para murid Yesus menghadapi Sabat dengan hati yang hancur setelah kematian Guru mereka di kayu salib. Namun di tengah kekalutan itu, beberapa perempuan berinisiatif pergi ke makam Yesus untuk memberi penghormatan terakhir.

Tanpa diduga, mereka menerima kabar terbesar dalam sejarah: Yesus telah bangkit! Meski berita itu melampaui nalar manusia, mereka memilih untuk percaya kepada wahyu yang disampaikan oleh malaikat.

"Mengapa kamu mencari Dia yang hidup di antara orang mati? Ia tidak ada di sini, Ia telah bangkit." (ay. 5–6)

📌 Iman yang Teruji dalam Masa Sulit

Sebaliknya, para murid laki-laki menanggapi berita itu dengan skeptis. Prasangka budaya terhadap kesaksian perempuan mengaburkan mata hati mereka (ay. 11). Namun Allah berkenan meninggikan iman para perempuan itu. Dalam ketulusan dan keberanian mereka, iman yang sejati lahir—sebuah keputusan pribadi untuk percaya, meskipun nalar berkata lain.

Ujian terbaik iman bukan terjadi saat semuanya berjalan lancar, melainkan justru di masa-masa tergelap. Kekuatan fisik, latar belakang sosial, bahkan pengalaman hidup tidak menjamin seseorang bisa tetap percaya. Iman sejati adalah keputusan pribadi yang disemai dalam anugerah Allah.

📌 Percaya Meski Tidak Melihat

Di zaman ini, prasangka budaya dan logika manusiawi masih bisa menjadi hambatan besar dalam perjalanan iman kita. Kita perlu membebaskan diri dari pola pikir dunia yang bertentangan dengan kebenaran firman Allah. Tidak semua kebenaran ilahi dapat dijelaskan dengan logika manusia. Seperti yang dikatakan Yesus:

"Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya." (Yoh. 20:29)

Saat hidup terasa terguncang, saat pertolongan belum tampak, itulah waktu terbaik untuk menguji iman kita. Mari berdoa:

"Tuhan, tolonglah saya untuk tetap percaya kepada-Mu."

Share:

Di Puncak maupun di Lembah

📖 Lukas 23:50–56

Yusuf dari Arimatea, seorang anggota Sanhedrin yang terhormat, telah lama menantikan hadirnya Kerajaan Allah. Ia mengharapkan Yesus sebagai Mesias, Raja keturunan Daud yang dijanjikan. Namun harapannya seolah runtuh ketika ia menyaksikan Yesus disalibkan dan mati.

Di tengah kekecewaan dan realitas yang tidak sesuai dengan ekspektasinya, Yusuf tidak membiarkan rasa kecewa menguasai hatinya. Ia justru mengambil langkah berani: ia menghormati Yesus dengan memberikan makam barunya untuk tempat peristirahatan terakhir Sang Raja Yahudi.

"Ia pergi menghadap Pilatus dan meminta mayat Yesus." (ay. 52)

📌 Menghormati Allah di Segala Keadaan

Dari Yusuf kita belajar: saat situasi tidak berjalan sesuai keinginan kita, tetaplah hormat kepada Tuhan. Rasa hormat tidak boleh bergantung pada suasana hati atau keadaan sekitar. Sama seperti perempuan yang meminyaki tubuh Yesus sebelum kematian-Nya (Mrk. 14:8; Mat. 26:12), kita dipanggil untuk menghormati Allah di setiap kesempatan, bahkan ketika keadaan tampak suram.

Perasaan familier kadang bisa mengikis rasa hormat. Karena itu, kita perlu menjaga hati agar tidak memperlakukan Allah dengan sikap biasa-biasa saja. Baik saat iman kita berada di puncak maupun di lembah kehidupan, Allah tetap layak dihormati dengan seluruh keberadaan kita.

📌 Setiap Kesempatan Adalah Waktu untuk Memuliakan Allah

Nasib manusia bisa berubah, suasana hati bisa naik-turun, namun kemuliaan Allah tetap kekal. Hari ini, tanyakan pada diri sendiri:
"Kebaikan apa yang dapat saya lakukan untuk memuliakan Yesus?"

Tidak perlu menunggu panggung atau sorotan. Kebajikan yang tersembunyi dilihat oleh Allah, dan Ia yang dalam kasih-Nya akan membalas setiap tindakan yang lahir dari hati yang menghormati Dia (bdk. Mat. 6:6, 18).

Share:

Kepasrahan Diri Merangsang Pengakuan

📖 Lukas 23:44–47

Saat kegelapan menyelimuti seluruh Yerusalem, Yesus, Anak Allah yang sulung, menyerahkan nyawa-Nya kepada Bapa di surga. Peristiwa ini mengingatkan kita pada tulah terakhir di Mesir ketika anak-anak sulung dibunuh dan negeri itu berada dalam kegelapan (bdk. Kel. 11–12). Kini, Sang Terang Dunia berserah dalam kepasrahan total untuk mengalahkan maut dan menebus manusia.

“Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku.” (ay. 46)

Dalam kegelapan dunia dan keheningan surga, Yesus menunjukkan bahwa kepasrahan kepada Bapa adalah jalan menuju kemenangan. Demikian juga kita, saat menghadapi masa-masa kelam dalam hidup, dipanggil untuk belajar berserah. Ketika tanda-tanda pertolongan Allah belum tampak, dan suara-Nya terasa jauh, kita diajak untuk tetap memandang salib Kristus dan mempercayai rencana keselamatan-Nya.

📌 Kepasrahan yang Menggugah Orang Lain

Sikap berserah Yesus tidak hanya menunjukkan ketaatan-Nya, tetapi juga merangsang pengakuan iman dari orang lain. Kepala pasukan Romawi, yang menyaksikan peristiwa itu, akhirnya memuliakan Allah (ay. 47).

Demikian pula, dalam hidup kita, keteguhan iman di tengah penderitaan bisa menjadi kesaksian yang menggugah hati keluarga, sahabat, bahkan mereka yang belum mengenal Allah. Sikap pasrah yang penuh harap kepada Tuhan dapat menjadi alat bagi Allah untuk menyatakan kemuliaan-Nya.

Menghasilkan pertobatan memang adalah karya Roh Kudus. Namun, Allah berkenan memakai hidup kita sebagai instrumen untuk menyatakan kebenaran-Nya. Berserahlah! Sebab dalam kegelapan, terang Kristus bersinar paling terang.

Share:

Memberi yang Terbaik

Allah menetapkan bahwa tidak semua milik umat dapat digunakan sebagai nazar. Ada hal-hal yang secara khusus sudah menjadi milik-Nya dan tidak boleh ditawar-tawar lagi.

“Segala persembahan persepuluhan... adalah milik TUHAN, itu kudus bagi TUHAN.” (ay. 30, parafrase)

Anak sulung, baik dari manusia maupun hewan, sudah menjadi milik TUHAN sejak semula (ay. 26). Begitu juga dengan milik yang sudah dipersembahkan secara khusus untuk TUHAN tidak boleh ditebus atau dijual kembali (ay. 28). Termasuk persepuluhan dari hasil panen atau ternak, semuanya adalah milik-Nya.

📌 Prinsip Memberi yang Tuhan Ajarkan

  1. Tuhan Layak Menerima yang Terbaik
    Tidak ada ruang untuk mempersembahkan sesuatu dengan asal-asalan. Persembahan kepada TUHAN, termasuk persepuluhan, harus diberikan dengan sikap hati yang benar — dengan sukacita dan hormat.

  2. Kita Memberi dari Apa yang Sudah Tuhan Beri
    Semua yang kita miliki berasal dari Allah. Ketika kita memberi, sesungguhnya kita sedang mengembalikan sebagian dari apa yang telah Ia percayakan kepada kita.

  3. Bukan Hanya Harta, Tetapi Hidup Kita Juga
    Persembahan sejati bukan hanya berupa materi. Allah rindu agar kita juga mempersembahkan hidup kita — waktu, tenaga, talenta, bahkan impian kita — bagi kemuliaan-Nya.

Share:

Harta yang Dipersembahkan dengan Benar


Allah tidak hanya mengatur nazar terkait manusia dan hewan, tetapi juga perihal harta benda seperti rumah dan ladang. Dalam hukum nazar ini, kita melihat bahwa Allah memanggil umat-Nya untuk mempersembahkan dengan penuh pertimbangan dan sikap hormat.

“Apabila seseorang menguduskan rumahnya untuk TUHAN… imam harus menentukan nilainya.” (ay. 14, parafrase)

Rumah yang dinazarkan akan dinilai oleh imam. Begitu pula ladang yang dipersembahkan, nilainya dihitung berdasarkan jumlah benih jelai dan dikaitkan dengan waktu menuju tahun Yobel. Nilai dan aturan ini tidak sembarangan, melainkan ditetapkan secara adil dan sesuai ketentuan TUHAN.

📌 Pelajaran Penting dari Peraturan Nazar

  1. Tuhan adalah Pemilik Segala Sesuatu
    Rumah, ladang, dan seluruh harta benda milik umat adalah milik TUHAN. Umat hanyalah pengelola yang dititipi. Oleh karena itu, saat kita bernazar, kita tidak boleh mempersembahkan dengan sembarangan. Setiap janji harus disampaikan dengan penuh tanggung jawab dan ketulusan.

  2. Nazar Bukan Sekadar Ucapan
    TUHAN menilai kesungguhan hati kita dalam menepati janji. Membuat nazar bukanlah perkara ringan, karena mengandung konsekuensi jika diabaikan. Ia menuntut integritas dari umat-Nya.

  3. Memberi dengan Hati yang Tunduk dan Tulus
    Ketika kita memberikan sesuatu kepada TUHAN, entah berupa harta, waktu, atau hidup kita, lakukanlah dengan sikap hormat dan pengakuan bahwa semuanya berasal dari-Nya.

Share:

Janji yang Ditepati

Allah yang setia mengingatkan umat-Nya untuk tidak bermain-main dengan janji. Setiap nazar yang diucapkan di hadapan-Nya haruslah ditepati dengan sungguh-sungguh.

“Apabila seseorang mengucapkan suatu nazar yang menyangkut nilai manusia... maka haruslah engkau berpegang pada nilai yang telah ditetapkan TUHAN.”
(ay. 1–2, parafrase)

TUHAN mengatur secara rinci nilai persembahan berdasarkan usia, jenis kelamin, dan kondisi ekonomi seseorang (1–8). Tidak ada yang dikecualikan—baik kaya maupun miskin dapat bernazar kepada TUHAN, dan semuanya dihargai oleh-Nya.

Menariknya, ketika sesuatu yang telah dinazarkan ingin ditebus kembali, maka harus dibayar lebih tinggi dari harga semula (13, 19). Ini menekankan bahwa nazar bukanlah perkara ringan. TUHAN menghargai setiap janji yang diucapkan umat-Nya.

🌿 Kesetiaan yang Sejati

Allah bukan hanya menuntut janji, tetapi Dia juga adalah Pribadi yang selalu menepati janji-Nya. Sebagai umat-Nya, kita dipanggil untuk hidup dalam kesetiaan yang sama.

Apakah kita pernah mengucapkan janji atau komitmen di hadapan TUHAN?
Apakah itu janji pelayanan, janji pertobatan, atau janji kesetiaan?

➡️ TUHAN tidak lupa. Ia menunggu kita untuk menepatinya.
Meski sulit, jangan menyerah. Karena Allah tidak pernah mengingkari janji-Nya.

Share:

Karunia Akan Kesempatan Baru

Imamat 26:27-46

Penghukuman dari TUHAN atas umat-Nya yang berpaling dari-Nya tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga menghancurkan kehidupan bangsa Israel secara keseluruhan. Dalam ayat 31, TUHAN berfirman, “Kota-kotamu akan Kujadikan reruntuhan…”, dan di ayat 32, “Aku akan menjadikan negerimu sunyi sepi…” Ini menunjukkan betapa seriusnya akibat dari dosa, baik bagi pribadi maupun suatu bangsa, ketika umat menolak untuk taat dan bertobat kepada TUHAN.

Sekilas, bagian ini tampak penuh dengan murka TUHAN terhadap umat-Nya yang hidup dalam dosa. Namun, puji syukur karena firman TUHAN tidak berhenti di sana. Di balik teguran keras itu, ada harapan dan kabar baik: TUHAN tetap setia dan kaya dalam rahmat. Sekalipun kondisi umat-Nya sangat buruk, jika mereka dengan sungguh-sungguh mengakui dosa dan bertobat, TUHAN akan mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub (ayat 40, 42). Ia berjanji akan memulihkan tanah mereka, membawa kembali mereka dari pembuangan, dan kembali menjadi Allah bagi mereka (ayat 45).

Allah kita bukan sosok yang kejam atau gemar menghukum. Dia adalah Allah yang adil namun penuh kasih. Dia menerima setiap orang yang dengan tulus bertobat dan kembali kepada-Nya. Tidak peduli seberapa besar kesalahan kita atau sejauh apa kita telah menjauh dari-Nya, kasih dan kuasa-Nya mampu memulihkan kita. TUHAN menyediakan kesempatan kedua bagi siapa pun yang bersedia berubah dan memperbaiki hidupnya.

Mungkin hari ini Anda merasa terlalu berdosa, terlalu jauh tersesat, dan mulai meragukan apakah Allah masih mau menerima Anda kembali. Jangan takut! Tangan-Nya selalu terbuka bagi Anda. Ia rindu Anda kembali dalam pelukan kasih-Nya. Gunakanlah kesempatan kedua yang Ia berikan. Mari hidup dalam kasih dan kesetiaan kepada-Nya sampai akhir perjalanan hidup kita.

Share:

Pemulihan yang Penuh Kasih


Meskipun Allah menjatuhkan hukuman karena umat-Nya tidak taat, kasih dan kemurahan-Nya tetap tersedia bagi mereka yang bertobat. Dalam bagian ini, Allah menyatakan bahwa jika umat Israel mengakui kesalahan mereka dan kesalahan nenek moyang mereka serta kerendahan hati mereka menerima hukuman Allah, maka Allah akan mengingat perjanjian-Nya dengan Abraham, Ishak, dan Yakub (40-42).

Ini adalah janji pemulihan. Allah tidak selamanya murka. Ia bukan Allah yang senang menghukum, melainkan Allah yang penuh kasih dan setia pada janji-Nya. Ia rela mengampuni dan memulihkan, asalkan umat-Nya sungguh-sungguh bertobat dan kembali kepada-Nya.

Bahkan ketika mereka ada di negeri musuh, Allah tidak meninggalkan mereka dan tidak membatalkan perjanjian-Nya (44). Ia tetap Allah mereka. Hal ini mengingatkan kita bahwa kasih Allah jauh lebih besar dari kegagalan manusia. Sekalipun kita jatuh dalam dosa, kasih-Nya sanggup mengangkat dan memulihkan kita.

Renungan ini mengajak kita untuk tidak menyerah dalam dosa. Jangan pikir dosa kita terlalu besar hingga Allah tidak sanggup mengampuni. Allah kita setia. Ia akan selalu membuka tangan-Nya menyambut setiap anak yang pulang.

Mari datang kepada-Nya dengan hati yang hancur, dengan kesadaran penuh bahwa kita membutuhkan pengampunan dan pemulihan-Nya. Jangan tunggu sampai kita jatuh lebih dalam, bertobatlah hari ini dan alami kasih-Nya yang memulihkan!

Share:

Mengejar Sang Pemberi Berkat

Allah yang Mahakudus memanggil umat-Nya untuk mengutamakan Dia di atas segala sesuatu. Perintah-Nya jelas:

“Jangan membuat berhala… Jangan sujud menyembah kepada patung… Tetapi beribadahlah kepada-Ku dan lakukan perintah-Ku.” (ay. 1–3, parafrase)

Allah tidak hanya melarang penyembahan berhala, tetapi juga menuntut ketaatan total dan ibadah yang murni. Dan ketika umat taat, berkat Tuhan akan tercurah melimpah.

🌿 Janji Berkat dari Tuhan

TUHAN berjanji akan:

  • Memberi hujan pada waktunya, sehingga tanah subur dan hasil panen melimpah (ay. 4–5)

  • Memberi keamanan dan menghalau musuh (ay. 6–8)

  • Meneguhkan kehadiran-Nya di tengah umat dan tidak meninggalkan mereka (ay. 11–12)

  • Memulihkan harga diri umat-Nya, mengangkat mereka dari kehinaan sebagai budak, dan memberi kebebasan sejati (ay. 13)

Ini adalah janji yang luar biasa—bukan hanya berkat jasmani, tetapi juga relasi yang erat antara Allah dan umat-Nya.

⚠️ Peringatan Tersirat: Jangan Gantikan Allah dengan Berkat

Sejarah bangsa Israel mencatat: ketika mereka setia, Allah memberkati. Tapi ketika mereka berpaling kepada berhala dan kekuatan bangsa lain, kehancuran datang. Allah tidak mau diberi tempat kedua setelah berkat.

Pencarian berkat tanpa mencari Allah adalah bentuk modern dari penyembahan berhala.
Banyak orang—bahkan orang Kristen—terjebak dalam pola pikir: “Selama diberkati, saya akan ikut Tuhan.”
Namun saat berkat tidak datang sesuai harapan, mereka mundur, kecewa, bahkan meninggalkan Tuhan.

💡 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku mencari Allah karena kasihku kepada-Nya, atau hanya karena ingin diberkati?

  • Apakah aku tetap mengikut Tuhan saat hidup tidak sesuai rencana?

  • Apakah Allah menjadi pusat hidupku, atau hanya pelengkap?

💬 Ajaran Firman Hari Ini

  1. Utamakan Sang Pemberi, bukan sekadar pemberian-Nya

  2. Taat kepada perintah-Nya, bukan sekadar berharap pada janji-Nya

  3. Bangun relasi yang dalam dengan Allah, bukan hanya mengandalkan kekuatan atau usaha sendiri

🙏 Doa Penutup:

Ya Tuhan, ampuni aku jika selama ini aku lebih sering mengejar berkat daripada mengejar Engkau.
Bentuklah hatiku agar mengasihi-Mu lebih dari apa pun.
Ajar aku untuk taat dan setia, bahkan ketika hidup tidak berjalan seperti yang kuinginkan.
Jadilah Engkau satu-satunya yang kuandalkan dan kuingini dalam hidup ini.
Dalam nama Yesus aku berdoa,
Amin.

Share:

Pujian Ibadah 13 Maret 2025

 

Share:

Merayakan Kelimpahan dari Allah

Allah tidak hanya menebus dan menyelamatkan umat-Nya, tetapi juga memelihara mereka dari hari ke hari. Dalam nas ini, Allah menetapkan Perayaan Tujuh Minggu, yang kemudian dikenal sebagai Pentakosta, sebagai bentuk syukur umat atas hasil tuaian pertama. Ini bukan pesta semata, tapi ibadah syukur atas pemeliharaan Tuhan yang nyata.

🔔 Makna Pentakosta di Perjanjian Lama

Perayaan ini dilakukan tujuh minggu setelah Sabat pertama dari panen gandum (ay. 15–16). Pada hari itu, umat mempersembahkan:

  • Dua roti unjukan dari tepung terbaik yang dicampur ragi (ay. 17)

  • Tujuh domba, satu lembu jantan, dan dua domba jantan sebagai korban bakaran (ay. 18)

  • Satu kambing jantan sebagai korban penghapus dosa

  • Dua domba sebagai korban keselamatan (ay. 19)

Perayaan ini mengingatkan bahwa segala hasil panen dan berkat adalah pemberian Tuhan, bukan semata hasil jerih payah manusia.

✨ Prinsip-prinsip Pentakosta untuk Hidup Kita

✔️ 1. Merayakan Bukan Sekadar Tradisi, Tapi Tanda Syukur

Tiap perayaan yang ditetapkan Tuhan bukanlah sekadar ritual atau pesta tahunan, melainkan wujud syukur atas karya penyelamatan dan pemeliharaan-Nya. Kita diajak melihat hidup ini sebagai anugerah, termasuk di tengah kesibukan dan tantangan.

✔️ 2. Memberi Persembahan dengan Hati yang Benar

Persembahan yang diberikan bukan hanya materi, tetapi dilakukan dengan kerendahan hati. Kurban penghapus dosa dan kurban keselamatan menunjukkan bahwa syukur harus disertai pertobatan dan kesadaran akan kasih karunia Tuhan.

✔️ 3. Kelimpahan Bukan Sekadar Materi, Tetapi Hadirnya Roh Kudus

Perayaan Pentakosta di Perjanjian Lama kemudian digenapi di Perjanjian Baru, ketika Roh Kudus dicurahkan atas para murid (Kis. 2:1-4). Ini menunjukkan bahwa kelimpahan Allah tidak terbatas pada hal-hal jasmani, tetapi terutama pada karya Roh Kudus yang memperlengkapi, menghibur, dan menuntun umat-Nya.

🔍 Refleksi Pribadi

  • Apakah kita masih mampu bersyukur dalam segala hal, bahkan di tengah kesulitan?

  • Apakah kita datang kepada Tuhan dengan hati yang rendah dan penuh syukur?

  • Sudahkah kita mengakui bahwa segala berkat adalah dari Tuhan, bukan dari kekuatan kita?

🙏 Doa Penutup

Bapa di surga, aku bersyukur atas kasih dan pemeliharaan-Mu dalam hidupku.
Ajarku untuk senantiasa mengingat bahwa setiap berkat, sekecil apa pun, berasal dari-Mu.
Bentuklah hatiku agar selalu rendah hati dalam memberi dan bersyukur, dan penuhi hidupku dengan Roh Kudus-Mu.
Di tengah berkat maupun badai, biarlah hatiku tetap memuliakan Engkau.
Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa.
Amin.

Share:

Bunga Uang dan Riba

 

Allah menghendaki umat-Nya hidup dengan kasih dan keadilan, terutama terhadap mereka yang lemah dan berkekurangan. Hukum Tuhan kepada bangsa Israel sangat tegas dan penuh kasih:

“Jika saudaramu jatuh miskin dan tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menopang dia...” (ay. 35).

Ini bukan sekadar empati, melainkan perintah Allah yang menunjukkan bahwa kasih sejati harus diwujudkan dalam tindakan konkret.


💡 Prinsip Firman Allah:

✔️ 1. Memberi Tanpa Mengharapkan Bunga

“Janganlah engkau mengambil bunga atau riba daripadanya…” (ay. 36–37)

Bangsa Israel dilarang memberi pinjaman kepada saudara mereka yang miskin dengan mengambil bunga atau meminta keuntungan. Mengapa? Karena itu merugikan dan memperberat beban hidup orang miskin. Ini adalah bentuk pemerasan terselubung.

Tuhan ingin umat-Nya menolong, bukan mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain.

✔️ 2. Tidak Memperbudak Saudara Sendiri

“Jika saudaramu jatuh miskin dan menyerahkan dirinya kepadamu… janganlah engkau memperbudak dia” (ay. 39)

Orang yang jatuh miskin dan bekerja pada orang lain tidak boleh diperlakukan sebagai budak. Ia harus dianggap saudara dan diizinkan pulang pada Tahun Yobel (ay. 41). Ini menegaskan bahwa semua umat Allah adalah milik-Nya, bukan milik satu sama lain (ay. 42).

✔️ 3. Mengasihi Seperti Telah Dikasihi

Allah mengingatkan mereka: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir” (ay. 38, 55).
Karena Allah telah menebus mereka dari perbudakan, maka mereka tidak boleh memperbudak sesamanya. Mereka harus hidup dengan kesadaran bahwa kasih karunia Allah adalah dasar setiap relasi.


🔍 Refleksi Pribadi:

  • Apakah kita dengan mudah memberi pinjaman, tapi menyulitkan saudara kita dengan bunga atau syarat yang memberatkan?

  • Apakah kita menolong sesama dengan kasih, atau dengan maksud tersembunyi untuk keuntungan pribadi?

  • Apakah kita sudah menjadi saluran berkat atau justru menutup pintu kasih bagi orang yang kesusahan?


💬 Renungan:

Tindakan membungakan uang dan meminta riba adalah wujud ketamakan. Tuhan tidak berkenan pada hati yang serakah dan bergantung pada harta. Sebaliknya, Dia memanggil kita untuk mengasihi dengan tulus, memberi dengan rela, dan menolong dengan sukacita.

Di tengah dunia yang sering menghitung untung-rugi dalam semua hal, mari tampil berbeda. Hidup kita adalah kesempatan untuk menghadirkan suasana Yobel—suasana pembebasan, pemulihan, dan kasih Allah—bagi orang-orang di sekitar kita.


🙏 Doa Penutup:

Ya Bapa, ajar aku untuk mengasihi seperti Engkau telah lebih dahulu mengasihiku.
Bebaskan aku dari hati yang serakah, dan bukakan hatiku untuk memberi tanpa syarat.
Kiranya hidupku menjadi saluran kasih dan keadilan bagi saudara-saudaraku yang membutuhkan.
Pakailah aku untuk membawa suasana Yobel—pembebasan, kelegaan, dan pemulihan—dalam keluarga, gereja, dan masyarakat.
Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa.
Amin.

Share:

Firman Tuhan : "Hak Menebus Tanah dan Rumah"

 

Allah memberikan aturan yang jelas kepada bangsa Israel mengenai kepemilikan dan penebusan tanah. Tanah bukanlah milik mutlak manusia, sebab Allah sendiri berfirman:

Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, dan kamu adalah pendatang dan orang asing bagi-Ku” (ay. 23).

Prinsip ini menunjukkan bahwa Allah adalah pemilik sejati, dan manusia hanyalah pengelola. Maka, tanah dan rumah tidak boleh diperlakukan sebagai barang dagangan bebas yang dikuasai tanpa batas.


⚖️ Prinsip-prinsip Penebusan:

1. Tanah Warisan Wajib Ditebus

Jika seseorang menjual tanah pusakanya karena kesulitan ekonomi, saudara terdekatnya wajib menebusnya (ay. 25). Jika tidak ada penebus, dan ia sendiri mampu suatu hari nanti, ia bisa menebusnya kembali dengan membayar harga yang sesuai dengan sisa tahun menuju Yobel (ay. 26–27).

Namun, jika tidak mampu, maka pada tahun Yobel, tanah itu kembali kepada pemilik semula (ay. 28). Inilah mekanisme pemulihan dan keadilan sosial dari Tuhan.

2. Rumah Berpagar dan Rumah Tidak Berpagar

  • Rumah dalam kota yang berpagar hanya bisa ditebus dalam waktu satu tahun. Lewat dari itu, rumah menjadi milik si pembeli secara permanen, bahkan saat Tahun Yobel (ay. 29–30).

  • Tetapi rumah di desa (yang tidak berpagar), diperlakukan seperti tanah ladang: bisa ditebus kapan saja dan harus dikembalikan saat Tahun Yobel (ay. 31).

Ini menunjukkan bahwa tanah pedesaan dan sumber kehidupan utama (ladang dan rumah desa) mendapat perlindungan lebih ketat dibandingkan dengan rumah di kota.


🌱 Pelajaran Iman:

✔️ 1. Kelola Harta dengan Benar

Tanah dan rumah adalah berkat Allah yang harus diurus dengan tanggung jawab. Allah menaruh kepercayaan kepada kita sebagai pengelola, bukan pemilik mutlak. Maka, mengelola dengan bijak adalah bentuk ketaatan.

✔️ 2. Jangan Tamak

Sekalipun secara hukum kita bisa “menang”, Firman Allah mengajarkan bahwa kita tidak boleh menumpuk kekayaan dengan merampas kesempatan orang lain. Ada saatnya, kita melepaskan apa yang secara duniawi bisa kita miliki, demi keadilan sosial yang lebih besar.

✔️ 3. Keadilan dan Harapan bagi yang Lemah

Aturan Yobel adalah bentuk nyata dari keadilan ilahi. Orang yang miskin dan tidak mampu punya harapan untuk mendapatkan kembali warisannya. Allah tidak membiarkan orang miskin terhimpit selamanya.


🙏 Refleksi:

  • Bagaimana saya mengelola harta milik saya—rumah, tanah, pekerjaan?

  • Apakah saya bersedia taat pada prinsip Tuhan, bahkan ketika itu menuntut saya melepaskan hak saya demi orang lain?

  • Apakah saya berani mendoakan dan membantu mereka yang tidak punya rumah, tanah, atau tempat tinggal?


🕊️ Doa Penutup:

Ya Allah, Engkaulah pemilik segala sesuatu.
Ajar aku mengelola berkat-Mu dengan bijak dan tidak serakah.
Bentuklah hati yang adil, hati yang bersedia berbagi, dan hati yang setia menjaga apa yang Engkau titipkan.
Aku berdoa bagi mereka yang belum memiliki tempat tinggal yang layak, agar mereka pun Kau cukupkan dan Kau pulihkan.

Di dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa.
Amin.

Share:

Menguduskan Tahun Kelima Puluh

 

Apakah makna dari tahun kelima puluh dalam hidup umat Allah? Dalam hukum yang diberikan kepada bangsa Israel, Allah menetapkan bahwa setiap tujuh kali tujuh tahun—yakni 49 tahun—mereka harus menguduskan tahun yang ke-50 sebagai Tahun Yobel atau tahun pembebasan (ay. 8–10).

Tahun ini bukan hanya sebuah perayaan seremoni dengan meniup sangkakala (ay. 9), tetapi sebuah tahun yang penuh pemulihan, keadilan, dan kemurahan. Tahun ini adalah pengingat bahwa Allah adalah pemilik segala sesuatu, dan umat-Nya harus hidup dalam kasih dan keadilan.


🌿 Apa yang terjadi di Tahun Yobel?

1. Pembebasan dan Pemulangan

Semua budak dibebaskan, dan setiap orang kembali ke tanah miliknya dan kaumnya (ay. 10). Tidak ada yang boleh diperbudak seumur hidup. Ini adalah tahun pemulihan martabat manusia.

2. Pengembalian Tanah Warisan

Tanah yang dijual harus dikembalikan kepada pemilik semula. Harga tanah diukur berdasarkan jumlah tahun menuju Yobel (ay. 14–16). Artinya, tidak ada eksploitasi, dan semua orang mendapat kesempatan baru. Harta keluarga tetap terjaga di dalam komunitasnya.

3. Tanah Dibiarkan Beristirahat

Tanah tidak boleh digarap atau dituai secara komersial (ay. 11–12). Hasil yang tumbuh liar menjadi berkat bersama, khususnya bagi orang miskin, pengembara, dan mereka yang membutuhkan.


💡 Apa maknanya bagi kita hari ini?

✔️ Keadilan Sosial dan Solidaritas

Tahun Yobel mengajarkan bahwa tidak ada yang boleh terlalu kaya sehingga menguasai segalanya, dan tidak ada yang terlalu miskin sehingga kehilangan semua. Ada keseimbangan, ada pengampunan hutang, dan ada pembebasan yang nyata.

✔️ Allah Pemilik Segala Sesuatu

Tanah bukan milik manusia, tapi milik Allah (bdk. Im. 25:23). Maka hidup kita juga harus ditata dalam ketaatan dan kepercayaan penuh kepada-Nya.

✔️ Pemeliharaan Tuhan Terjamin

Tuhan berjanji bahwa bagi mereka yang taat, hasil panen tahun keenam akan cukup hingga tahun kesembilan (ay. 21–22). Bahkan ketika umat tidak mengolah tanah, Allah tetap mencukupkan kebutuhan mereka. Ini adalah janji pemeliharaan Ilahi bagi mereka yang mengandalkan-Nya.


🕊️ Refleksi:

  • Apakah aku bersedia taat pada prinsip Allah, bahkan ketika itu menuntut kepercayaan besar?

  • Apakah aku mempraktikkan keadilan dan kemurahan terhadap sesama?

  • Apakah aku ingat bahwa segala yang kumiliki sejatinya milik Allah?


🙏 Doa Penutup:

Ya Allah, Engkaulah pemilik hidup dan segala milikku.
Ajar aku untuk mempercayai pemeliharaan-Mu dan hidup dalam ketaatan penuh kepada firman-Mu.
Buat hatiku lembut untuk berbagi dan memberi ruang bagi sesama agar mereka pun merasakan kasih dan keadilan-Mu.

Terima kasih karena Engkau mencukupkan segala kebutuhanku, bahkan di masa yang tidak pasti.
Bentuklah hidupku menjadi saluran berkat dan pembawa pembebasan bagi orang-orang di sekitarku.

Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa.
Amin.

Share:

Pujian Paskah GKKK Tepas

 

Share:

Masa Perhentian bagi Tanah

Bisakah tanah beristirahat? Dalam hukum yang Allah berikan kepada bangsa Israel, terdapat satu ketetapan yang menarik: tanah pun harus mengalami masa perhentian. Selama enam tahun mereka boleh mengolah tanah, menanam dan menuai hasilnya (ay. 3). Namun, pada tahun ketujuh, Allah memerintahkan agar tanah itu dibiarkan beristirahat sebagai Sabat bagi TUHAN (ay. 4).

Apa artinya ini? Artinya, selama satu tahun penuh, bangsa Israel tidak boleh menabur atau menuai seperti biasa. Apa yang tumbuh dari ladang atau kebun anggur dibiarkan tumbuh liar, dan hasilnya bisa dimakan oleh siapa saja—budak, orang asing, orang upahan, bahkan hewan-hewan pun bebas menikmatinya (ay. 6–7). Allah ingin mengajarkan umat-Nya makna istirahat, ketergantungan, dan solidaritas.

Dari perintah ini, kita bisa belajar tiga hal penting:

1. Allah adalah Pemelihara Sejati

Walaupun tanah tidak diolah selama setahun, Allah menjamin bahwa hasil panen selama enam tahun akan cukup untuk tahun ketujuh. Ini mengajarkan bahwa sumber berkat sejati bukanlah pekerjaan kita, tetapi Allah sendiri yang mencukupkan segala kebutuhan kita.

2. Tanah adalah Milik Allah, Bukan Milik Kita

Tanah hanyalah sarana; pemilik dan sumber kehidupan yang sejati adalah Allah. Ketika kita menghentikan aktivitas untuk mematuhi perintah-Nya, kita sedang menyatakan kebergantungan dan ketaatan kepada-Nya.

3. Berbagi dengan Ciptaan Lain

Tahun Sabat adalah waktu di mana semua ciptaan—manusia, hewan, bahkan tanah—diperbolehkan menikmati apa yang tersedia secara cuma-cuma. Ini adalah gambaran keharmonisan ciptaan, di mana tidak ada yang kekurangan, dan semua saling berbagi.

💬 Refleksi:

Bagaimana hubungan kita hari ini dengan Allah dan sesama ciptaan? Sudahkah kita memberi waktu untuk beristirahat? Sudahkah kita peduli pada keberlanjutan lingkungan tempat kita bekerja dan hidup?

Sabat bukan hanya untuk manusia, tetapi juga untuk menciptakan keseimbangan antara pekerjaan dan penyembahan, antara mengambil dan memberi. Mari kita pelihara keharmonisan dengan sesama ciptaan, sebagai bentuk syukur dan ketaatan kepada Sang Pencipta.

🙏 Doa Penutup:

Terpujilah Bapa yang ada di surga.
Pagi ini aku bersyukur atas pertolongan-Mu—atas nafas kehidupan yang Engkau berikan dan penyertaan-Mu sepanjang malam.

Tuhan, hari ini aku mohonkan berkat bagi setiap Bapak, Ibu, jemaat, serta saudara-saudariku sekalian.
Kiranya berkat kesehatan, berkat sukacita, dan berkat damai sejahtera mengalir dalam hidup kami semua.

Diberkatilah rumah tanggaku, anak-anak dan cucu-cucuku. Pekerjaanku, sawah dan ladangku, usahaku, kantorku, pelangganku, studiku, dan semua rencana hidupku.

Berkatilah juga gerejaku, pelayananku, majikanku, dan calon pendampingku.
Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Mu mengalir berlimpah dalam kehidupan kami.

Saya sadar bahwa bertambahnya hari-hariku berarti bertambah juga hikmat dan kasih karunia-Mu.
Teguhkan kami dalam proses menuju keberhasilan yang Engkau tetapkan.

Yang percaya katakan bersama: AMIN!
Tuhan Yesus memberkati 🙌

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.