Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: doa
Tampilkan postingan dengan label doa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label doa. Tampilkan semua postingan

Renungan Harian " Menghormati Hukum "

Siluet manusia menunduk di hadapan pilar hukum yang kokoh, melambangkan kerendahan hati.

Antara Kekuasaan dan Kerendahan Hati: Mengapa Kita Perlu Menghormati Keteraturan-Nya

Lihatlah dunia di sekitar kita: alam semesta bergerak dalam harmoni sempurna. Planet berotasi, musim berganti, dan gravitasi bekerja tanpa henti. Ini adalah tanda tak terbantahkan bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah Keteraturan, bukan kekacauan.

Keteraturan yang Ia wujudkan di alam semesta juga Ia rindukan terwujud dalam hidup kita bersama, di tengah komunitas umat-Nya.

Dalam Ulangan 17, kita disajikan sebuah panduan peradilan yang terperinci. Ketika suatu kasus terlalu sulit, umat Israel diarahkan untuk mencari keputusan dari imam-imam Lewi dan para hakim yang telah ditetapkan (ayat 9). Pesan utamanya sangat jelas: Otoritas mengadili dan membuat keputusan itu didelegasikan langsung dari Allah.

Konsekuensinya pun tegas: setelah keputusan dibuat, umat wajib mematuhinya dengan setia dan tidak boleh menyimpang (ayat 10-11). Ketidakpatuhan bukanlah sekadar melawan hakim atau imam; itu adalah pemberontakan terhadap sumber otoritas itu sendiri—yaitu Tuhan.

🔍 Tantangan Otoritas dalam Hati Kita

Hari ini, otoritas tidak hanya diwujudkan dalam pengadilan. Ia ada dalam peraturan kantor, kesepakatan keluarga, tata tertib gereja, hingga rambu lalu lintas. Keteraturan dalam hidup kita, di setiap ruang lingkup, sangat bergantung pada kesediaan kita untuk merangkul aturan dan tunduk pada otoritas yang sah.

Namun, di sinilah godaan terbesar muncul.

Teks ini menyinggung sebuah penyakit hati yang abadi: kesombongan. Kita cenderung menghormati hukum hanya ketika hukum itu menguntungkan atau sesuai dengan pandangan kita. Parahnya, ada orang-orang yang—karena kuasa, kekayaan, atau jabatan yang dimiliki—mulai merasa lebih tinggi daripada hukum itu sendiri. Kita merasa berhak 'menyimpang' atau 'mengakali' keputusan karena merasa memiliki keistimewaan.

Jika kita ingin hidup dalam damai, kita harus menanggalkan jubah keangkuhan itu. Kepatuhan kepada hukum dan otoritas bukanlah tanda kelemahan, melainkan manifestasi tertinggi dari kerendahan hati di hadapan Allah yang adalah sumber segala keteraturan. Tanpa kerendahan hati ini, kekacauan akan lahir.

❤️ Momen Refleksi Hati: Respons Pribadi

Ambil waktu sejenak, dan biarkan firman ini menguji kedalaman hati Anda:

  1. Di ruang lingkup mana (keluarga, pekerjaan, masyarakat) Anda saat ini kesulitan menerima suatu aturan atau keputusan otoritas? Mengapa?

  2. Adakah bagian dalam diri Anda yang merasa lebih tahu atau lebih tinggi daripada aturan yang ada? (Mungkin karena Anda merasa lebih cerdas, lebih berkuasa, atau lebih kaya).

  3. Bagaimana Anda dapat mempraktikkan kerendahan hati yang radikal hari ini, dengan memilih untuk tunduk pada suatu aturan, bahkan jika itu terasa tidak nyaman atau tidak adil menurut pandangan Anda?

Mari kita sadari: saat kita menghormati hukum yang ditetapkan, kita sedang menghormati Allah Keteraturan yang menciptakannya.

🙏 Doa Memohon Kerendahan Hati dan Hikmat

Ya Tuhan, Bapa Keteraturan, terima kasih karena Engkau telah menciptakan segala sesuatu dalam harmoni dan ketertiban. Kami sadar bahwa sering kali, kesombongan kami membuat kami enggan tunduk pada aturan dan otoritas yang telah ditetapkan.

Kami mohon ampun karena kami sering merasa diri kami lebih tinggi daripada hukum yang berlaku.

Tanamkanlah dalam hati kami kerendahan hati sejati. Beri kami mata yang jernih untuk melihat bahwa otoritas yang ada, pada dasarnya, adalah pendelegasian dari kuasa-Mu. Berikanlah kami hikmat untuk mencari penyelesaian perkara sesuai kehendak-Mu, dan berikanlah kami kesetiaan untuk mematuhi keputusan, agar keteraturan dan damai sejahtera terwujud di tengah-tengah kami. Amin.

Share:

Renungan Harian : Setia Menjaga Perintah Allah

🙏 Setia Menjaga Hati: Kunci Kehidupan yang Melimpah

Ulangan 11:8-32

Seringkali, saat badai kesulitan menerpa atau ketika semangat hidup meredup, kita cenderung menyalahkan keadaan. Namun, firman Tuhan dari Ulangan hari ini mengingatkan kita dengan lembut namun tegas: kesulitan seringkali berakar dari kelalaian kita dalam menjaga perintah-Nya.

Bagi umat Israel kuno—dan bagi kita hari ini—kunci untuk menikmati janji dan berkat Tuhan bukanlah pada kekuatan kita sendiri, melainkan pada kesetiaan yang tulus. Tuhan merindukan kita untuk:

  1. Mengingat Perjanjian-Nya: Tidak pernah melupakan janji dan kasih-Nya.

  2. Menjaga Perintah-Nya: Menjadikan Firman-Nya pedoman mutlak dalam setiap keputusan.

  3. Menjauhi Berhala Duniawi: Tidak menggantikan-Nya dengan ambisi, harta, atau kepentingan fana.

Singkatnya, kesetiaan adalah mata uang surga. Di dalamnya terletak berkat, kekuatan, dan kemampuan kita untuk menjadi saluran kasih-Nya bagi sesama.

Ambillah waktu sejenak dan tarik napas dalam.

  • Jujur di Hadapan Tuhan: Kapan terakhir kali saya merasa jauh atau lesu? Apakah itu mungkin karena saya telah tanpa sadar mengganti Tuhan dengan "berhala" modern—pekerjaan, uang, hiburan, atau validasi dari orang lain?

  • Arah Kompas: Apakah perintah Tuhan masih menjadi kompas utama yang menentukan arah hidup saya, ataukah saya membiarkannya hanyut oleh arus kepentingan pribadi dan tekanan duniawi?

  • Pilihan Hari Ini: Berkat dan kutuk berada di hadapan kita. Pilihan kita untuk taat atau lalai menentukan jalan mana yang kita injak. Berkat sejati datang bukan dari apa yang kita dapatkan, tetapi dari hubungan yang utuh dengan Sumber Berkat itu sendiri.

Marilah kita tidak hanya membaca, tetapi juga melakukan. Jangan biarkan hati kita keras.

Tindakan Harian: Pilih satu area dalam hidup Anda hari ini—mungkin cara Anda menggunakan waktu, cara Anda berbicara, atau cara Anda menghadapi godaan—dan putuskan untuk menjadikannya bukti nyata dari ketaatan Anda kepada perintah-Nya.

Doa Hati: Ya Bapa yang Mahakasih, aku mengakui bahwa seringkali aku gagal menjaga perintah-Mu. Kepentingan duniawi telah mencuri fokus dan menghancurkan keintiman dengan-Mu.

Aku mohon, karuniakanlah kepadaku kesetiaan dan keteguhan hati yang baru. Bantu aku untuk menjadikan Firman-Mu sebagai pelita kakiku dan kompas jiwaku. Kuatkan aku agar aku tidak menggantikan Engkau dengan apa pun.

Teguhkan hatiku, agar melalui ketaatanku, berkat-Mu melimpah dan aku dapat membagikan kasih-Mu kepada setiap orang yang Engkau tempatkan dalam hidupku. Amin.

Share:

Membangun di Tempat Lain

Roma 15:14-21

1. Fokus Paulus: Menjangkau yang Belum Terjangkau

Paulus menulis kepada jemaat di Roma, yang ia yakini sudah memiliki kebaikan, pengetahuan, dan kemampuan untuk saling menasihati (ayat 14). Namun, ia tetap mengingatkan mereka untuk menjadi pelayan Kristus Yesus dengan setia, berfokus pada pelayanan yang memuliakan Allah (ayat 15-16).

Paulus menunjukkan sikap rendah hati dalam pelayanannya. Ia tidak bermegah dalam pengetahuan atau pencapaiannya, melainkan hanya dalam karya Allah yang dilakukan melalui dirinya (ayat 17). Dengan perkataan, perbuatan, dan kuasa Roh Kudus, ia melayani sebagai alat Allah untuk membawa banyak orang dari bangsa-bangsa lain kepada ketaatan iman (ayat 18-19).

Namun, Paulus memiliki prinsip penting dalam misinya: ia tidak melayani di atas dasar yang sudah diletakkan oleh orang lain (ayat 20). Ia memilih untuk memberitakan Injil kepada mereka yang belum pernah mendengar tentang Kristus, agar firman Tuhan mencapai lebih banyak orang yang belum mengenal-Nya.

2. Pelajaran bagi Gereja Masa Kini

Ada kalanya gereja modern lebih memilih untuk mengembangkan pelayanan di tempat-tempat yang sudah memiliki jemaat atau bahkan menduplikasi pelayanan yang sudah ada. Akibatnya, bukan petobat baru yang dijangkau, melainkan jemaat dari gereja lain yang berpindah tempat.

Ini bisa menjadi pengingat bagi kita bahwa pelayanan Injil sejati harus berfokus pada menjangkau mereka yang belum percaya dan belum pernah mendengar Injil. Seperti Paulus, kita dipanggil untuk menjangkau mereka yang berada di "pinggiran," baik secara geografis maupun rohani.

Panggilan ini berlaku tidak hanya bagi gereja secara institusi, tetapi juga bagi kita secara pribadi:

  • Di lingkungan keluarga: Berdoa dan menjadi teladan kasih bagi anggota keluarga yang belum percaya.
  • Di tempat kerja: Memberikan kesaksian hidup melalui integritas, kejujuran, dan kasih kepada rekan kerja.
  • Di lingkungan sosial: Menjalin hubungan dengan tetangga atau teman yang belum mengenal Kristus.

3. Tantangan dan Solusi

Pelayanan di tempat baru atau kepada orang yang belum percaya mungkin terasa sulit dan penuh tantangan. Ada rasa takut ditolak, kekhawatiran dianggap fanatik, atau keengganan keluar dari zona nyaman. Namun, Roh Kudus memampukan kita untuk memberitakan Injil dengan keberanian dan hikmat, seperti yang terjadi dalam pelayanan Paulus.

Gereja juga harus mengedepankan pelatihan misi, doa syafaat, dan pembekalan jemaat agar setiap orang percaya dapat melaksanakan Amanat Agung.

4. Panggilan untuk Bertindak

Membangun pelayanan di tempat lain adalah panggilan yang mulia dan sangat relevan dengan misi Allah. Mari kita:

  • Berdoa bagi mereka yang belum mendengar berita Injil.
  • Menjangkau orang-orang di sekitar kita dengan kasih Kristus.
  • Menyokong misi dan pelayanan ke daerah-daerah yang sulit dijangkau, baik melalui doa, dana, atau tenaga.

Doa

Tuhan, mampukan kami untuk menjadi alat-Mu dalam menjangkau mereka yang belum mengenal Engkau. Berikan kami keberanian, kasih, dan hikmat dalam memberitakan Injil. Pimpin gereja-Mu untuk melayani di tempat-tempat yang membutuhkan terang kasih-Mu, agar banyak jiwa diselamatkan. Amin.

Share:

Doa Pagi


Pagi ini Aku datang kepadamu Tuhan dan aku  mohonkan berkat kepada TUHAN untuk Bapak, Ibu,jemaat  sodara-sodari  sekalian. 
Kiranya berkat kesehatan. Berkat sukacita. Berkat Damai Sejahtera. Mengalir dalam kehidupan kita semua. 
Dan diberkati juga rumah tangga mu. Anak-anak dan cucu-cucu mu. 
Pekerjaanmu. 
Sawah dan ladang mu. 
Studi mu. Toko mu.
Usaha mu. Kantor mu
Rumah mu. Keluarga mu.
Pelayanan mu. Gereja mu. 
Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami... Yang percaya katakan AMIN.!!!... TUHAN YESUS memberkati
Share:

Hidupmu tak sejauh doa.


Efesus 6:18
 (TB)  dalam segala doa dan permohonan. Berdoalah setiap waktu di dalam Roh dan berjaga-jagalah di dalam doamu itu dengan permohonan yang tak putus-putusnya untuk segala orang Kudus,


       Surat Efesus ini, ditulis oleh Paulus ketika dia sedang berada dalam penjara. Ketika Paulus menuliskan surat kepada jemaat Efesus, tentu saja dia mempunyai tujuan dan ada hal yang menjadi motifasi dia untuk menulis surat tersebut.[2] Tujuan Paulus menulis surat kepada jemaat Efesus, didukung oleh keadaan masyarakat Efesus pada saat itu. Keadaan masyarakat Efesus pada saat itu adalah masih melakukan penyembahan terhadap Dewa Yunani. Dewa yang mereka sembah pada saat itu adalah mereka sebut dewi Artemis. Mereka memahami dan mempercayai bahwa dewi Artemis ini adalah Dewa kesuburan. Selain itu juga mereka melakukan penyembahan dan tunduk kepada Kaisar. Melihat keadaan ini tergeraklah hati Paulus untuk mengirimkan suratnya kepada jemaat di Efesus.
         Efesus 6:18 hendak menunjukkan bahwa kehidupan Kristen harus dijaga dan dipelihara karena berhadapan dengan kuasa jahat di tengah dunia yang sedang mencoba melawan, merongrong dan merusak iman. Tetapi bagian tersebut tidak termasuk dalam rangkaian perlengkapan senjata Allah. Walaupun demikian, bagian terakhir ini tetap mempunyai signifikansi.
Doa bukan sekedar saat kita butuh aahatau ibarat seperti kita saat sakit dan minum obat lalu sembuh, bukan seperti itu melainkan sebuah kebutuhan yang pokok setiap manusia yang hidup. Menurut paulus kepada jemaat di efesus mengajarkan bahwa kekuatan kuasa doa itu penting bagi kita.
Kenapa di katakan penting dalam ayat 18 ini ada dua hal yang paling menguatkan imannya karena doa itu sendiri
Yang pertama: bahwa doalah setiap waktu di dalam Roh. Ketika kita berdoa dengan waktu demi waktu yang ada maka kita sebenarnya tidak mampu melakukan sesuatu untuk itulah Roh kita merindukannya.
Yang kedua. Berjaga jagalah di dalam doamu itu. Dengan berjaga jaga berarti hidup kita selalu berusaha bahwa apa sebenarnya kita tidak bisa apa apa. Dan tidak tahu apa yang akan terjadi bagi hidup kita berjaga jaga itulah yang penting.
Yang ketiga: berdalah untuk orang kudus. Karena orang kuduslah kita di jaga dan di lindungi oleh Allah, karena mereka yang selalu mendoakan kita.
Mari kita jadikan doa sebagai kesempatan untuk selalu dekat dengan Allah. Amin.

Jangan jadikan doa seperti obat yang hanya diminum saat kita sakit, tetapi jadikanlah doa seperti air yang diperlukan setiap hari.
Share:

DOAKAN KEBUTUHANMU


Markus 10:46-52   
Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. [ayat 52]

Berbicara kepada Tuhan itu sangat penting, bahkan di setiap keadaan yang sulit seperti ini. Kita harus selalu berdoa. Apa itu Doa. Doa adalah nafas hidup orang percaya.
Mengapa doa kita tidak dikabulkan Tuhan? Karena seringkali kita berdoa menurut apa yang kita inginkan bukan apa yang kita butuhkan. Itulah sebabnya ketika kita menginginkan mujizat Allah terjadi tetapi kuasa-Nya tidak kunjung terjadi dalam hidup kita. Kisah pengemis buta di bacaan Alkitab kita hari ini mengingatkan kita arti dari sebuah kebutuhan yang diungkapkan dalam doa permohonan.
Mohon belas kasihan-Nya [ayat 46-4]
            Pengemis buta yang bernama Bartimeus itu dengan lantang berseru, "Anak Daud, kasihanilah kami!". Dia tidak ragu sedikitpun untuk berseru kepada Yesus mohon belas kasihan-Nya. Sekalipun ia mendapatkan tantangan dari orang banyak itu namun tidak membuatnya surut dan bahkan semakin keras. Dan akhirnya ia mendapatkan perhatian Yesus.
            Kalau kita sadar bahwa kebutuhan kita membutuhkan mujizat Tuhan, maka berserulah mohon belas kasihan-Nya dengan segenap hati dan kepercayaanmu. Permohonan yang dibutuhkan bukanlah seruan yang ala kadarnya dengan pemahaman syukur-syukur kalau didengar, tetapi seruan yang tidak akan pernah berhenti Tuhan memberikan tanggapan-Nya.
Mohon mujizat-Nya [ayat 50-52]
            Ketika Yesus memanggilnya, bartimeus segera beranjak pergi mendapatkan Yesus. Bartimeus tidak menunda-nunda kesempatan untuk mendapat anugerah Tuhan. Ketika Yesus bertanya apa yang dikehendakinya, Bartimeus langsung menjawab bahwa ia mau sembuh. Bartimeus tidak ragu sedikitpun akan anugerah dan kuasa Yesus yang sanggup melakukan mujizat kepadanya, maka dengan penih harap dan iman ia langsung minta sesuatu yang mustahil tetapi yang paling dia butuhkan, yaitu: bisa melihat.
            Kalau ingin mendapatkan mujizat Allah serukanlah sesuatu yang paling Anda butuhkan dalam hidup ini. Sebab sebesar apapun seruan Anda atau sebaliknya sekecil apapun seruan itu kalau itu adalah kebutuhan yang paling hakiki, dan Anda sungguh-sungguh mengimaninya, maka Tuhan akan tergerak oleh belas kasih untuk menyatakan mujizatnya bagi Anda. Setiap kita pasti butuh karena manusia hidup membutuhkan sesuatu. Maka mintalah dengan Apakah yang menjadi kebutuhan nyata dalam hidup Anda saat ini? Jangan ragu, dengan kerendahan hati datanglah ke tahta kasih karunia Tuhan, mohon belas kasihan dan kuasa-Nya bekerja melakukan mujizat dalam hidup Anda.

DOA SEBAGAI NAFAS KEHIDUPAN ORANG PERCAYA. MAKA DOAKAN
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.