Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: Suara
Tampilkan postingan dengan label Suara. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Suara. Tampilkan semua postingan

🍞 Antara Tuhan dan Makanan

 

"Antara Tuhan dan makanan, firman Tuhan mengingatkan: 'Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.'"

“Semua orang makan sampai kenyang. Kemudian orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa sebanyak dua belas bakul.”
— Lukas 9:17

✨ Makanan Fisik, Sentuhan Ilahi

Kadang kita berpikir: urusan rohani seperti iman dan keselamatan lebih penting daripada sekadar makanan. Tapi Yesus menunjukkan sesuatu yang lebih luas — Tuhan peduli juga pada kebutuhan jasmani kita.

Orang banyak datang untuk mendengar pengajaran-Nya. Mereka haus akan Firman. Tapi Yesus juga tahu mereka lapar secara fisik. Ketika para murid bingung karena hanya punya lima roti dan dua ikan, Yesus justru mengajak mereka percaya dan bertindak.

🍽️ Makanan sebagai Tanda Kuasa-Nya

Yesus mengucap syukur, memecah-mecahkan roti, dan membagikannya. Apa hasilnya? Semua orang makan sampai kenyang, bahkan tersisa banyak!

Roti dan ikan hari itu bukan sekadar makanan. Mereka menjadi tanda nyata bahwa Allah Mahakuasa peduli, hadir, dan mencukupkan. Dari hal sederhana seperti makan, kita belajar berserah dan percaya.

❤️ Renungan untuk Kita Hari Ini

  • Apakah aku menyadari bahwa hal sehari-hari pun bisa menjadi sarana Tuhan menyatakan kasih-Nya?

  • Sudahkah aku mengucap syukur dalam hal kecil, termasuk dalam setiap makanan yang kuterima?

  • Bagaimana aku bisa menjadi saluran berkat bagi orang lain, seperti para murid yang membagikan roti itu?

🙏 Doa

Tuhan, terima kasih karena Engkau tidak hanya peduli pada hal-hal besar, tapi juga hadir dalam kebutuhan sederhana kami. Ajarlah aku untuk bersyukur, berbagi, dan percaya bahwa Engkaulah sumber segala yang kami perlukan. Amin.

Share:

👀 Ingin Bertemu dengan Yesus

 

Lukas 9:7–9 — Herodes Mendengar tentang Yesus

“Herodes berkata: 'Yohanes telah kupenggal kepalanya. Siapa gerangan Dia ini, yang tentang-Nya kudengar hal-hal demikian?' Lalu ia berusaha supaya dapat bertemu dengan Dia.”
Lukas 9:9

💡 Motivasi Menentukan Pertemuan

Banyak orang dalam Alkitab ingin bertemu dengan Yesus, tetapi tidak semua dengan hati yang murni:

  • Para gembala datang ke palungan untuk menyembah Sang Juruselamat.

  • Herodes Agung mencari-Nya karena ingin membunuh.

  • Herodes Antipas, anaknya, ingin bertemu karena cemas dan curiga terhadap kabar mukjizat Yesus.

Herodes Antipas bukan datang untuk percaya, melainkan karena takut Yesus adalah kebangkitan Yohanes Pembaptis, yang telah ia penggal. Ia ingin menyelidiki dan mengontrol situasi, bukan menyembah atau mengikut Yesus.

🙏 Refleksi: Mengapa Kita Mencari Yesus?

Setiap hari, banyak dari kita pun mencari Yesus:
melalui ibadah, doa, renungan, bahkan saat menghadapi kesulitan.

Tapi mari tanyakan pada diri sendiri:

  • Apakah aku datang untuk berjumpa dengan Tuhan?

  • Ataukah aku hanya ingin jawaban cepat, mukjizat, atau penghiburan sementara?

Yesus tidak pernah menolak siapa pun yang datang dengan hati yang rindu dan tulus. Namun, motivasi yang keliru bisa membuat kita gagal melihat siapa Dia sebenarnya — bahkan saat Dia sudah hadir.

🔎 Mari Periksa Hati Kita

✔️ Apakah aku sungguh rindu mengenal Yesus?
✔️ Apakah aku siap percaya dan taat, atau hanya ingin tahu?
✔️ Apakah aku datang untuk disembuhkan, atau untuk dijadikan utuh?

Ingat:

Yang mencari dengan tulus akan menemukan Dia.
Yang datang dengan hati yang terbuka akan melihat kemuliaan-Nya.

Tuhan Yesus, aku datang bukan hanya karena butuh pertolongan-Mu,
tetapi karena aku rindu mengenal dan mengalami Engkau lebih dalam.
Perbaharui motivasi hatiku setiap hari. Amin.

Share:

🥾 Jangan Membawa Tongkat

 

Lukas 9:1-6

💡 Kuasa Tuhan Terlihat dari Kerendahan Hati

Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk mewartakan Kerajaan Allah. Mereka diberi kuasa atas roh jahat dan penyakit, tapi... dilarang membawa tongkat. Aneh? Bukankah tongkat biasa menjadi simbol otoritas, alat bantu, atau tanda kekuasaan rohani?

Di sinilah Yesus menunjukkan cara kerja Kerajaan Allah yang sangat berbeda dari dunia. Kuasa tidak terletak pada lambang, melainkan pada sikap hati. Tuhan ingin murid-murid bergantung sepenuhnya kepada-Nya, bukan pada perlengkapan duniawi.

Yesus mengajarkan:
➡️ Kuasa sejati tampak dalam kesederhanaan.
➡️ Wibawa lahir dari ketaatan dan kerendahan hati.
➡️ Pelayanan bukan soal penampilan, tapi penyandaran diri pada Tuhan.


🙏 Refleksi untuk Kita Hari Ini

Apakah kita masih menggenggam “tongkat-tongkat” simbolis dalam hidup dan pelayanan? Gelar, jabatan, atau hal-hal yang membuat kita merasa kuat?
Yesus mengundang kita untuk melepaskan semua itu dan berjalan dalam kesederhanaan. Karena justru saat kita lemah, kuasa-Nya menjadi nyata.

Mari melayani bukan dengan tongkat kuasa, tapi dengan hati yang berserah.
Itulah wibawa sejati di mata Tuhan.


Share:

🙏 Kepada Dialah Kita Yakin dan Percaya

 

“Jangan takut, percaya saja, dan anakmu akan selamat.” — Lukas 8:50b

Setiap orang pasti pernah ada di titik nyaris menyerah—entah karena penyakit yang tak kunjung sembuh, masalah yang bertumpuk, atau doa-doa yang terasa hampa. Dan di titik itu, iman kita diuji: Masihkah kita percaya kepada-Nya?

Yairus dan perempuan yang mengalami pendarahan selama dua belas tahun adalah contoh dua pribadi yang datang kepada Yesus di titik paling lemah dalam hidup mereka. Yairus adalah seorang kepala rumah ibadat, perempuan itu tidak dikenal namanya. Tapi keduanya memiliki satu kesamaan: mereka mendekat kepada Yesus dengan iman yang putus asa tapi tulus.

Yairus sujud memohon Yesus menyembuhkan anak perempuannya. Perempuan itu hanya berharap bisa menyentuh jubah-Nya. Keduanya tidak tahu apakah mereka akan ditolak atau diterima—tapi mereka melangkah dengan iman.

Yesus merespons bukan hanya dengan kuasa penyembuhan, tetapi juga dengan belas kasih. Dia tidak hanya menyembuhkan, tetapi memulihkan: tubuh, relasi, dan iman. Kata-kata Yesus kepada Yairus—“Jangan takut, percaya saja”—adalah undangan yang sama bagi kita hari ini.

Iman sejati bukanlah iman yang kuat karena kondisi sedang baik, tapi iman yang tetap berharap meski semuanya belum berubah. Iman itu percaya bahwa Yesus peduli dan mampu menolong, meskipun kita tidak tahu bagaimana atau kapan Dia akan bertindak.

Mungkin hari ini kamu tidak punya kekuatan lagi selain untuk berkata, “Tuhan, aku berserah.” Itu cukup. Karena sering kali justru dalam titik terlemah, kuasa Tuhan dinyatakan paling nyata.

Jangan berhenti percaya. Jangan menyerah hanya karena keadaan tampak gelap. Yesus tidak pernah datang terlambat. Kepada Dialah kita yakin dan percaya.


🕊️ Doa:
Tuhan Yesus, Engkaulah pengharapan dalam situasi yang paling gelap. Aku mau tetap percaya, meski aku belum melihat jawaban. Kuatkan aku agar tetap bersandar kepada-Mu. Amin.

Share:

📖 Ceritakan dan Beritahukan!

 
Bagikan karya-Nya! Ceritakan dan beritahukan firman Tuhan yang menyelamatkan dan menguatkan setiap orang percaya.

“Pulanglah ke rumahmu dan ceritakanlah segala sesuatu yang telah diperbuat Allah atasmu.” — Lukas 8:39a

Apakah kita pernah benar-benar menceritakan kepada orang lain tentang apa yang Tuhan sudah lakukan dalam hidup kita?

Di tanah Gerasa, Yesus berjumpa dengan seorang pria kerasukan banyak roh jahat. Ia adalah orang yang terasing dari masyarakat, hidup di kuburan, dan kehilangan kendali atas dirinya. Tapi ketika Yesus datang, segala sesuatu berubah. Pria itu disembuhkan, dipulihkan, dan mengalami kuasa Allah secara nyata.

Yang menarik adalah: Yesus tidak membiarkannya ikut serta bersama-Nya. Sebaliknya, Yesus memintanya untuk pulang—dan menceritakan apa yang telah Allah perbuat atas dirinya. Ia dipanggil menjadi saksi, bukan dengan khotbah panjang, tapi dengan kisah nyata tentang kasih dan kuasa Yesus dalam hidupnya.

Di dunia yang sibuk dan bising ini, orang mungkin tidak mendengarkan khotbah, tapi mereka akan memperhatikan hidup kita. Kesaksian hidup yang nyata—yang jujur, sederhana, dan tulus—bisa menjadi saluran kasih Allah untuk menjangkau hati orang lain.

Tuhan tidak memanggil kita semua menjadi pengkhotbah. Tapi Ia memanggil kita semua untuk menjadi saksi. Ketika kita sungguh mengenal Yesus sebagai Juru Selamat pribadi, hati kita tidak akan bisa diam. Kita akan ingin orang lain juga mengenal kasih yang sama. Seperti pria Gerasa itu, kita pun terpanggil untuk menceritakan dan memberitahukan kebaikan Tuhan—kepada keluarga, teman, tetangga, bahkan orang asing sekalipun.

Jangan simpan sendiri karya Allah dalam hidupmu. Ceritakan! Beritahukan!
Biarlah hidup kita menjadi kabar baik yang hidup.


🕊️ Doa:
Tuhan, terima kasih karena Engkau telah mengubahkan hidupku. Beri aku keberanian untuk menceritakan kasih-Mu kepada orang lain. Pakailah hidupku menjadi kesaksian tentang kebaikan dan kuasa-Mu. Amin.

Share:

✨ Percayalah!

 

"Percayalah!" mengajak kita lewat firman Tuhan untuk tetap teguh dalam iman, menyerahkan segala kekhawatiran kepada Allah yang setia dan berkuasa menolong.

Ada kalanya hidup terasa seperti berada di tengah badai—tak terduga, menakutkan, dan di luar kendali. Di tengah situasi seperti itulah pertanyaan Yesus kepada murid-murid-Nya bergema: “Di manakah kepercayaanmu?”

Murid-murid sudah sering bersama Yesus. Mereka mendengar ajaran-Nya, menyaksikan mujizat-Nya, dan mengikut Dia setiap hari. Namun saat gelombang menerpa perahu dan angin mengguncang hidup mereka, panik menggantikan iman. Mereka lupa: Yesus ada bersama mereka di perahu yang sama.

Bukankah itu juga yang sering terjadi pada kita?

Kita berkata percaya kepada Tuhan. Kita membaca firman-Nya, berdoa kepada-Nya. Namun, ketika badai hidup datang—ketika kabar buruk muncul, pekerjaan terancam, relasi terguncang, atau masa depan terasa gelap—kita mudah goyah. Bukannya berpegang pada janji-Nya, kita justru lebih fokus pada ketakutan kita.

Yesus tidak menjanjikan langit selalu cerah. Tapi Dia berjanji bahwa Dia selalu beserta kita. Sama seperti Ia bangun dan menenangkan angin dan danau, demikian juga Dia sanggup menenangkan badai dalam hidup kita.

Percaya berarti tetap tenang walau angin kencang. Percaya berarti yakin bahwa Tuhan tidak tertidur dalam hidup kita. Percaya

Share:

👨‍👩‍👧‍👦 Anggota Keluarga Allah

"Anggota Keluarga Allah" menegaskan lewat firman Tuhan bahwa setiap orang percaya diterima sebagai anak-Nya, hidup dalam kasih, iman, dan kebersamaan ilahi.

“Ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku ialah mereka yang mendengarkan firman Allah dan melakukannya.”
Lukas 8:21

👀 Bangga Jadi Keluarga Terkenal

Bayangkan jika kamu punya kerabat seorang tokoh besar: presiden, artis, atau ilmuwan ternama. Tentu kamu akan merasa bangga, bahkan ingin dikenal sebagai bagian dari keluarganya.

Hal yang sama mungkin dirasakan oleh ibu dan saudara-saudara Yesus. Mereka ingin bertemu dengan-Nya di tengah kerumunan besar yang datang untuk mendengarkan ajaran-Nya (ay. 19–20).

Tapi respon Yesus mengejutkan. Ia tidak langsung menyambut mereka. Sebaliknya, Ia berkata bahwa keluarga-Nya yang sejati adalah siapa saja yang mendengar dan melakukan firman Allah (ay. 21).

📖 Keluarga Allah: Berdasarkan Ketaatan, Bukan Hubungan Darah

Yesus tidak merendahkan keluarga-Nya secara biologis. Ia justru sedang memperluas pengertian tentang siapa yang benar-benar dekat dengan-Nya.
Kedekatan dengan Yesus tidak otomatis terjadi karena status, latar belakang, atau tradisi — melainkan karena ketaatan.

Menjadi bagian dari keluarga Allah berarti:

  • Mendengar firman Tuhan dengan sungguh-sungguh

  • Melakukan firman itu dalam kehidupan nyata

  • Mengenal dan dikenal oleh Kristus secara pribadi

🧎 Kamu Termasuk Keluarga Allah Jika…

Tanda kamu adalah anggota keluarga Allah bukan sekadar karena kamu orang Kristen sejak lahir, atau aktif dalam kegiatan gereja, melainkan:

  • Kamu haus akan firman Tuhan

  • Kamu taat dan rela dibentuk oleh firman

  • Kamu hidup berjalan dalam kehendak-Nya

Kedekatan dengan Allah akan:

  • Membuat hidupmu dipenuhi ucapan syukur, bukan keluhan

  • Memberi damai dan arah di tengah dunia yang penuh kebingungan

  • Menjadi sumber sukacita sejati dan rasa bangga yang kekal

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, aku rindu menjadi bagian dari keluarga-Mu.
Ajarku untuk tidak hanya mendengar firman-Mu, tapi juga melakukannya dengan setia.
Lembutkan hatiku agar ketaatan menjadi gaya hidupku.
Terima kasih karena Engkau menyambut setiap orang yang datang dengan rendah hati dan taat.
Aku mau mengenal-Mu lebih dalam dan hidup sebagai anak-Mu yang sejati.
Amin.

Menjadi anggota keluarga Allah bukan soal status, tapi soal sikap hati.
Mereka yang mendengar dan melakukan firman-Nya, itulah yang sungguh dekat dan dikasihi oleh-Nya.

Apakah kamu sudah menjadi anggota keluarga Allah hari ini?

Share:

🔥 Haus akan Firman

"Haus akan Firman" mengajak kita merindukan firman Tuhan setiap hari, karena hanya melalui-Nya kita dipuaskan, dikuatkan, dan dibimbing dalam hidup.

“Karena tidak ada sesuatu yang tersembunyi yang tidak akan dinyatakan, dan tidak ada yang rahasia yang tidak akan diketahui dan diumumkan.”
Lukas 8:17

💡 Firman Itu Terang

Yesus memberi perumpamaan tentang pelita. Semua orang tahu, pelita tidak disembunyikan di bawah tempat tidur, tapi ditaruh tinggi-tinggi agar menerangi seluruh ruangan. Terang itu membuka segala yang tersembunyi — dan itulah gambaran dari firman Tuhan.

Firman Tuhan bukan untuk disembunyikan, bukan untuk dipilih-pilih. Firman menyinari:

  • Dosa yang kita sembunyikan

  • Motif hati yang kita tutupi

  • Keinginan egois yang kita pertahankan

Terang menyakitkan bagi yang ingin tetap di dalam kegelapan. Tapi bagi yang rindu dipulihkan, firman adalah jalan keluar.

👂 Bagaimana Kita Mendengar Firman?

Yesus berkata, “Karena itu, perhatikanlah cara kamu mendengar!” (ay.18).
Ini bukan soal banyaknya ayat yang kita dengar, tapi bagaimana kita menyikapinya.

  • Apakah kita mendengar dengan rendah hati atau dengan sikap merasa sudah tahu?

  • Apakah kita datang dengan hati yang lapar atau hanya ikut-ikutan saja?

  • Apakah kita bersedia dibentuk, atau malah membela dosa?

Yesus memperingatkan:
Siapa yang haus akan firman, akan diberi lebih banyak.
Tapi siapa yang acuh, yang ada padanya akan diambil.

✝️ Firman Menelanjangi Tapi Juga Memulihkan

Firman Tuhan itu seperti cermin yang menunjukkan siapa kita sebenarnya. Tapi bukan untuk mempermalukan, melainkan untuk memulihkan.
Firman Tuhan:

  • Menyatakan kesalahan

  • Memberi pengajaran

  • Menuntun pada pertobatan

  • Membentuk karakter Kristus dalam kita

(Bdk. 2 Timotius 3:16)

🧎 Refleksi Pribadi

  • Apakah saya masih haus akan firman Tuhan hari-hari ini?

  • Apakah saya datang kepada firman dengan hati yang terbuka atau penuh pembelaan diri?

  • Apakah saya mengizinkan firman menegur dan membentuk hidup saya?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, aku rindu hidup dalam terang-Mu.
Jangan biarkan aku menjadi orang yang hanya tahu firman, tapi tidak mau berubah.
Lembutkan hatiku untuk menerima setiap teguran-Mu,
dan hauskanlah jiwaku akan kebenaran-Mu.
Biarlah terang firman-Mu menyinari setiap bagian hidupku,
dan menjadikanku terang di tengah dunia ini.
Amin.

Terang firman Tuhan tidak bisa disembunyikan.
Jika kita sungguh-sungguh haus akan firman, maka terang itu akan menyinari hidup kita, mengubahkan kita, dan memampukan kita untuk menjadi terang juga bagi orang lain.

Share:

🙏 Berdoa Terlebih Dahulu!

 

"Berdoa Terlebih Dahulu!" mengingatkan lewat firman Tuhan bahwa setiap langkah hidup harus dimulai dengan doa agar selaras dengan kehendak Allah.

“Yang jatuh di tanah yang baik itu ialah orang yang setelah mendengar firman itu, menyimpannya dalam hati yang baik dan mengeluarkan buah dalam ketekunan.”
Lukas 8:15

🌱 Satu Benih, Empat Hasil

Yesus menyampaikan perumpamaan tentang seorang penabur yang menaburkan benih. Benih itu sama, tapi tanahnya berbeda — dan hasilnya juga berbeda.

  • Di pinggir jalan: diinjak dan dimakan burung.

  • Di tanah berbatu: tumbuh sebentar lalu layu.

  • Di semak duri: tumbuh, tapi akhirnya tercekik.

  • Di tanah yang baik: berbuah dengan kelimpahan.

Apa yang membedakan? Kondisi tanahnya. Dan Yesus menjelaskan: tanah itu melambangkan hati manusia.

🧠 Hati yang Siap Menerima Firman

Firman Tuhan bisa dibacakan, dikhotbahkan, atau dibagikan lewat media — tapi yang menentukan dampaknya adalah kesiapan hati kita.

Yesus tidak sedang bicara soal cerdas atau tidak. Ia berbicara soal sikap hati:

  • Apakah kita mau mendengar?

  • Apakah kita terbuka untuk ditegur?

  • Apakah kita rela dibentuk dan diubah?

🙏 Kenapa Harus Berdoa Dulu?

Karena doa mempersiapkan hati kita seperti petani menggemburkan tanahnya.

Tanpa doa, kita mudah:

  • Tergesa-gesa membaca tanpa merenungkan

  • Menghakimi orang lain tapi menolak introspeksi

  • Tahu banyak, tapi tidak taat

Doa bukan sekadar formalitas sebelum membaca Alkitab atau mendengar khotbah. Doa adalah pernyataan kerendahan hati: “Tuhan, tanpa Engkau aku tidak akan mengerti, apalagi berubah.”

✍️ Refleksi Pribadi

  • Apa kondisi hati saya saat ini?
    Apakah seperti jalanan keras, tanah dangkal, semak berduri, atau tanah yang subur?

  • Apakah saya memberi waktu untuk berdoa sebelum membaca atau mendengar firman?

  • Apakah saya lebih fokus pada pengetahuan atau pada ketaatan?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, hari ini aku mau mendengar suara-Mu.
Lembutkanlah hatiku seperti tanah yang subur,
yang siap menerima firman-Mu.
Jauhkan aku dari kekhawatiran, kemunafikan, dan kebodohan rohani.
Biarlah firman-Mu bertumbuh, berakar, dan berbuah dalam hidupku.
Dalam nama Yesus, Sang Firman Hidup, aku berdoa. Amin.

Firman Tuhan tidak berubah — tapi hati kita bisa berubah.
Hari ini, sebelum membuka Alkitab atau mendengarkan khotbah,
mari kita berdoa terlebih dahulu.
Karena bukan banyaknya firman yang kita dengar yang mengubah hidup,
tetapi kesiapan hati kita untuk menerimanya dan menaati-Nya.

Share:

✨ Tetap Menjadi Saksi

"Tetap Menjadi Saksi" menegaskan lewat firman Tuhan pentingnya setia memberitakan Injil, meski dalam tantangan, demi kemuliaan nama Kristus.

“Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.”
Kis. 28:31

🔥 Kesaksian yang Tak Terhentikan

Paulus adalah tahanan — secara hukum dan secara fisik. Ia disalahpahami, difitnah, dianiaya, dan akhirnya dikurung. Tetapi dari tempat kurungan itu, kesaksiannya justru makin bersinar.

Ia tidak menyalahkan keadaan. Ia tidak menyerah pada kelelahan. Justru, ia membuka rumahnya untuk siapa pun yang ingin mendengar Injil — dan ia memberitakan kabar baik dengan keberanian dan tanpa rintangan.

💡 Pelajaran Penting dari Paulus

  1. Kesaksian Tidak Bergantung pada Keadaan
    Paulus bisa saja diam dan merasa putus asa — tapi ia memilih tetap bersuara.
    ➤ Kita pun dipanggil untuk bersaksi, bukan ketika segalanya mudah,
    tetapi justru ketika tantangan datang.

  2. Kesaksian Tidak Harus Panggung Besar
    Paulus bersaksi bukan di forum publik, tapi di rumah sewanya sendiri.
    ➤ Kesaksian kita bisa terjadi di rumah, tempat kerja, pertemanan, bahkan media sosial.

  3. Kesaksian Bukan Soal Dihargai atau Tidak
    Banyak yang menolak Paulus. Tetapi ia tetap bersaksi, karena tujuannya bukan disukai,
    ➤ melainkan setia kepada Kristus yang telah menyelamatkannya.

✍️ Refleksi Pribadi

  • Apakah saya hanya berani bersaksi ketika situasi nyaman?

  • Apakah saya menggunakan keterbatasan sebagai alasan untuk diam?

  • Apakah saya menyadari bahwa Tuhan bisa memakai saya di tempat saya sekarang?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, bentuklah aku menjadi saksi-Mu yang setia.
Berikan aku keberanian untuk menyatakan kasih dan kebenaran-Mu,
bukan hanya lewat kata, tetapi juga lewat sikap hidupku.
Biarlah hidupku, di manapun aku berada,
menjadi terang yang menunjukkan bahwa Yesus hidup dan berkuasa. Amin.


Perjalanan hidup kita tidak selalu ideal. Kadang sempit, kadang sunyi, kadang berat. Tetapi justru dalam ruang-ruang kecil dan masa-masa sulit, Tuhan ingin memakai kita untuk menyatakan kasih-Nya.

Jangan menunggu keadaan sempurna. Jangan menunggu dipahami semua orang.
Selama masih bisa bernapas, kita masih punya tugas: tetap menjadi saksi.

Share:

❤️ Kerjakanlah dengan Tulus

 
"Kerjakanlah dengan Tulus" mengajak kita lewat firman Tuhan untuk melayani dan bekerja dengan hati yang ikhlas sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

“Ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus dengan segala keberanian dan tanpa rintangan apa-apa.”
Kisah Para Rasul 28:31

🗣️ Ketulusan Tidak Bergantung pada Respon Orang

Ada dua kelompok yang sering sulit dinasihati:
🔹 Mereka yang sedang jatuh cinta — karena yang mereka lihat hanyalah apa yang mereka inginkan.
🔹 Mereka yang membenci — karena hati mereka tertutup oleh prasangka dan kebencian.

Dan Paulus menghadapi keduanya dalam bentuk lain: orang-orang Yahudi yang keras hati dan menolak kebenaran, sekalipun ia telah menjelaskan dengan sabar, dengan fakta, dan dengan kasih.

🙌 Ketulusan Paulus yang Luar Biasa

Dalam situasi yang bisa membuat siapa pun pahit, Paulus tetap melayani dengan tulus.
✔️ Ia tidak membela diri demi popularitas.
✔️ Ia tidak membalas kejahatan dengan kemarahan.
✔️ Ia tidak lelah menjelaskan tentang Yesus dan Kerajaan Allah.
Bahkan ketika ditolak, disalahpahami, dan diabaikan, Paulus tetap menyampaikan kebenaran dengan hati yang bersih.

💡 Pelajaran Bagi Kita

  1. Jangan Berhenti karena Tidak Diterima
    Paulus tidak menyerah hanya karena sebagian besar menolak.
    Kebenaran tetap harus dinyatakan — bukan karena hasil, tapi karena panggilan.

  2. Kerjakan Segala Sesuatu dengan Hati Tulus
    Tuhan tidak meminta kita untuk selalu berhasil secara lahiriah,
    ➤ tetapi setia dan jujur dalam melayani, meski tak selalu disambut baik.

  3. Respons Orang Lain Bukan Ukuran Nilai Kita
    Kita bukan pengubah hati — itu pekerjaan Roh Kudus.
    ➤ Tugas kita adalah menjadi saksi yang benar, setia, dan rendah hati.

🔍 Refleksi Pribadi

  • Apakah saya tetap mengerjakan pelayanan meski tidak dihargai?

  • Apakah saya memberi nasihat atau kesaksian hanya jika yakin akan diterima?

  • Seberapa sering saya bekerja dengan tulus, bukan karena ingin dipuji?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, ajarku untuk bekerja dengan tulus, meski tanggapan orang tidak selalu baik.
Bersihkan niatku, dan mampukan aku untuk terus setia menyatakan kebenaran-Mu,
sebab aku tahu, Engkau melihat hati dan menghargai ketulusan.
Amin.

Di tengah dunia yang menghargai hasil instan, ketulusan menjadi nilai yang langka.
Tetapi bagi kita yang mengikut Kristus, melayani dengan hati murni dan kesetiaan adalah panggilan utama.
Tidak semua akan menerima. Namun, Tuhan selalu melihat dan menghargai.

Share:

💡 Berbuat Baik Tak Menunggu Segalanya Baik

 
"Berbuat Baik Tak Menunggu Segalanya Baik" menegaskan lewat firman Tuhan bahwa kebaikan tetap bisa dilakukan di tengah situasi sulit dan terbatas.

“Janganlah kamu menjadi jemu-jemu berbuat baik...”
Galatia 6:9a

🌧️ Ketika Nasib Tak Sejalan dengan Niat

Banyak dari kita menunda berbuat baik dengan alasan:
"Aku masih dalam masalah."
"Tunggu aku pulih dulu."
"Saat ini belum waktunya."

Tapi lihatlah Paulus. Setelah nyaris mati karena kapal karam, terdampar di tempat asing, lalu digigit ular berbisa — apakah ia berhenti peduli pada orang lain? Tidak. Justru di tengah kondisi seperti itu, ia bangkit dan menjadi saluran berkat bagi orang-orang di pulau Malta.

🕊️ Tangan yang Menyembuhkan, Bukan Mengeluh

Bukan hanya tidak mati karena gigitan ular, Paulus malah:

  • Menyembuhkan ayah Publius, pejabat setempat,

  • Melayani orang-orang sakit lainnya yang berdatangan,

  • Dan tetap rendah hati untuk memberi, bukan hanya menerima.

Padahal ia sendiri baru saja selamat dari badai.

Paulus tahu bahwa kesulitan bukan alasan untuk berhenti menjadi alat Tuhan. Dalam penderitaannya, ia tetap melayani. Bukan karena kuat, tapi karena percaya bahwa Tuhan yang memampukan.

🔍 Refleksi Pribadi:

  • Apakah saya hanya mau berbuat baik ketika semuanya berjalan lancar?

  • Apakah saya masih peka terhadap kebutuhan orang lain saat saya sedang bergumul?

  • Bisakah saya melihat kesulitan saya sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk menolong orang lain?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, seringkali aku menunggu keadaan membaik untuk mulai menolong,
padahal Engkau memanggilku untuk taat, bahkan saat sulit.
Bentuk hatiku agar tetap siap berbuat baik,
bukan karena keadaanku, tapi karena kebaikan-Mu yang tak pernah berhenti.

Amin.

Keadaan hidup mungkin tak selalu baik, tapi kita bisa selalu memilih untuk berbuat baik.
Karena kasih Tuhan tidak bergantung pada musim,
dan kesetiaan kita pun seharusnya tidak menunggu semuanya sempurna.
Jadilah seperti Paulus — dipakai Tuhan di tengah badai, luka, bahkan saat tak ada yang mengerti.

Share:

🙏 Diabaikan tetapi Tidak Mengabaikan

 
"Diabaikan tetapi Tidak Mengabaikan" mengajarkan lewat firman Tuhan untuk tetap setia dan mengasihi, meski diri sendiri tidak dihargai orang lain.

Kisah Para Rasul 27:13–44

“Janganlah kamu menjadi jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kamu akan menuai, jika kamu tidak menjadi lemah.”
Galatia 6:9

🌪️ Ketika Nasihat Diabaikan

Apa rasanya ketika niat baik kita dianggap angin lalu? Ketika peringatan yang tulus justru diabaikan, dan keputusan yang diambil malah membawa semua orang pada masalah besar? Paulus tahu persis rasanya. Ia memperingatkan, tapi tidak didengarkan. Dan akibatnya? Badai hebat menghantam.

Semua usaha dan keahlian pelayaran tidak sanggup mengatasi keadaan. Ketika manusia mulai kehabisan harapan, hadirlah Paulus — orang yang sebelumnya mereka anggap remeh — sebagai sumber kekuatan, penuntun, dan pengingat akan janji Allah. Ia tidak berkata, “Tuh kan, aku sudah bilang!” — tapi memilih untuk tetap menguatkan, membangun, dan melayani.

🕊️ Pilihan untuk Tetap Mengasihi

Sikap Paulus adalah cerminan kasih Kristus — tetap mengasihi mereka yang mengabaikannya. Bukan karena ia ingin diakui, tapi karena ia tahu siapa yang mengutusnya, dan apa panggilannya. Bukan balas dendam, tapi kasih dan kepedulian yang menjadi jawabannya.

Kita pun, dalam kehidupan sehari-hari, bisa mengalami situasi serupa:

  • Dikesampingkan dalam keputusan penting,

  • Dipandang sebelah mata karena latar belakang atau posisi kita,

  • Dituduh atau disalahpahami meski sudah memperingatkan lebih dulu.

Namun, seperti Paulus, panggilan kita bukan untuk membalas, melainkan tetap hadir, peduli, dan melayani.

📌 Refleksi Pribadi:

  • Apakah aku tetap mau mengasihi ketika diabaikan?

  • Apakah aku bisa menjadi penopang bagi orang yang pernah menolak bantuanku?

  • Apakah aku bisa melihat krisis sebagai kesempatan untuk menunjukkan kasih Kristus?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, ajar aku untuk tidak menjadi pahit ketika peringatan dan kasihku diabaikan.
Beriku hati yang tetap mau melayani, menguatkan, dan membawa damai,
seperti Paulus, bahkan seperti Engkau sendiri.
Tolong aku menjadi cerminan kasih-Mu,
yang tak pernah berhenti sekalipun sering ditolak.

Amin.

Dalam dunia yang sering membalas sikap dingin dengan sikap yang lebih dingin,
Tuhan memanggil kita untuk tetap bersinar dengan kasih.
Ketika diabaikan, jangan balas dengan mengabaikan.
Karena kasih sejati diuji — dan terbukti — justru saat kita tetap setia meski tak dianggap.

Share:

🤝 Jangan Abaikan Sahabatmu

Kisah Para Rasul 27:1–13

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
Amsal 17:17

🌊 Sahabat dalam Angin Badai

Ketika kehidupan terasa seperti badai yang tak kunjung reda — arah tak jelas, waktu terbuang, dan bahaya mengintai — Tuhan sering mengirim penghiburan melalui sahabat. Paulus mengalaminya lewat Yulius, perwira militer Romawi yang seharusnya menjadi penjaga, tapi justru menjadi teman yang ramah dan murah hati. Di tengah persidangan yang berat, Tuhan menghadirkan manusia biasa sebagai saluran kasih-Nya.

Namun, persahabatan diuji bukan saat semuanya berjalan baik, melainkan ketika kita harus memilih untuk percaya — atau mengabaikan. Itulah yang terjadi ketika Paulus memperingatkan bahaya pelayaran, namun Yulius memilih suara yang lebih logis dan profesional, dan bukan suara sahabatnya.


Waspadai Abaikan Kecil yang Berisiko Besar

Seringkali kita juga seperti Yulius:

  • Lebih mendengar suara mayoritas atau “yang ahli”,

  • Mengabaikan suara sahabat yang kita pikir “tidak punya kapasitas”,

  • Atau menilai berdasarkan apa yang kelihatan tenang di permukaan, tanpa menyadari badai besar sedang menanti.

Sahabat sejati bukan hanya hadir di hari yang cerah, tapi juga berani memperingatkan ketika kita melenceng, meski risikonya tidak disukai atau disalahpahami. Kata-kata mereka mungkin tidak menyenangkan, tetapi justru itulah yang bisa menyelamatkan hidup kita.


🧭 Renungkan dan Tanyakan:

  • Apakah saya cukup peka mendengar suara sahabat yang peduli?

  • Apakah saya mau menerima teguran, bukan hanya pelukan?

  • Apakah saya menghargai kehadiran sahabat sebagai cara Tuhan menjaga saya?


🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, ajar aku untuk tidak mengandalkan logikaku sendiri.
Ketika Engkau mengutus sahabat dalam hidupku,
buatlah aku peka untuk mendengar dan menghargai suara mereka.
Jangan biarkan aku mengabaikan peringatan yang bisa menyelamatkan hidupku.
Dan biarlah aku pun menjadi sahabat yang setia — tidak hanya ramah,
tetapi juga berani berkata benar dalam kasih.

Amin.

Kadang suara Tuhan terdengar lewat mulut sahabat kita.
Jangan abaikan mereka hanya karena kita merasa lebih tahu.
Karena bisa jadi, teguran sahabat hari ini menyelamatkan kita dari badai besok.

Share:

🙋‍♂️ “Aku!”, Bukan “Kamu!”


Kisah Para Rasul 26:24–29

“Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Matius 5:44


🔥 Menghindari Api yang Membakar

Betapa sering pertengkaran dimulai dari satu kata: “Kamu!”

  • “Kamu tidak peka!”

  • “Kamu egois!”

  • “Kamu selalu begitu!”

Kata “kamu” bisa menjadi peluru yang menyakiti dan membangkitkan amarah. Di sisi lain, kata “aku” — ketika digunakan dengan rendah hati dan jujur — justru meredakan konflik dan membuka pintu untuk berdamai.


🧑‍⚖️ Belajar dari Paulus

Paulus berada di situasi yang sangat tidak bersahabat:

  • Dituduh gila oleh Festus.

  • Diolok sok penginjil oleh Raja Agripa.

Namun, ia tidak membalas dengan nada tinggi atau menyudutkan mereka. Ia memilih untuk berkata:

  • “Aku tidak gila, Festus yang mulia…” (ay. 25)

  • “Aku berdoa kepada Allah, supaya bukan hanya engkau, tetapi semua yang hadir, menjadi seperti aku, hanya tidak dengan belenggu ini” (ay. 29).

Perhatikan: Paulus tidak berkata, “Kamu salah!” atau “Kamu harus bertobat!”, melainkan mengambil posisi pribadi yang lembut dan tulus. Ia tetap menghormati lawan bicaranya, bahkan mendoakan mereka dengan kasih.


💭 Renungkan Ini:

  • Ketika disalahpahami, apakah saya cenderung menyerang balik dengan kata “kamu”?

  • Apakah saya cukup rendah hati untuk mengatakan, “Aku salah,” atau “Aku minta maaf”?

  • Apakah saya pernah mendoakan orang yang menyakiti saya?


🙏 Doa Hari Ini

Tuhan Yesus, Engkau mengajar kami untuk membalas hinaan dengan kasih, dan olokan dengan doa.
Ubahlah hati dan lidah kami agar tidak mengucapkan kata yang melukai.
Ketika kami disakiti, tuntunlah kami untuk tidak berkata “kamu”,
tapi untuk berkata “aku mau mengampuni”, “aku mau mendoakan.”
Biarlah lewat sikap kami, kasih Kristus terpancar nyata.

Amin.


🌱 Penutup

Yesus tidak membalas ketika dihina. Paulus tidak meledak ketika difitnah.
Kita pun dipanggil untuk merespons hinaan dengan kasih,
dan membalas tuduhan dengan kebenaran yang rendah hati.

Mulailah hari ini dengan mengganti kata “kamu” yang menyudutkan
dengan “aku” yang bertanggung jawab dan “Tuhan” yang mengubahkan.

Share:

Menurut Tuhan Lebih Mudah

Kisah Para Rasul 26:12-23

Galah rangsang adalah alat dari besi berbentuk tongkat dengan ujung tajam, digunakan untuk mengarahkan hewan penarik beban sesuai kehendak pemiliknya. Menendang galah rangsang hanya akan menyakiti diri sendiri dan sia-sia. Ungkapan ini muncul dalam pembelaan Paulus saat dia menceritakan kisah pertobatannya.  

Dalam perjalanan ke Damsyik, Paulus mendengar suara Tuhan Yesus yang memanggilnya (ayat 12-18). Di tengah peristiwa yang mengguncang itu, Tuhan berkata, "Sukar bagimu menentang Dia yang berkuasa atasmu" (ayat 14b), atau dalam terjemahan lain, "Sukar bagimu menendang galah rangsang." 

Perkataan ini mengungkapkan betapa sia-sianya perlawanan Paulus. Meskipun ia begitu bersemangat melayani Allah, tanpa sadar ia justru melawan Dia yang berdaulat atas hidupnya. Sindiran ini juga ditujukan kepada orang-orang yang menghakiminya saat itu. Sebelum mereka menyalahkan Paulus, mereka perlu merenungkan: Apakah kami sendiri sedang melawan Allah yang menguasai hidup kami? 

Paulus menyadari teguran itu dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Sejak saat itu, ia berhenti melawan Tuhan dan mulai taat kepada perintah-Nya untuk memberitakan Injil. Itulah sebabnya ia sekarang berdiri di hadapan Raja Agripa sebagai saksi Kristus (ayat 19-23).  

Pertanyaan yang sama perlu kita renungkan: *Apakah kita masih melawan Allah yang memegang kendali atas hidup kita?* Jika memang sulit melawan Tuhan, sebaliknya, lebih mudah bagi kita untuk taat kepada-Nya.  

Kita semua pernah memberontak terhadap Allah, itu tidak bisa disangkal. Namun, apakah kita mau mengakuinya dan menunjukkan pertobatan yang nyata? Marilah kita merendahkan diri di hadapan-Nya dan bersedia menjadi saksi tentang kematian dan kebangkitan Yesus.  

Jika Tuhan bisa mengampuni Paulus dan memakainya sebagai alat kebenaran, Dia juga sanggup memulihkan dan memakai kita untuk menjadi berkat bagi banyak orang.  

---  

Doa:
Ya Bapa di surga, aku bersyukur atas penyertaan-Mu sepanjang malam dan pagi ini. Aku memohon berkat-Mu atas Bapak, Ibu, dan seluruh jemaat. Berikanlah kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam hidup kami.

*Berkatilah rumah tangga, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, ladang, perusahaan, studi, toko, usaha, kantor, MOU, pelanggan, rumah, keluarga, pelayanan, gereja, majikan, dan calon pendamping kami.*  

*Dalam nama Tuhan Yesus, limpahkanlah berkat-Mu atas hidup kami. Sadarkan kami bahwa dengan bertambahnya hari, bertambah pula hikmat kami, agar kami tetap kuat dan mengalami terobosan di bawah pimpinan-Mu. Jadilah kehendak-Mu. Amin! Tuhan Yesus memberkati.
Share:

🗣️ Berbicara Ketika Dipersilakan

 
"Berbicara Ketika Dipersilakan" mengajarkan lewat firman Tuhan pentingnya hikmat, rendah hati, dan tahu waktu yang tepat untuk menyampaikan kebenaran.
Kisah Para Rasul 26:1–11

“Siapa yang menahan bibirnya, ia berakal budi.”
Amsal 10:19b


💬 Mendominasi Tidak Sama dengan Meyakinkan

Sering kali, kita tergoda untuk bicara duluan dan bicara paling banyak. Kita pikir dengan begitu kita akan tampak hebat atau lebih benar. Tapi di balik kebiasaan itu, ada sumber yang tidak sehat: rasa tidak percaya diri, ketakutan ditolak, atau keinginan mendominasi.

Rasul Paulus memberikan teladan sebaliknya. Meski ia berada di tengah tekanan besar dan banyak tuduhan dilontarkan padanya, ia tidak menyerobot bicara. Ia menunggu kesempatan untuk berbicara (ayat 1). Ketika saat itu tiba, ia berbicara dengan percaya diri, bukan karena kehebatannya, tetapi karena hati nurani dan kehidupannya bersih di hadapan Tuhan.


🧠 Mengapa Paulus Bisa Tenang?

  1. Ia tahu hidupnya benar. Ia menyatakan secara terbuka bahwa semua orang Yahudi tahu bagaimana kehidupannya (ayat 4–5).

  2. Ia berpegang pada janji Allah. Paulus percaya kepada kebangkitan, dan itu bukan hal baru dalam iman Yahudi (ayat 6–8).

  3. Ia jujur tentang masa lalunya. Ia tidak menutupi kesalahan lamanya dalam menganiaya orang percaya (ayat 9–11). Justru itu membuat kesaksiannya makin kuat.

Paulus tidak perlu membela dirinya dengan kepanikan, karena ia berdiri di atas kebenaran yang kukuh. Ia tahu kapan saatnya diam dan mendengar, dan kapan saatnya bicara dengan hikmat dan kuasa.


🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah saya terbiasa berbicara terus karena takut tidak didengar?

  • Apakah saya mudah menyela orang karena ingin menang dalam percakapan?

  • Apakah saya percaya bahwa kuasa Tuhan juga bekerja dalam ketenangan?


🙏 Doa Hari Ini

Tuhan yang Mahabijaksana, ajarilah aku untuk tidak tergesa-gesa dalam berbicara.
Jauhkan aku dari rasa takut ditolak, dari hasrat mendominasi.
Berikan aku kepercayaan diri yang berasal dari hidup yang bersih di hadapan-Mu,
agar dalam setiap percakapan aku hadir bukan untuk mendominasi,
melainkan menyampaikan kebenaran-Mu dengan hormat dan hikmat.

Amin.

Share:

🌿 Hikmat Membangkitkan Kepercayaan Diri

 
🌿 "Hikmat Membangkitkan Kepercayaan Diri" menegaskan lewat firman Tuhan bahwa hikmat ilahi memberi keberanian dan arah dalam menjalani hidup.

Kisah Para Rasul 25:12–27

“Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.”
Amsal 9:10


🔄 Dua Sosok, Satu Masalah: Tidak Percaya Diri

Festus tampak kebingungan. Ia adalah gubernur baru yang ingin menyenangkan semua pihak, tetapi juga harus memutuskan perkara hukum dengan adil. Ketika Paulus naik banding kepada Kaisar, Festus mengizinkannya. Tapi sekarang, ia tidak tahu apa yang harus ditulis kepada Kaisar—karena perkara Paulus tidak seperti kriminal biasa.

Ia lalu meminta bantuan Raja Agripa. Sayangnya, Agripa juga tidak lebih baik. Meski tampil megah bersama Bernike di ruang pengadilan (ay. 23), mereka hanyalah topeng dari jiwa yang kosong, terjebak dalam relasi tidak pantas dan penuh kemunafikan. Alih-alih membantu menyelesaikan perkara, mereka hanya menjadi penonton di tengah pertunjukan kekuasaan.


🧠 Hikmat yang Sejati Bukan dari Dunia

Apa yang terjadi dengan Festus dan Agripa mencerminkan kehidupan yang tanpa arah, seperti "sehelai plastik di lautan"—terombang-ambing karena tidak bersandar pada hikmat sejati dari Allah.

Hikmat dunia bisa memoles citra, tapi tidak memberi kedalaman karakter. Hanya orang yang takut akan Tuhan yang benar-benar memiliki pengertian yang membawa kepercayaan diri yang kokoh. Paulus, sekalipun dalam posisi sebagai tahanan, justru tampil penuh hikmat, tenang, dan percaya diri. Mengapa? Karena dia hidup dalam pengenalan akan Tuhan.


📌 Pelajaran untuk Kita Hari Ini

  • Hikmat menghilangkan kebingungan. Orang yang takut akan Tuhan tahu arah dan tahu kapan harus bicara serta kapan harus diam.

  • Hikmat memberi keyakinan diri. Kita tidak mudah goyah oleh tekanan atau pencitraan, karena kita tahu siapa yang memimpin hidup kita.

  • Hikmat menjauhkan kita dari kepura-puraan. Kita tidak butuh pertunjukan kemegahan seperti Agripa, karena kekuatan kita ada dalam Tuhan.


🧎‍♂️ Refleksi dan Doa

  • Apakah saya sering ragu mengambil keputusan karena kurangnya hikmat dari Tuhan?

  • Apakah saya sedang berusaha membangun citra luar tanpa memperkuat dasar dalam?

Doa:
Tuhan, Engkaulah sumber segala hikmat.
Ajarku untuk takut akan Engkau, bukan takut akan manusia.
Penuhi aku dengan hikmat-Mu, agar aku tidak lagi ragu,
melainkan percaya diri menjalani hidup ini dalam terang kebenaran-Mu.
Jauhkan aku dari kesombongan yang menipu,
dan jadikan aku pribadi yang teguh karena bersandar penuh pada-Mu.

Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.