Lukas 23:27–28
“Sejumlah besar orang mengikuti Yesus; di antaranya banyak perempuan yang menangisi dan meratapi Dia. Yesus berpaling kepada mereka dan berkata: ‘Hai putri-putri Yerusalem, janganlah menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri dan anak-anakmu.’”
🌿 Renungan
Dalam perjalanan menuju Golgota, Yesus yang sudah lemah dan penuh luka diiringi oleh perempuan-perempuan Yerusalem. Mereka menangis melihat penderitaan yang menimpa-Nya — tubuh yang berlumur darah, langkah yang tertatih di bawah beban salib. Hati mereka hancur oleh belas kasihan, namun mereka tak kuasa berbuat apa-apa.
Namun di tengah tangisan itu, Yesus justru berhenti dan berkata,
“Janganlah menangisi Aku, melainkan tangisilah dirimu sendiri.”
Kata-kata ini begitu lembut, tetapi juga tajam dan penuh makna. Yesus tidak menolak belas kasihan mereka, tetapi Ia ingin mengarahkan air mata mereka ke tempat yang lebih tepat — bukan pada penderitaan-Nya, melainkan pada keadaan rohani mereka sendiri.
Yesus tahu bahwa salib bukan akhir, melainkan jalan menuju keselamatan. Ia sedang menjalankan rencana kasih Bapa untuk menebus dunia. Tetapi bangsa Israel, dengan hati yang keras dan penuh kesombongan, justru menolak Dia. Itulah yang sesungguhnya perlu ditangisi — dosa, keangkuhan, dan ketidaktaatan manusia.
Sahabat, sering kali kita pun menitikkan air mata atas hal-hal duniawi: kesedihan, kehilangan, atau kegagalan. Tetapi jarang sekali kita menangisi dosa kita sendiri — sikap hati yang jauh dari Tuhan, keangkuhan yang membuat kita merasa benar, atau kebiasaan berdosa yang kita biarkan tumbuh dalam diam.
Yesus memanggil kita hari ini dengan suara kasih yang sama:
“Jangan hanya menangisi penderitaan-Ku. Tangisilah dirimu — akui dosamu, bertobatlah, dan biarkan Aku memulihkanmu.”
Air mata pertobatan adalah tanda hati yang hidup. Ketika kita sungguh menyesal dan berbalik kepada Tuhan, Ia menyambut kita dengan pengampunan dan kasih yang tidak pernah habis.
Jadi, mari kita tangisi bukan karena rasa bersalah yang menekan, tetapi karena kasih Allah yang begitu besar telah menyelamatkan kita. Biarlah tangisan kita menjadi awal dari perubahan hidup, langkah menuju pemulihan, dan wujud kasih yang sejati kepada Tuhan Yesus yang sudah menebus kita dengan darah-Nya.
💭 Perenungan Pribadi
-
Apakah aku lebih sering menangisi penderitaanku, daripada dosa-dosaku sendiri?
-
Adakah bagian dalam hidupku yang masih keras dan belum mau diubahkan oleh Tuhan?
-
Hari ini, apa langkah kecil yang bisa aku ambil untuk bertobat dan mendekat kepada Yesus?
🙏 Doa
Tuhan Yesus yang penuh kasih,
sering kali aku lebih sibuk menangisi hal-hal duniawi dan melupakan dosa-dosaku sendiri. Ampunilah aku, Tuhan. Lembutkan hatiku agar mau menangisi dosaku dan berbalik kepada-Mu.
Terima kasih karena Engkau sudah menanggung salib dan membuka jalan keselamatan bagiku.
Biarlah setiap air mata yang jatuh bukan karena keputusasaan, tetapi karena syukur dan pertobatan yang lahir dari kasih-Mu.
Dalam nama Yesus aku berdoa,
Amin.