Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: sabda allah
Tampilkan postingan dengan label sabda allah. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sabda allah. Tampilkan semua postingan

⚓ Pengharapan Adalah Sauh yang Kuat


"Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita, yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir."
(Ibrani 6:19)


Jangkar Harapan dalam Badai Hidup

Bayangkan sebuah kapal besar di tengah lautan yang diterpa badai. Dalam situasi seperti itu, sauh atau jangkar menjadi alat vital untuk menjaga agar kapal tetap stabil. Tanpa sauh, kapal dapat terombang-ambing atau bahkan karam. Seperti kapal, hidup kita juga membutuhkan “sauh” — dan sauh itu adalah pengharapan di dalam Kristus.

Penulis Surat Ibrani tahu betul bahwa para jemaat sedang menghadapi penderitaan dan tekanan berat. Sebelumnya mereka ditegur keras, namun kini mereka didorong untuk berpegang pada pengharapan yang pasti dan tidak mengecewakan (ay. 11).


🧡 Teladan Abraham dan Kepastian Janji Allah

Abraham dijadikan teladan karena ia berharap pada janji Allah dan menantinya dengan sabar, bahkan ketika kenyataan tampak mustahil (ay. 13-15). Mengapa Abraham bisa tetap berharap? Karena ia tahu Tuhan tidak mungkin berdusta (ay. 18). Janji-Nya dapat dipercaya.

Allah menguatkan janji-Nya dengan sumpah, supaya kita yang berlindung kepada-Nya memiliki kepastian dan penghiburan yang kuat. Pengharapan itu bukan angan-angan kosong, tetapi jaminan kokoh dari Allah yang setia.


🛐 Berpegang Teguh Saat Diterpa Badai

Dalam hidup ini, kita tidak luput dari badai: penderitaan, kehilangan, kekecewaan, atau pergumulan batin. Dalam keadaan seperti itu, pengharapan bisa menjadi penguat atau malah hilang. Namun firman Tuhan hari ini mengajak kita untuk melabuhkan sauh iman kita kepada Kristus, yang telah masuk ke belakang tabir sebagai perantara kita di hadapan Allah (ay. 20).

Kristus adalah jangkar yang tak tergoyahkan—Dialah dasar dari pengharapan kita, bukan situasi, bukan manusia, bukan kekuatan kita sendiri.


🔍 Refleksi Diri: Di Mana Aku Melabuhkan Pengharapanku?

  • Apakah aku sungguh berharap kepada Tuhan, atau hanya saat semuanya baik-baik saja?

  • Apakah pengharapanku goyah saat doaku belum dijawab?

  • Apakah aku berserah pada janji-Nya meski belum melihat hasilnya?


🙌 Jangan Pernah Berhenti Berharap

Apapun yang sedang kamu alami, jangan lepaskan pengharapanmu. Sekalipun badai hidup menghantam, air mata belum berhenti mengalir, dan jawaban belum datang—tetaplah percaya, karena Allah kita setia. Ia tidak pernah berdusta dan janji-Nya pasti digenapi.

"Berharaplah kepada Tuhan, kuatkanlah dan teguhkanlah hatimu!"
(Mazmur 27:14)


🙏 Doa Penutup

Tuhan yang setia,
Dalam badai kehidupan, aku mau tetap berpegang pada pengharapan di dalam Engkau.
Terkadang aku lelah, imanku melemah, dan aku mulai ragu. Tapi hari ini aku diingatkan bahwa pengharapan kepada-Mu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwaku.
Kuatkan aku untuk tetap percaya dan setia menantikan janji-Mu digenapi dalam waktumu yang sempurna.
Dalam nama Yesus aku berdoa.
Amin.

Share:

✝️ Keutamaan Kristus


“Dan kepada siapakah di antara malaikat itu pernah Ia berkata: ‘Anak-Ku Engkau! Engkau telah Kuperanakkan pada hari ini?’”
(Ibrani 1:5a)


🔍 Renungan

Yesus Kristus bukan hanya nabi atau malaikat. Ia adalah Anak Allah yang tunggal, yang telah menerima segala kuasa di surga dan di bumi (lih. Mat. 28:18). Dalam Ibrani 1:5–14, kita diingatkan bahwa Yesus jauh lebih tinggi daripada malaikat-malaikat, meskipun malaikat adalah makhluk surgawi yang melayani Allah dengan taat.

Allah sendiri menyebut Yesus sebagai Anak-Nya dan memerintahkan malaikat-malaikat untuk menyembah Dia (ayat 6). Ini menunjukkan bahwa Yesus bukan hanya utusan, tetapi Dia adalah Tuhan yang kekal, Raja yang memerintah dengan tongkat keadilan, dan Allah yang tidak berubah selama-lamanya (ayat 8–12).

“Engkau tetap sama, dan tahun-tahun-Mu tidak berkesudahan.”
(Ibrani 1:12b)

Keagungan Kristus ini menjadi dasar pengharapan dan iman kita. Dialah yang menebus kita, bukan dengan emas atau perak, tetapi dengan darah-Nya yang kudus dan mahal. Sebab itu, dialah satu-satunya jalan keselamatan, dan hanya kepada-Nya kita layak memberikan pujian, hormat, dan penyembahan yang sejati.

🛐 Aplikasi dalam Hidup

  • Apakah Yesus telah menjadi yang utama dalam hidup kita?

  • Apakah kita menyembah Dia dengan sepenuh hati, bukan hanya dengan kata-kata?

  • Apakah hidup kita mencerminkan pengakuan iman bahwa Yesus adalah Tuhan?

Marilah kita tinggikan nama-Nya, menempatkan Dia sebagai pusat kehidupan, dan terus hidup dalam penyembahan dan ketaatan penuh kepada-Nya.

🙏 Doa Renungan

Ya Bapa yang di surga,
Kami bersyukur karena Engkau telah mengaruniakan Anak-Mu yang tunggal, Yesus Kristus, sebagai Tuhan dan Juruselamat kami.
Terima kasih untuk kasih karunia dan perlindungan-Mu sepanjang malam.

Pagi ini, kami memohon berkat dari-Mu bagi setiap saudara-saudari kami:
Limpahkanlah berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam kehidupan mereka.
Berkatilah rumah tangga mereka, anak-anak dan cucu-cucu mereka, pekerjaan, usaha, studi, toko, ladang, dan kantor mereka.
Berkatilah pelayanan mereka, gereja mereka, serta relasi dan masa depan mereka.

Di dalam nama Tuhan Yesus Kristus, biarlah berkat-Mu mengalir limpah atas setiap kehidupan yang percaya kepada-Mu.

Tambahkanlah hikmat bagi kami seiring bertambahnya hari,
agar kami semakin kuat dan melihat terobosan dalam hidup kami menurut kehendak-Mu.

Jadilah kehendak-Mu atas kami.
Dalam nama Tuhan Yesus Kristus kami berdoa dan percaya. Amin.


“Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah, dan menopang segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kuasa...”
Ibrani 1:3a

Share:

✝️ Yesus Sang Perantara

“Pada zaman dahulu Allah berulang kali dan dalam pelbagai cara berbicara kepada nenek moyang kita dengan perantaraan nabi-nabi, tetapi pada zaman akhir ini Ia telah berbicara kepada kita dengan perantaraan Anak-Nya...”
(Ibrani 1:1–2)

🔍 Renungan

Sejak manusia jatuh dalam dosa, relasi langsung dengan Allah menjadi terhalang. Allah yang kudus tidak dapat bersekutu secara langsung dengan manusia yang berdosa. Maka Allah, dalam kasih karunia-Nya, menunjuk nabi-nabi sebagai perantara, agar umat-Nya tetap dapat mendengar suara dan kehendak-Nya.

Namun kini, zaman itu telah berubah. Allah tidak lagi berbicara melalui banyak nabi, tetapi melalui satu Pribadi yang melebihi semua: Yesus Kristus, Sang Anak, Sang Firman yang hidup, Sang Perantara yang sempurna.

✝️ Yesus, Penghubung antara Allah dan Manusia

Yesus tidak hanya menyampaikan firman; Dia adalah Firman itu sendiri (Yoh. 1:1). Ia datang bukan hanya membawa kabar baik, tetapi menjadi Jalan itu sendiri bagi kita kembali kepada Bapa. Dengan darah-Nya di salib, Ia membuka jalan yang tertutup oleh dosa, agar manusia bisa kembali mendekat kepada Allah.

“Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus.”
(1 Timotius 2:5)

🔥 Kemuliaan-Nya Tidak Tertandingi

Yesus tidak sama dengan para nabi atau malaikat. Ia adalah:

  • Cahaya kemuliaan Allah

  • Gambar wujud Allah yang sejati

  • Pencipta segala sesuatu

  • Penebus dosa

  • Raja yang duduk di sebelah kanan Allah di surga

Tak ada nama lain yang layak disembah dan dipercaya selain Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamat kita.


🙌 Bagaimana Kita Merespons?

  • Percayalah penuh kepada Yesus sebagai satu-satunya Perantara keselamatanmu.

  • Hidup taat kepada firman-Nya.

  • Jadikan Yesus pusat kehidupanmu.

  • Kabarkan kepada dunia bahwa hanya melalui Dia, manusia bisa kembali kepada Allah.

🙏 Doa Renungan

Tuhan Yesus, Engkaulah Perantara yang sempurna antara aku yang berdosa dan Allah yang kudus.
Terima kasih karena Engkau telah membuka jalan bagiku untuk mengenal dan mendekat kepada Bapa.
Ajarku untuk hidup taat dan menjadikan Engkau pusat dari segala sesuatu dalam hidupku.
Dalam nama-Mu aku berdoa. Amin.

“Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorang pun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku.”
Yohanes 14:6

Share:

✝️ Yesus sebagai Kurban Sejati



"Lihatlah Anak Domba Allah, yang menghapus dosa dunia."
(Yohanes 1:29)


🔍 Renungan

Bacaan hari ini memaparkan daftar panjang kurban yang dipersembahkan umat Israel dalam berbagai hari raya keagamaan. Mulai dari Paskah, Roti Tidak Beragi, Hari Tujuh Minggu, Peniupan Serunai, Hari Pendamaian, hingga Pondok Daun — ratusan binatang disembelih setiap tahunnya, hanya untuk satu tujuan: penghapusan dosa dan pendamaian dengan Allah.

Tapi betapa mengejutkannya kenyataan ini: "Sebab tidak mungkin darah lembu jantan atau darah kambing menghapuskan dosa" (Ibrani 10:4). Itu artinya semua kurban itu hanyalah bayangan, lambang dari kurban sejati yang akan datang.


✝️ Kristus, Kurban yang Sempurna

Seluruh sistem korban dalam Perjanjian Lama menunjuk kepada Yesus KristusAnak Domba Allah yang tak bercacat, yang mempersembahkan diri-Nya sendiri untuk kita. Satu kali untuk selamanya. Tidak perlu diulang. Tidak ada kekurangan.

“Oleh kehendak-Nya itu kita telah dikuduskan satu kali untuk selama-lamanya oleh persembahan tubuh Yesus Kristus.”
(Ibrani 10:10)


💔 Dosa Itu Serius

Jumlah kurban dalam Bilangan 28–29 menyadarkan kita: dosa bukan perkara ringan. Setiap kurban adalah pengingat bahwa dosa membutuhkan darah, bahwa pendamaian memerlukan pengorbanan. Maka, ketika kita melihat kepada salib Kristus, kita diingatkan: dosa kita dibayar dengan harga yang sangat mahal.


🙌 Respons Kita?

  • Bersyukur dalam-dalam atas kasih Allah yang begitu besar.

  • Hidup dalam kekudusan, karena harga darah Kristus begitu mahal.

  • Bersaksi kepada dunia, bahwa hanya Yesus yang sanggup menghapus dosa.


🙏 Doa Renungan

Tuhan Yesus, Engkaulah Kurban Sejati yang telah mencurahkan darah-Mu bagiku.
Ampuni aku yang sering meremehkan beratnya dosaku.
Ajarku untuk hidup bersyukur, kudus, dan setia memberitakan karya penebusan-Mu.
Amin.

“Kristus telah sekali untuk selamanya mati karena dosa-dosa kita... supaya Ia membawa kita kepada Allah.”
1 Petrus 3:18

Share:

✨ Persembahan yang Menyenangkan Allah

Bilangan 28:1–8


“Kurban bakaran adalah kurban yang aromanya menyenangkan TUHAN.”
(Bilangan 28:6)

Dalam perintah TUHAN kepada umat-Nya, kurban bakaran harus dipersembahkan dua kali setiap hari — pagi dan petang — sebagai persembahan tetap. Kurban ini sepenuhnya dibakar untuk Allah, tidak menyisakan bagian apa pun untuk manusia. Asap dari kurban ini “naik ke atas” sebagai aroma yang menyenangkan Allah — lambang pengabdian yang total, tulus, dan tidak bercampur pamrih.

Secara simbolis, kurban bakaran menggambarkan kehidupan yang diserahkan sepenuhnya kepada Allah, tanpa menyisakan ruang untuk ego atau keinginan pribadi. Ini juga menjadi gambaran akan pengorbanan Kristus, yang mempersembahkan diri-Nya secara sempurna dan menyeluruh untuk mendamaikan kita dengan Allah.

🕊️ Dari Kurban ke Kehidupan

Kini, kita tidak lagi mempersembahkan hewan di atas mezbah. Namun, hidup kita sendiri adalah mezbahnya. Doa, pujian, ucapan syukur, dan kesetiaan kita — itulah persembahan yang menyenangkan hati Allah (lih. Roma 12:1; Ibrani 13:15). Sama seperti kurban bakaran dilakukan setiap pagi dan petang, kita pun diajak untuk hidup dalam ritme ibadah yang konsisten: menyapa Tuhan di awal hari, dan menyerahkan segala sesuatu di akhir hari kepada-Nya.

🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku mempersembahkan hidupku hari ini sebagai aroma yang menyenangkan hati Allah?

  • Apakah doa dan pujianku menjadi bagian dari ritme harian yang kudus dan konsisten?

Allah tidak mencari persembahan yang besar, tetapi hati yang terbakar kasih dan ketaatan. Saat kita bersandar kepada Kristus, Sang Kurban Sempurna, dan hidup untuk menyenangkan-Nya, hidup kita pun menjadi bau harum yang memuliakan Allah — di rumah, di tempat kerja, dan di tengah dunia yang haus kasih sejati.


🙏 Doa Renungan

Ya Tuhan, jadikan hidupku persembahan yang harum di hadapan-Mu.
Ajarku untuk datang setiap hari kepada-Mu — pagi dan petang — dalam doa, pujian, dan pengabdian.
Kiranya setiap langkahku hari ini berkenan di hati-Mu, seperti asap kurban yang naik ke hadapan-Mu.
Dalam nama Yesus, Sang Kurban yang sempurna, aku berdoa. Amin.

 

“Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah — itu adalah ibadahmu yang sejati.”
Roma 12:1

Share:

👣 Pentingnya Keabsahan Seorang Penerus


“Tanpa penerus yang sah, umat akan tercerai-berai seperti domba tanpa gembala.”


🔍 Renungan

Musa, sang pemimpin agung umat Israel, tahu bahwa tugasnya tidak abadi. Ia menerima kenyataan pahit bahwa ia tidak akan memasuki Tanah Perjanjian, karena kesalahannya di Meriba. Namun, alih-alih bersedih dan menyerah, Musa justru meminta Allah untuk memilih penerusnya. Musa tahu, umat Allah tidak boleh dibiarkan tanpa pemimpin — seperti domba yang kehilangan gembala.

Permintaan Musa menunjukkan kerendahan hati dan tanggung jawab besar. Ia tidak menunjuk penerus berdasarkan keinginannya sendiri, melainkan berserah pada pilihan Tuhan. Allah pun menetapkan Yosua sebagai penerus — bukan hanya lewat Musa, tetapi juga dengan konfirmasi rohani melalui imam Eleazar dan urim. Proses ini menunjukkan bahwa keabsahan pemimpin harus datang dari Tuhan dan diakui oleh umat.


🧭 Prinsip Kepemimpinan yang Alkitabiah

Keabsahan seorang pemimpin bukan hanya perkara posisi atau popularitas, tetapi berakar pada penetapan Allah dan pengakuan dari pemimpin sebelumnya. Inilah prinsip penting dalam kepemimpinan rohani:

  1. Ditetapkan oleh Tuhan — lewat doa, tuntunan, dan konfirmasi.

  2. Diteguhkan oleh pemimpin sebelumnya — Musa meletakkan tangannya atas Yosua.

  3. Didukung oleh umat — karena prosesnya terbuka, di hadapan semua orang.


🪞 Refleksi Pribadi dan Jemaat

  • Apakah kita sedang membimbing seseorang sebagai penerus dalam pelayanan atau keluarga?

  • Apakah kita sendiri hidup dengan keabsahan rohani, setia dan taat pada panggilan Tuhan?

Keberlangsungan pelayanan dan pertumbuhan rohani tidak akan terjadi jika generasi pemimpin tidak dipersiapkan dengan sungguh. Jangan tunggu sampai terlambat. Persiapkan penerus bukan hanya secara kompetensi, tetapi juga secara rohani dan etis, agar mereka diterima dan dipakai Tuhan dengan penuh kuasa.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajarku seperti Musa yang rendah hati dan setia dalam memimpin.
Tuntun aku untuk mempersiapkan penerus yang bukan hanya mampu, tetapi juga Kau pilih.
Mampukan aku untuk mewariskan iman dan pelayanan, demi kemuliaan nama-Mu.
Amin.

“Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah...”
— Hosea 4:6a

“Aku tahu, sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu.”
— Kisah Para Rasul 20:29

Share:

⚖️ Hukum yang Mengakomodasi Kebutuhan


“Tuhan bukan hanya menetapkan hukum, tetapi juga memperhatikan kebutuhan umat-Nya.”

🔍 Renungan

Allah tidak hanya memberi hukum, tetapi juga memberi hikmat untuk menerapkannya. Itulah yang terlihat saat anak-anak perempuan Zelafehad datang kepada Musa. Mereka menghadapi situasi yang tidak disebutkan dalam hukum sebelumnya — ayah mereka meninggal tanpa anak laki-laki, dan mereka khawatir nama ayah mereka akan lenyap dari antara suku-suku Israel.

Permintaan mereka masuk akal dan adil. Musa tidak langsung menjawab, tetapi membawa perkara ini kepada TUHAN. Lalu TUHAN menjawab dengan menetapkan hukum baru: jika seseorang meninggal tanpa anak laki-laki, tanah warisannya boleh diberikan kepada anak perempuannya. Bila tidak ada anak perempuan, maka kepada kerabat terdekat.

📜 Hukum yang Hidup

Peristiwa ini mengajarkan bahwa hukum Allah bukanlah sistem beku yang kaku dan tidak berubah, melainkan hukum yang hidupmenyatakan kasih, keadilan, dan perhatian Allah terhadap realitas umat-Nya. Namun, ini tidak berarti hukum Allah bisa dikompromikan. Allah tetap menjaga prinsip absolut: tanah harus diwariskan di antara suku yang sama (lih. Bil. 36:6-9). Maka anak-anak perempuan Zelafehad yang menerima tanah, harus menikah dengan orang dari suku mereka sendiri, agar warisan itu tetap berada di jalur yang ditentukan.

🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku terlalu kaku atau legalistik dalam memahami firman Tuhan?

  • Apakah aku menyadari bahwa Tuhan peduli pada setiap kebutuhan hidupku?

Tuhan tidak berubah, tetapi cara-Nya menuntun kita dapat berbeda tergantung konteks dan kebutuhan. Oleh sebab itu, kita perlu berhikmat, mendengarkan suara-Nya, dan mengerti mana prinsip absolut yang tidak boleh diubah, dan mana prinsip yang bisa disesuaikan demi keadilan dan kasih.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajarku membedakan antara hukum-Mu yang tetap dan prinsip-Mu yang bisa diterapkan dengan bijaksana.
Tuntun aku untuk tidak kaku, tetapi juga tidak longgar dalam menjalani kebenaran-Mu.
Mampukan aku menghidupi hukum-Mu dengan kasih, keadilan, dan hikmat yang dari-Mu.
Amin.

“Jika ada di antara kamu yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkit-bangkit — maka hal itu akan diberikan kepadanya.”
— Yakobus 1:5

Share:

⚖️ Pemimpin yang Membawa Malapetaka

“Dosa seorang pemimpin dapat membawa malapetaka besar kepada umat yang dipimpinnya.”

🔍 Renungan

Kitab Bilangan mencatat dua sensus besar bangsa Israel — satu sebelum perjalanan panjang di padang gurun (Bil. 1), dan satu lagi setelah generasi pertama habis karena ketidaktaatan (Bil. 26). Dari dua sensus ini, terlihat bahwa jumlah tentara Israel hanya menurun sedikit, tetapi suku Simeon mengalami penurunan drastis lebih dari 60%. Apa penyebabnya?

Jawabannya ada di Bilangan 25. Salah satu pemimpin dari kaum Simeon terlibat dalam penyembahan Baal-Peor dan perzinahan dengan perempuan Midian. Ia bahkan berani melakukannya di depan Musa dan umat, hingga ditombak mati oleh Pinehas. Peristiwa ini memicu murka TUHAN dan menewaskan 24.000 orang. Banyak dari mereka berasal dari suku Simeon.

⚠️ Dosa Pemimpin, Derita Umat

Apa pelajaran penting dari kisah ini?

Kesalahan satu pemimpin bisa membawa kehancuran banyak orang.

Dalam 2 Samuel 24, sensus Daud yang tanpa perintah TUHAN menyebabkan 70.000 rakyat tewas karena tulah. Mengapa? Karena pemimpin membawa tanggung jawab besar atas keputusan yang memengaruhi orang lain. Jika seorang pemimpin salah jalan, umat bisa terseret dalam dosa yang sama, atau menderita akibat dari dosanya.

🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku menyadari bahwa keputusan dan keteladananku memengaruhi orang lain?

  • Apakah aku menjadi pemimpin—baik di keluarga, gereja, atau komunitas—yang membawa berkat, bukan malapetaka?

Setiap dari kita, entah sebagai orang tua, pemimpin rohani, guru, pemimpin organisasi, atau bahkan rekan kerja, sedang memberi pengaruh. Maka, penting untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan, karena apa yang kita lakukan bisa membentuk atau menghancurkan kehidupan orang lain.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, tolong aku agar hidupku menjadi teladan bagi orang lain.
Jangan biarkan aku menjadi pemimpin yang membawa kehancuran.
Penuhi aku dengan hikmat, kerendahan hati, dan keteguhan untuk selalu taat pada-Mu.
Mampukan aku untuk memimpin dengan kasih dan kebenaran, agar hidupku membawa berkat bagi sesama.
Amin.

📖 Ayat Pendukung

“Janganlah banyak orang di antara kamu menjadi guru, sebab kamu tahu, bahwa sebagai guru kamu akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.”
— Yakobus 3:1

Share:

📝 Apa Catatan Terakhir Hidup Kita?


Bilangan 25:1–9

“Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.”

💭 Renungan

Apa yang akan dikenang orang tentang kita ketika hidup ini selesai? Apakah kita akan dikenang karena iman dan ketaatan kita, atau karena kejatuhan dan kompromi terhadap dosa?

Bilangan 25 mencatat kisah tragis tentang penyembahan umat Israel kepada Baal-Peor—sebuah dosa besar yang membuat murka Allah menyala-nyala. Akibatnya, 24.000 orang mati karena tulah. Lebih tragis lagi, inilah catatan terakhir dari generasi yang dibebaskan dari Mesir. Generasi yang menyaksikan sendiri kuasa Allah, justru menutup hidup mereka dengan aib yang mempermalukan nama Allah.

⚠️ Peringatan Serius bagi Kita

Peristiwa ini menjadi alarm keras bagi kita semua: tidak peduli seberapa baik awal hidup kita, yang penting adalah bagaimana kita mengakhirinya. Iman yang besar di awal bisa hancur oleh kompromi kecil yang dibiarkan terus-menerus.

Integritas yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh pilihan yang salah.

🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku hidup dengan kesadaran bahwa setiap hari adalah bagian dari catatan akhir hidupku?

  • Jika hari ini adalah hari terakhirku, apa yang akan dikenang dari hidupku?

  • Apakah aku sedang berjuang mempertahankan kesucian dan ketaatan kepada Allah?

Kita menyandang nama Kristus. Maka, hidup kita bukan hanya tentang kita sendiri, tetapi juga tentang bagaimana orang lain melihat Allah melalui hidup kita. Maka, catatan akhir hidup kita adalah kesaksian tentang siapa Allah yang kita percayai.

🙏 Doa Renungan

Ya Tuhan, tolong aku untuk hidup dengan kesadaran penuh bahwa hidupku adalah kesaksian tentang Engkau.
Aku tidak ingin mengakhiri hidupku dengan catatan yang memalukan.
Jaga langkahku, jaga hatiku, agar aku tetap setia sampai akhir.
Biarlah nama-Mu dipermuliakan melalui hidupku, kini dan sampai aku menutup mata.
Amin.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
(Matius 5:16)

Share:

🔒 Tidak Mudah Tergoda


“Apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan.”
(Bilangan 24:13)


💭 Renungan

Dalam dunia yang serba instan dan materialistis, godaan datang dari segala arah—jabatan, uang, kekuasaan, atau kenyamanan. Tak jarang, dunia menuntut kita menukar integritas dengan keuntungan pribadi. Pilihan untuk taat kepada Allah sering kali bukan pilihan yang populer, dan justru mendatangkan tantangan.

Itulah yang dialami oleh Bileam, seorang pelihat yang “berhubungan” dengan Allah. Ia ditawari harta oleh Balak, penguasa Moab, agar mengutuki Israel. Walaupun sempat tergoda, Allah menegurnya melalui malaikat, dan akhirnya Bileam memilih taat. Ia tetap pergi menemui Balak, tetapi hanya dengan izin dan mandat dari Tuhan: mengatakan apa yang Tuhan perintahkan.


🚫 Godaan Tidak Berhasil

Ketika Balak memaksa Bileam untuk mengutuki Israel, yang terjadi justru sebaliknya—berkat untuk Israel. Balak marah besar (ay. 10), tetapi Bileam dengan tegas menjawab bahwa apa pun yang Tuhan katakan, itulah yang ia ucapkan. Bahkan tawaran kekayaan sebesar apa pun tidak menggoyahkan pendiriannya (ay. 13). Sebuah sikap yang langka dan berani dalam dunia yang penuh kompromi.


🧭 Refleksi untuk Kita

Kita pun dihadapkan pada banyak pilihan setiap hari. Tidak semua tawaran dunia salah secara langsung, tetapi banyak yang membawa kita menjauh dari nilai-nilai Kerajaan Allah. Maka penting untuk tidak hanya tahu kehendak Allah, tetapi juga berani menaatinya, meskipun itu berarti kehilangan kenyamanan atau ditolak orang lain.

Ketaatan yang sejati adalah kesetiaan kepada Allah, bahkan ketika tidak ada satu pun orang yang mendukung.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, dalam dunia yang penuh godaan dan kompromi,
tolong aku untuk tetap setia kepada-Mu.
Berikan aku kepekaan untuk mengetahui kehendak-Mu,
dan kekuatan untuk melaksanakannya.
Jadikan aku pribadi yang tidak mudah tergoda,
sebab aku tahu, Engkaulah harta yang paling berharga.
Amin.

Share:

✨ Dikuatkan Menjadi Saksi-Nya

Lukas 24:36–53

“Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”
(Lukas 24:48)


💭 Renungan

Dalam hidup, kesedihan dan pergumulan berat dapat membuat kita kehilangan arah dan makna. Pikiran terasa penuh, hati seperti lumpuh, dan harapan seakan pupus. Kita mungkin bertanya: Di mana Tuhan dalam semua ini? Murid-murid Yesus juga merasakan hal serupa setelah kematian Guru mereka di kayu salib.

Namun saat Kristus yang bangkit hadir di tengah mereka, suasana itu berubah. Mula-mula mereka tak percaya dan takut, bahkan mengira melihat hantu (ay. 37). Tapi Yesus tidak menegur dengan kemarahan. Ia menunjukkan luka-Nya, menyapa mereka dengan damai, bahkan meminta makanan untuk dimakan (ay. 39–43). Luka yang dulu menjadi tanda kekalahan, kini menjadi sumber kekuatan dan keyakinan.


🔥 Luka yang Menjadi Kuasa

Tindakan Yesus mengubah luka menjadi tanda kemenangan menunjukkan bahwa:

Luka yang diserahkan kepada Tuhan akan dipakai-Nya menjadi kesaksian.

Yesus tidak menghapus bekas luka-Nya—karena dari situlah para murid dikuatkan. Lalu, setelah membukakan pengertian mereka tentang Kitab Suci (ay. 45), Yesus memberi misi:

“Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (ay. 48)

Mereka yang semula takut, kini dipenuhi sukacita. Yang semula ragu, kini menjadi utusan. Inilah karya pemulihan Yesus: menguatkan yang lemah untuk bersaksi.


✝️ Untuk Kita Hari Ini

Apakah hari-hari ini Anda sedang bergumul? Apakah luka dan beban terasa tak tertanggungkan? Jangan menyerah. Yesus yang sama hadir juga hari ini. Ia tidak menuntut kita kuat, tetapi menawarkan kuasa-Nya untuk menguatkan dan mengutus kita.

Mari bersaksi bukan karena kita sudah sempurna, tetapi karena kita sudah disentuh dan dipulihkan oleh-Nya.


🙏 Doa Renungan

Ya Yesus, dalam luka dan kelemahanku, Engkau hadir.
Tunjukkan kepadaku kuasa kebangkitan-Mu yang mengubah duka menjadi kekuatan.
Bangkitkan kembali harapanku dan jadikan aku saksi-Mu,
yang hidup memuliakan nama-Mu.
Dalam nama-Mu yang bangkit dan mulia aku berdoa. Amin.

Share:

✋ Memaksakan Kehendak


“Masakan aku mengutuki yang tidak dikutuki Allah? Masakan aku mencela yang tidak dicela TUHAN?”
(Bilangan 23:8)


💭 Renungan

Setiap kita pasti memiliki kehendak—keinginan tentang masa depan, impian pribadi, bahkan hasrat yang kita pikir baik bagi diri sendiri atau orang lain. Tetapi kehendak manusia yang tidak dikendalikan sering menjadi bumerang, apalagi jika dipaksakan kepada Tuhan. Inilah yang dilakukan Balak, raja Moab.

Balak berambisi menghentikan Israel dengan cara rohani: meminta nabi Bileam untuk mengutuki umat Allah. Saat keinginan itu ditolak oleh firman Tuhan yang disampaikan lewat Bileam, Balak tidak menyerah. Ia mencoba berbagai cara, termasuk memindahkan lokasi penyampaian kutuk—berharap hasilnya berbeda. Namun, kehendak Allah tidak berubah: Israel diberkati, bukan dikutuk.


🔍 Refleksi

Balak adalah cermin kita ketika:

  • Kita tahu kehendak Tuhan, tapi tetap ngotot dengan keinginan pribadi.

  • Kita berpikir tempat, situasi, atau orang bisa memengaruhi keputusan Allah.

  • Kita mencari cara rohani untuk meyakinkan Tuhan melakukan kehendak kita, bukan sebaliknya.

Pemaksaan kehendak kepada Tuhan bukan hanya sia-sia, tapi juga menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kebaikan dan kebijaksanaan-Nya.


✝️ Tunduk kepada Tuhan

Bileam, meskipun punya masa lalu yang kompromi, menunjukkan ketaatan dalam bagian ini. Ia berkata jujur: bahwa ia tidak bisa berbicara lebih dari apa yang difirmankan Allah. Bileam sadar bahwa berkat atau kutuk adalah hak Tuhan sepenuhnya, bukan alat manipulasi manusia.

Yesus Kristus pun menunjukkan teladan ketaatan yang sempurna saat berkata:

“Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.” (Luk. 22:42)

Jika Tuhan yang Mahatahu telah berkehendak, maka sebagai ciptaan, peran kita adalah tunduk dan taat—di situlah kita menemukan damai sejati.


🙏 Doa Renungan

Ya Tuhan, ampunilah aku ketika aku bersikeras memaksakan kehendakku atas-Mu.
Ajarku percaya bahwa kehendak-Mu selalu yang terbaik.
Bentuk hatiku agar taat dan rendah hati,
serta tuntun aku agar berserah dalam rencana-Mu yang mulia.
Dalam nama Kristus Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

🪨 Dikuasai Kebebalan


“Apa yang akan difirmankan Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.”
(Bilangan 22:38)

💭 Renungan

Kita hidup di dunia yang sering mendorong kita untuk menguasai, mengendalikan, bahkan memanipulasi. Tidak sedikit orang merasa bahwa uang, jabatan, atau relasi bisa dijadikan alat untuk mengatur segalanya—termasuk kehendak Tuhan. Padahal hidup bukan tentang memaksa rencana kita terjadi, melainkan tentang mengikuti kehendak-Nya dengan taat.

Inilah yang dilakukan oleh Balak, raja Moab. Ia berpikir bahwa dengan kekuasaan dan kekayaan, ia bisa mengendalikan seorang nabi Allah—Bileam—untuk mengutuki umat Israel. Ia melihat situasi sebagai sesuatu yang bisa ia atur sendiri demi mencapai tujuannya. Tapi rencananya tidak berjalan mulus.

Balak tidak tahu batas kekuasaannya. Ia mengira bisa memperalat Bileam, padahal Bileam justru telah ditegur keras oleh Allah dan kini hanya mau menyampaikan apa yang Allah perintahkan. Namun, Balak tetap keras kepala—dikuasai oleh kebebalannya sendiri.

🔍 Refleksi

Berapa sering kita bersikap seperti Balak?

  • Merasa Tuhan bisa kita kendalikan sesuai keinginan kita.

  • Mengabaikan peringatan-Nya demi memuaskan ambisi pribadi.

  • Memaksa situasi berjalan sesuai rencana kita, tanpa mencari kehendak Tuhan lebih dulu.

Kebebalan bukan hanya soal ketidaktahuan, tapi keengganan untuk tunduk. Dan bila kita terus hidup dalam kebebalan, maka kita sedang menjauh dari jalan berkat dan menuju kehancuran.

✝️ Tunduk pada Allah

Bileam menjadi contoh yang penting—meskipun awalnya tergoda oleh harta, namun akhirnya ia belajar untuk tunduk total pada perintah Allah. Ia tidak membiarkan diri dikuasai oleh Balak, karena ia sadar bahwa Allah melihat dan menimbang hati manusia.

Kristus memanggil kita untuk taat penuh, bukan setengah hati. Ketaatan itu dimulai dengan menyadari bahwa kita bukan penguasa hidup ini—Allah-lah pemilik dan pengatur segala sesuatu.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, ampuni aku saat aku mencoba mengatur segalanya menurut kehendakku.
Aku ingin belajar taat seperti Bileam,
dan melepaskan setiap kebebalan dalam hatiku.
Arahkan aku kepada rencana-Mu yang sempurna,
agar hidupku memuliakan nama-Mu.
Dalam nama Kristus Yesus aku berdoa. Amin.

Share:

🙈 Ketidakpekaan Manusia

“Lalu TUHAN membuka mata Bileam, sehingga ia melihat malaikat TUHAN berdiri di jalan...”
(Bilangan 22:31a)

🌾 Renungan

Manusia diciptakan segambar dan serupa dengan Allah—dianugerahi akal budi untuk membedakan yang baik dan yang jahat. Namun, akal budi itu sering kita selewengkan. Kita menggunakannya bukan untuk mencari kebenaran, tetapi untuk membenarkan diri sendiri, menolak teguran, dan mengabaikan suara Tuhan.

Inilah yang terjadi pada Bileam. Ia sudah tahu kehendak Allah: jangan mengutuki umat Israel. Namun, karena tergoda oleh janji kekayaan dan kehormatan, ia tetap melangkah. Hatinya sudah tertutup oleh kepentingan pribadi, sampai-sampai seekor keledai harus menjadi penyelamat dan penyambung suara Allah.

Bileam memukul keledainya tiga kali—karena ia tidak peka terhadap maksud Allah. Ia tidak bisa melihat malaikat TUHAN yang berdiri menghadang, padahal sang keledai—makhluk yang lebih rendah darinya—bisa.

🪞 Refleksi

Apakah kita juga sedang memukul “keledai” dalam hidup kita?
Apakah kita sedang menolak teguran Tuhan karena kita tidak peka terhadap cara-Nya menegur kita?

Kadang teguran Tuhan datang lewat orang yang tidak kita harapkan—melalui anak kecil, rekan kerja, pasangan, bahkan kejadian yang tampaknya sepele. Tapi hati yang keras, angkuh, atau sibuk mengejar kepentingan pribadi, membuat kita buta secara rohani.

✝️ Terang dalam Kristus

Yesus datang untuk membuka mata orang buta—bukan hanya secara jasmani, tetapi juga mata hati dan mata iman. Ia ingin agar kita menjadi peka terhadap suara-Nya, kembali ke jalan-Nya, dan tidak terus-menerus menyelubungi diri dalam kesesatan yang dibenarkan oleh akal sendiri.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, sering aku menolak teguran-Mu,
karena hatiku lebih memilih apa yang aku inginkan.
Bukakan mata hatiku, seperti Engkau membuka mata Bileam.
Buat aku peka terhadap cara-Mu menegur,
dan berikan kerendahan hati untuk kembali ke jalan-Mu.
Dalam nama Kristus Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

🕊️ Jangan Menyelubungi Dosa

“Sesungguhnya, mereka telah menuruti nasihat Bileam, sehingga orang Israel berbuat khianat terhadap TUHAN…”
(Bilangan 31:16a)

🪞 Renungan

Dosa sering tidak datang dengan wajah yang menyeramkan. Ia pandai berdandan, lihai menyamar. Bahkan, ia bisa terlihat seperti “ketaatan”, seperti “doa”, seperti “permintaan petunjuk”. Tapi di balik topeng itu, tersembunyi ambisi, kepentingan pribadi, dan kecintaan akan dunia.

Begitulah Bileam.

Ia terlihat seperti sedang bertanya kepada Allah. Ia tampak taat. Tapi pada akhirnya, dia menawarkan strategi busuk kepada Moab: “Kalau tidak bisa mengutuki Israel secara langsung, jebak mereka lewat kenikmatan dan berhala.” (lih. Bil. 25 & 31:16)

Ia tidak mengutuki, tapi ia merusak dari dalam.

🔍 Refleksi Kehidupan

Bukankah kita pun kadang tergoda untuk menyembunyikan dosa di balik hal-hal rohani?

  • Kita “berdoa” tapi sebenarnya hanya ingin minta persetujuan Tuhan atas keinginan sendiri.

  • Kita “melayani” tapi hati penuh dengan iri, ambisi, atau haus pujian.

  • Kita berkata “demi kebaikan,” tapi sebenarnya hanya sedang menutupi kepentingan diri.

Seperti Bileam, kita bisa saja tampak taat, tapi sebenarnya sedang menyelubungi dosa.

✝️ Kabar Baik dalam Kristus

Yesus datang bukan hanya untuk mengampuni dosa, tetapi juga untuk membongkar selubung dosa yang sering kita banggakan. Ia memanggil kita untuk hidup dalam kebenaran, dan berkata:

“Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.”
(Matius 5:8)

Kita diajak untuk berani jujur—bukan hanya di hadapan orang lain, tetapi terlebih di hadapan Allah. Pengakuan adalah awal pemulihan. Ketika kita membuka selubung dosa, terang kasih Allah menyembuhkan dan memulihkan hidup kita.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, aku datang dengan segala keterbatasan dan kelemahanku.
Kadang aku menyembunyikan dosa dengan alasan-alasan yang tampak rohani.
Ajar aku untuk jujur. Bukakan selubung hatiku.
Beri aku keberanian untuk menolak keinginan duniawi,
dan tuntun aku untuk hidup dalam ketaatan sejati.
Dalam nama Yesus, Sang Terang Kehidupan, aku berserah. Amin.

Share:

🌄 Teguh dan Kukuh

"Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa: 'Jangan takut kepadanya, sebab Aku telah menyerahkannya ke dalam tanganmu...'"
(Bilangan 21:34)


📖 Renungan

Perjalanan bangsa Israel menuju Tanah Perjanjian bukanlah perjalanan yang mudah. Ada banyak hambatan dan ancaman yang membuat hati gentar. Salah satu ancaman itu datang dari Raja Og, penguasa Basan. Ia bukan hanya kuat, tapi juga siap tempur. Alkitab mencatat bahwa orang Israel gentar, namun Allah berkata, “Jangan takut.”

Dua kata ini mengubah segalanya.


💬 Refleksi Batin

Kita pun punya “Raja Og” dalam hidup kita.
Mungkin bukan raja, tapi berupa:

  • Kegagalan yang membuat putus asa

  • Tekanan hidup yang menguras tenaga

  • Tantangan yang terasa lebih besar dari kemampuan kita

Namun, di balik semua itu, Allah tetap berkata: “Jangan takut.”
Sebab kemenangan bukan ditentukan oleh besarnya masalah, tapi oleh siapa yang menyertai kita.


💡 Pelajaran Iman

  1. Strategi hidup yang baik lahir dari ketaatan.
    Musa tidak bertindak sembarangan, ia mendengarkan TUHAN. Demikian juga kita: keputusan hidup yang kita buat harus dimulai dari penyembahan dan mendengar suara TUHAN.

  2. Ketakutan bukanlah kegagalan, tetapi undangan untuk percaya.
    Israel takut, tetapi mereka tetap maju karena firman TUHAN menguatkan.

  3. Kemenangan sejati bukan karena kekuatan, tapi karena penyertaan Allah.
    Bangsa Israel menang karena TUHAN yang memimpin.


✝️ Dalam Terang Kristus

Yesus Kristus adalah pemimpin yang setia dalam perjalanan iman kita.
Ia menuntun kita menyeberangi ketakutan, menghadapi tantangan, dan mencapai Tanah Perjanjian baru—kerajaan kekal.

Iman yang teguh dan kukuh tidak muncul karena tidak ada masalah, tetapi karena kita menaruh percaya sepenuhnya kepada Kristus yang menyertai sampai akhir.


🙏 Doa Renungan

TUHAN, dalam setiap tantangan, ajar aku untuk tetap teguh dan kukuh.
Ketika hatiku mulai gentar, kuatkan aku dengan firman-Mu.
Pimpin aku menempuh jalan yang Engkau tunjukkan, dan ajar aku percaya,
bahwa kemenangan ada dalam tangan-Mu, bukan kekuatanku.
Di dalam nama Yesus, Pemimpin hidupku, aku berserah. Amin.

Share:

🌿 Meyakini Pimpinan TUHAN


“Lalu TUHAN, Allah Israel, menyerahkan Sihon dan seluruh rakyatnya ke dalam tangan Israel...” (Bilangan 21:24)


📖 Renungan

Hidup tak selalu berjalan sesuai rencana. Bangsa Israel pun mengalaminya.
Mereka tidak mencari peperangan, hanya meminta izin untuk lewat di wilayah orang Amori dengan damai. Tapi, penolakan datang — bahkan ancaman. Maka, Allah sendiri turun tangan.

Tuhan mengubah rencana yang ditolak menjadi kemenangan yang tak terduga.


💬 Refleksi bagi Kita

Berapa sering kita datang dengan niat baik, namun ditolak?
Berapa kali jalan yang terlihat damai justru menjadi jalan yang penuh tantangan?

Dalam kisah ini, kita melihat dua sisi dari pimpinan TUHAN:

  1. Tuhan melihat hati yang rendah hati dan niat damai.
    Israel tidak sombong, mereka tidak memaksa. Namun penolakan tetap datang.

  2. Tuhan tetap memimpin dan membela umat-Nya.
    Ketika jalan damai tertutup, bukan berarti Tuhan berhenti memimpin. Justru di situlah kuasa-Nya dinyatakan.


💡 Pelajaran Rohani

  • 🔍 Iman diuji bukan hanya ketika kita gagal, tetapi saat rencana baik kita ditolak.

  • 🛤️ Rencana Tuhan kadang membawa kita pada jalan memutar, tetapi selalu menuju janji-Nya.

  • 🙏 Doa bukan hanya permintaan, tapi penyerahan — menyerahkan arah hidup kita pada kehendak-Nya.

  • ✝️ Dalam Kristus, kita melihat wujud kepemimpinan Allah yang sejati. Ia menuntun hingga akhir, bahkan menaklukkan maut.


🙏 Doa Renungan

Ya TUHAN, pimpinlah jalanku ketika niat baikku ditolak.
Ajarku untuk tetap percaya bahwa setiap jalan yang Engkau izinkan, mengarah pada janji-Mu.
Mampukan aku untuk berserah, berjalan bersama-Mu dalam iman dan ketaatan.
Di dalam Kristus Yesus, aku bersandar. Amin.

Share:

🎵 Lagu Perjalanan Hidup

 
"Lagu Perjalanan Hidup" menggambarkan langkah hidup yang diarahkan dan dikuatkan oleh firman Tuhan.

“Maka bernyanyilah orang Israel: ‘Memancarlah air, nyanyikanlah nyanyian bagi air itu!’”
(Bilangan 21:17)

📖 Renungan

Pernahkah Anda memperhatikan anak-anak yang bernyanyi riang saat dalam perjalanan? Lagu-lagu itu bukan hanya pengisi waktu — seringkali, itu adalah cermin dari hati mereka: gembira, bebas, dan penuh harapan.

Bangsa Israel juga pernah menyanyikan lagu di tengah perjalanan mereka. Bukan di istana atau pesta, tapi di padang gurun, saat mereka berhenti di sebuah sumur yang disebut Be’er. Sumur itu mengingatkan mereka bahwa di tengah kegersangan, Tuhan tetap menyediakan air — kehidupan. Lalu, mereka menyanyikan pujian.

Menariknya, mereka membandingkan sumur yang digali oleh raja-raja lain dengan sumur yang disediakan TUHAN. Apa yang bagi dunia merupakan hasil kuasa manusia, bagi Israel adalah bukti pemeliharaan ilahi. Mereka tahu: tongkat kerajaan sejati adalah tangan TUHAN sendiri.


💬 Refleksi bagi Kita

Kita pun sedang dalam perjalanan — bukan di padang gurun, tetapi dalam dinamika kehidupan ini. Ada tantangan, keletihan, bahkan kehilangan arah. Tapi renungan hari ini mengajak kita berhenti sejenak, memandang ke belakang, dan menyanyikan syukur atas setiap pemeliharaan Tuhan.

Apakah kita masih memiliki lagu di tengah perjalanan?
Apakah kita bisa berkata: “Tuhan yang memelihara, Tuhan yang menyertai”?


💡 Pelajaran Rohani

  • 🎶 Lagu di tengah perjalanan adalah tanda iman. Lagu Israel muncul bukan setelah sampai di tujuan, tapi saat mereka masih di jalan.

  • 💧 Pemeliharaan Tuhan sering hadir dalam bentuk sederhana, seperti air di tengah gurun.

  • ✝️ Iman kita tumbuh saat kita belajar bersyukur di tengah perjalanan, bukan hanya ketika segala sesuatu selesai.

  • 🙌 Jangan lupa menyanyikan pujian — bahkan di tengah lelah, karena itulah kekuatan kita.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajarku untuk tetap bernyanyi dalam perjalanan hidup ini.
Di saat jalanku terasa berat, biarlah hatiku tetap percaya.
Terima kasih untuk sumur air kehidupan yang Engkau sediakan di tengah kegersangan.
Dalam Yesus aku berjalan, dan kepada-Mu aku bersyukur. Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.