Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

👣 Generasi Penerus

Bilangan 20:22–29

Harun mati di sana... lalu Musa dan Eleazar turun dari gunung.
(Bilangan 20:28)

📖 Renungan

Ada saat untuk memimpin, dan ada saat untuk menyerahkan tongkat estafet. Inilah yang terjadi di Gunung Hor. Di sana, di hadapan seluruh umat, Musa menanggalkan pakaian jabatan Harun dan mengenakannya kepada Eleazar, anaknya. Hari itu, satu generasi menutup perjalanan — dan satu generasi baru dipanggil untuk melanjutkan.

Harun, imam besar yang telah mendampingi Musa begitu lama, tidak diizinkan masuk ke Tanah Perjanjian. Tapi karya Tuhan tidak berhenti. Tugas keimamatan diteruskan, bukan dihentikan. Pakaian jabatan berpindah, tapi tanggung jawab tetap berjalan.


🔍 Refleksi untuk Kita

Di zaman ini, siapa yang sedang kita siapkan?
Di rumah, di gereja, di pelayanan — apakah ada Eleazar-Eleazar yang kita bimbing, kita bentuk, kita beri teladan?

Sering kali, kita sibuk melakukan pekerjaan sendiri tanpa memikirkan penerus. Tapi pelayanan bukan tentang kita saja. Ini tentang kesinambungan. Kita boleh pergi, tapi misi Tuhan harus tetap hidup.


💡 Pelajaran Penting

  • 🔄 Setiap pemimpin harus menyiapkan pengganti. Tidak ada jabatan kekal, tapi karya Tuhan harus terus berjalan.

  • 🙏 Taat pada kehendak Tuhan meski tidak selalu sesuai harapan. Harun tidak masuk Kanaan, tapi ia tetap setia sampai akhir.

  • 👣 Pemuridan adalah proses yang disengaja. Tidak otomatis. Harus ada pembinaan dan penyerahan yang penuh kasih dan kepercayaan.

  • 💔 Kehilangan adalah bagian dari kehidupan. Tapi bersama Tuhan, kita menghadapi duka dengan iman dan pengharapan.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajar aku untuk melayani bukan demi nama, tapi demi warisan rohani.
Bentuk aku menjadi pribadi yang rela membimbing dan menyerahkan tanggung jawab kepada generasi berikutnya.
Ajarku untuk mempersiapkan mereka dengan kasih dan kerendahan hati.
Kiranya Engkau meneguhkan para pemimpin rohani kami dalam melanjutkan panggilan-Mu.
Dalam nama Yesus. Amin.

Share:

🤝 Mengalah dalam Mencapai Tujuan

Bilangan 20:14-21

“Lalu orang Edom berkata kepadanya: ‘Engkau tidak boleh melalui daerah kami.’ Maka orang Israel berbalik dari padanya.” — Bilangan 20:21

Tidak semua jalan menuju tujuan itu mulus. Kadang, jalan yang paling dekat justru tertutup. Itulah yang dialami bangsa Israel. Mereka tidak meminta banyak — hanya ingin lewat. Mereka bahkan bersedia membayar jika sampai meminum air dari tanah Edom. Tapi permintaan itu ditolak. Bukan hanya ditolak, mereka bahkan diancam akan diserang.

Apa respons Israel? Bukan kemarahan. Bukan peperangan. Tapi mengalah. Mereka memilih berputar arah, menempuh jalan yang lebih panjang, lebih melelahkan, lebih berat — demi satu hal: menggenapi tujuan Tuhan.


📖 Refleksi Bagi Kita

Di zaman sekarang, kita juga sering dihadapkan dengan penolakan, bahkan dari orang yang seharusnya “saudara.” Mungkin dalam pelayanan, dalam membangun komunitas, atau ketika gereja ingin hadir di tengah masyarakat.

Penolakan itu menyakitkan. Tapi respons kita sangat menentukan:
Apakah kita membalas dengan kekerasan? Atau tetap sabar dan berjalan dalam damai?

Kadang, mengalah bukan berarti kalah, tetapi tanda bahwa kita mengerti jalan Tuhan lebih penting daripada harga diri.


💡 Hikmat Praktis

  • Mengalah bukan berarti menyerah — tetapi memberi ruang bagi Tuhan bekerja.

  • Mengalah bukan lemah — justru butuh kekuatan untuk tetap sabar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan.

  • Mengalah bukan kehilangan arah — justru itu jalan memutar yang Tuhan pakai untuk membentuk hati kita.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajar aku untuk tidak mudah terbakar oleh penolakan atau emosi.
Tuntun aku untuk tetap sabar dan bijaksana ketika jalanku tertutup.
Kiranya aku tidak menyerah, tapi juga tidak melawan dengan cara dunia.
Biarlah aku belajar seni mengalah agar rencana-Mu digenapi dalam hidupku.
Dalam nama Yesus. Amin.

Share:

🛑 Jaga Langkahmu, Jangan Tergelincir!

 


Bilangan 20:1-13

“Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: ‘Karena kamu tidak percaya kepada-Ku dan tidak menghormati Aku sebagai Yang Kudus di depan orang Israel, itu sebabnya kamu tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang Kuberikan kepada mereka.’” — Bilangan 20:12

Pikirkan sejenak. Setelah bertahun-tahun setia berjalan di padang gurun, tinggal selangkah lagi memasuki Tanah Perjanjian... lalu gagal. Itulah yang dialami Musa dan Harun. Bukan karena mereka tidak setia, tetapi karena satu tindakan tergelincir — ketidakpercayaan dan ketidaktaatan pada satu instruksi Tuhan.

Saat bangsa Israel mengeluh karena kehausan, Musa diberi perintah sederhana: berkatalah kepada bukit batu agar mengeluarkan air. Namun, Musa justru memukul batu itu dua kali, dan dalam ucapannya ia seperti menyiratkan bahwa kuasa itu berasal dari dirinya, bukan dari Tuhan.

Air memang keluar, kebutuhan umat terpenuhi, namun Tuhan memperhatikan isi hati. Tindakan Musa yang tampak kecil, justru dianggap sebagai ketidakpercayaan dan ketidakmuliaan terhadap kekudusan Allah.


📌 Refleksi untuk Kita Hari Ini

Berapa banyak dari kita yang juga tergelincir saat perjalanan kita hampir mencapai tujuan?

  • Saat pelayanan mulai berhasil, kita mulai merasa semua karena kemampuan sendiri.

  • Ketika kita lelah dan frustrasi, kita memilih reaksi emosi, bukan ketaatan.

  • Di tengah tekanan, kita lebih mengandalkan cara kita daripada mendengarkan Tuhan.

Terkadang bukan dosa besar yang menjatuhkan kita, tetapi langkah kecil yang menyimpang dari ketaatan.


🙏 Doa Pagi

Tuhan, tolong aku untuk tetap setia melangkah dalam kehendak-Mu.
Ajari aku untuk tidak tergelincir dalam kesombongan, kekecewaan, atau emosi.
Jagai hatiku agar tetap lembut dan taat kepada firman-Mu.
Aku serahkan hari ini kepada-Mu — tuntunlah setiap langkahku.
Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

Najis Menjadi Tahir

 

📖 Bilangan 19:1–22

🌿 Tahir di Hadapan TUHAN

Tuhan memerintahkan agar seekor lembu betina merah yang tidak bercela disembelih, dibakar habis, lalu abunya dikumpulkan dan disimpan. Abu ini digunakan sebagai bagian dari air penahiran, yaitu sarana untuk menahirkan orang yang najis karena menyentuh mayat, tulang manusia, atau masuk ke kemah tempat orang mati (ayat 1–10, 11–16).

Allah menetapkan aturan ini agar umat-Nya tidak tinggal dalam kenajisan, karena kenajisan menjauhkan seseorang dari hadirat-Nya. Bahkan, jika seseorang tidak mau ditahirkan, orang itu harus dikeluarkan dari tengah umat Allah (ayat 20).

💔 Kenajisan yang Lebih Dalam

Di Perjanjian Baru, Yesus menunjukkan bahwa kenajisan bukan hanya soal jasmani, tapi terutama kenajisan hati—yang keluar dalam:

  • Perkataan: kebohongan, hujatan, makian, caci maki.

  • Pikiran: iri hati, hawa nafsu, kesombongan, niat jahat.

  • Perbuatan: pencurian, kekerasan, perzinaan, ketidakadilan.
    (Matius 15:17–20)

Kenajisan ini jauh lebih serius karena menghancurkan hubungan manusia dengan Allah dan sesama.

✝️ Yesus: Air Penahiran Sejati

Rasul Paulus menegaskan: “Semua orang telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Roma 3:23). Artinya, semua kita najis dan membutuhkan penahiran rohani.

Tetapi kabar baiknya:

Darah Yesus adalah “air penahiran” rohani yang menahirkan hati dan jiwa kita dari segala dosa.
Di kayu salib, Yesus menanggung hukuman kita. Oleh iman kepada-Nya, kita diampuni dan disucikan (1 Yohanes 1:9).

🌱 Hidup Sebagai Orang Tahir

Setelah ditahirkan, kita tidak boleh kembali hidup dalam kenajisan. Kita dipanggil untuk:

  • Menjaga kekudusan dalam hati, pikiran, perkataan, dan perbuatan.

  • Bertobat setiap kali jatuh, dengan segera datang kepada Allah dan memohon pengampunan di dalam nama Yesus.

  • Hidup dalam terang-Nya, menjadi kesaksian di tengah dunia yang semakin gelap.

🙏 Doa Pagi

Bapa yang Kudus,
Terima kasih atas kasih-Mu yang menahirkan kami melalui pengorbanan Yesus.
Ajarkan kami untuk menjaga hidup kami dari kecemaran dosa.
Ampuni setiap dosa dan bersihkan hati kami.
Jadikan kami bejana yang layak untuk kemuliaan-Mu.
Di dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Mengelola Persembahan

📖 Bilangan 18:1–32

💡 Tugas Kudus, Pengelolaan Serius

Dalam Bilangan 18, TUHAN kembali menegaskan struktur pelayanan yang kudus dan tertib:

  • Harun dan anak-anaknya ditetapkan sebagai imam untuk melayani langsung di hadapan TUHAN.

  • Suku Lewi ditugaskan membantu tugas-tugas pelayanan di Kemah Pertemuan, tapi mereka sendiri tidak boleh mendekat ke bagian paling kudus.

  • Orang biasa atau awam tidak boleh sembarangan mendekat, agar murka TUHAN tidak menimpa umat Israel (ayat 1–7).

Sebagai bagian dari pengaturan rohani dan praktis itu, TUHAN memberikan persembahan tertentu kepada Harun dan keluarganya (ayat 8–20), dan suku Lewi menerima bagian dari persepuluhan umat Israel (ayat 21). Namun, bahkan suku Lewi pun tidak luput dari tanggung jawab memberi—mereka juga diperintahkan mempersembahkan sepersepuluh dari apa yang mereka terima sebagai persembahan khusus kepada TUHAN (ayat 26).


🧭 Pelajaran bagi Gereja Masa Kini

Gambaran ini memberi prinsip penting tentang pengelolaan persembahan dalam kehidupan gereja masa kini:

  1. Pendeta dan majelis adalah figur yang memikul tanggung jawab rohani, menjaga umat agar hidup benar dan tidak jatuh dalam dosa.

  2. Mereka juga memimpin dan mengatur keberlangsungan pelayanan, mulai dari ibadah hingga kebutuhan praktis gereja.

  3. Persembahan dan persepuluhan jemaat menjadi sumber utama untuk:

    • Menopang kebutuhan pelayanan,

    • Membiayai kegiatan gereja,

    • Memenuhi kebutuhan hidup para pelayan Tuhan.


💰 Persembahan: Kudus dan Bertanggung Jawab

Persembahan bukan sekadar urusan uang—tetapi bagian dari ibadah. Cara kita memberi dan mengelolanya mencerminkan:

  • Rasa syukur kepada Allah,

  • Tanggung jawab rohani atas berkat yang kita terima,

  • Komitmen terhadap keberlangsungan pekerjaan Tuhan.

Itulah sebabnya pengelolaan persembahan harus dilakukan dengan:

  • Tertib dan transparan,

  • Berorientasi pada pelayanan,

  • Dengan penuh hikmat dan doa.


🙌 Apa yang Bisa Kita Lakukan?

  • Sebagai jemaat, marilah kita memberi dengan tulus dan setia.

  • Sebagai pengelola gereja, mari kita kelola dana dengan takut akan Tuhan dan integritas.

  • Sebagai satu tubuh Kristus, marilah kita mendoakan para pelayan Tuhan agar mereka:

    • Diberi hikmat dalam mengelola keuangan,

    • Tetap hidup dalam kekudusan dan tanggung jawab,

    • Menjadi saluran berkat bagi banyak orang.


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Kami bersyukur untuk setiap berkat yang Engkau limpahkan.
Tolong kami agar dapat memberi dengan hati yang rela dan penuh iman.
Berkati para pelayan-Mu—pendeta, majelis, pengurus gereja—agar mampu mengelola persembahan dengan bijaksana dan takut akan Tuhan.
Biarlah setiap rupiah yang diberikan dapat menjadi alat untuk memperluas Kerajaan-Mu.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Menghormati Pemimpin Pilihan TUHAN

 

📖 Bilangan 17:1–13

🌿 Tanda dari Allah: Tongkat yang Bertunas

Setelah pemberontakan yang dipimpin Korah, Datan, dan Abiram, Allah telah menghukum para pelakunya secara nyata. Namun, keraguan umat terhadap kepemimpinan Musa dan Harun belum juga lenyap. Maka, TUHAN melakukan sesuatu yang tak terbantahkan untuk meneguhkan otoritas Harun sebagai imam besar.

Tuhan memerintahkan Musa untuk:

  • Mengambil tongkat dari setiap kepala suku (12 suku),

  • Menuliskan nama mereka di tongkat masing-masing,

  • Meletakkannya di Kemah Pertemuan, tepat di hadapan tabut hukum.

Allah berfirman bahwa tongkat dari orang yang dipilih-Nya akan bertunas (ayat 5). Keesokan harinya, tongkat Harun tidak hanya bertunas, tetapi berkuntum, berbunga, bahkan berbuah badam (ayat 8). Ini bukan hanya tanda kehidupan dari sesuatu yang mati, tetapi juga tanda kehadiran dan pilihan Allah.


⚖️ Mengapa Tanda Ini Penting?

Reaksi umat sangat tegas: “Kami akan mati, kami akan binasa!” (ayat 12). Mereka akhirnya sadar bahwa:

  • Melawan Harun = melawan Allah.

  • Otoritas rohani bukan ditentukan oleh manusia, melainkan oleh pemilihan Allah sendiri.

Allah ingin menunjukkan kepada Israel bahwa ketaatan pada pemimpin yang diurapi-Nya adalah bagian dari ketaatan kepada-Nya sendiri.


👣 Aplikasi Bagi Kita Saat Ini

Sebagai umat Allah masa kini:

  • Kita dipanggil untuk menghormati dan mendukung pemimpin rohani yang diutus Tuhan.

  • Kita tidak menaruh hormat karena pribadi mereka sempurna, tetapi karena jabatan itu berasal dari Allah.

“Jabatan pelayanan adalah penetapan surgawi. Jika Allah yang menetapkan, Dia pula yang akan menjaga.”

Sebaliknya, pemberontakan dan sikap meremehkan pemimpin rohani membuka celah bagi kehancuran, seperti yang dialami oleh pemberontak di zaman Musa.


🛡️ Jika Anda Pemimpin: Jangan Gentar!

Mungkin saat ini Anda seorang gembala, pengurus, pelayan, atau pemimpin rohani yang:

  • Diragukan oleh orang-orang,

  • Ditekan atau bahkan diabaikan.

Jangan mundur. Allah yang memanggil, Allah pula yang akan meneguhkan. Anda tidak perlu membela diri—Tuhan akan membuat “tongkat Anda bertunas” di hadapan umat. Ia akan membuktikan otoritas Anda berasal dari-Nya.

🌱 Ketika Allah memanggil, Ia juga akan menyediakan tanda-tanda yang tak terbantahkan bagi dunia bahwa Anda adalah utusan-Nya.


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Terima kasih karena Engkau adalah Allah yang berotoritas dan setia kepada firman-Mu.
Ajarlah kami untuk hidup dalam ketaatan dan menghormati pemimpin yang Engkau tetapkan.
Berikanlah kerendahan hati untuk tidak memberontak, tetapi mendukung pekerjaan-Mu.
Bagi para pemimpin yang Engkau pilih, teguhkan hati mereka, kuatkan langkah mereka, dan tunjukkan tanda-tanda dari-Mu.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Pujian Ibadah 18 Mei 2025

Share:

Ambisi yang Dikuduskan


📖 Bilangan 16:1–35

Ambisi adalah hal yang wajar dimiliki setiap manusia. Namun, ambisi yang tidak dikuduskan bisa berubah menjadi bencana.


🔥 Pemberontakan dari Dalam

Korah, Datan, Abiram, dan On menggugat kepemimpinan Musa dan Harun, dengan mengklaim bahwa seluruh umat adalah kudus dan tidak ada yang lebih tinggi dari yang lain (ayat 2-3). Namun, dalih mereka menyembunyikan ambisi pribadi.

  • Korah, dari suku Lewi, sudah memiliki hak istimewa untuk melayani di Kemah Suci. Tapi ia menginginkan jabatan imam, sesuatu yang hanya Allah tetapkan.

  • Datan dan Abiram, dari suku Ruben, merasa Musa gagal memimpin bangsa Israel ke Tanah Perjanjian, sehingga menolak tunduk pada otoritasnya.

Ambisi yang tidak diproses secara rohani telah melahirkan pemberontakan yang mengguncang tatanan kepemimpinan dan membawa kehancuran besar.


⚖️ Akibat Ambisi yang Tak Terkuduskan

Allah tidak tinggal diam. Ia menegakkan otoritas-Nya melalui tindakan tegas:

“Tanah terbelah... dan mereka turun hidup-hidup ke dunia orang mati...” (Bil. 16:32-33)

Ini bukan hanya hukuman, tapi juga peringatan keras bahwa melawan pemimpin yang ditetapkan Allah sama dengan melawan Allah sendiri.


🕊️ Arahkan Ambisimu kepada Allah

Ambisi bisa menjadi kekuatan luar biasa bila diarahkan dengan benar. Jika diselaraskan dengan kehendak Allah, ambisi dapat melahirkan perubahan besar, visi pelayanan, dan dampak kekal.

Namun, jika ambisi digerakkan oleh iri hati, ketidakpuasan, atau haus kekuasaan, maka yang lahir adalah konflik, perpecahan, dan kehancuran.

Ambisi yang dikuduskan adalah ambisi yang tunduk kepada kehendak Allah, lahir dari hati yang taat, dan diwujudkan dalam kerendahan hati.


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Terima kasih atas firman-Mu yang mengajar kami hidup dalam ketaatan dan kekudusan.
Tolong kami untuk menjaga hati kami dari ambisi yang jahat, dan tuntunlah kami mengarahkan kerinduan kami sesuai kehendak-Mu.
Berkatilah hari ini: jemaat-Mu, keluarga kami, usaha dan pekerjaan kami.
Biarlah kami hidup seturut kehendak-Mu, menjadi terang dan garam di tengah dunia.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Bukan Sekadar Aksesori

📖 Bilangan 15:37–41

Allah memerintahkan umat Israel untuk membuat jumbai-jumbai di ujung pakaian mereka—bukan sekadar hiasan, melainkan tanda visual yang membawa makna mendalam.

“…supaya kamu melihatnya dan mengingat segala perintah TUHAN, serta melakukannya…” (Bil. 15:39)


🎗️ Tanda yang Mengingatkan

  • Benang ungu kebiru-biruan pada jumbai sama seperti warna di Kemah Suci dan pakaian imam—menunjukkan kekudusan (Kel. 26 & 28).

  • Jumbai adalah pengingat identitas, bahwa mereka adalah umat kudus, milik Allah, yang dipanggil untuk hidup dalam ketaatan (Kel. 19:6).

  • Ini juga peringatan untuk tidak mengikuti hati dan mata sendiri yang bisa menyesatkan (lih. pengumpul kayu pada hari Sabat & pengintai yang tidak percaya).


✝️ Makna Salib di Zaman Sekarang

Hari ini, kita mungkin memakai tanda kekristenan seperti salib—di kalung, gelang, bahkan tato. Tapi yang Allah kehendaki bukan sekadar simbol luar, melainkan makna yang dihayati.

Salib mengingatkan kita akan:

  • Kasih Allah dalam pengorbanan Kristus

  • Identitas baru sebagai umat Kerajaan Allah

  • Panggilan untuk meninggalkan dosa dan hidup taat

“Setiap kali kita melihat salib, seharusnya hati kita tersentak dan tertunduk—karena salib adalah lambang kasih, pengampunan, dan kehidupan baru.”


🙏 Doa Pagi

Bapa di surga,
Terima kasih atas firman-Mu yang mengajar kami hidup dalam ketaatan dan kekudusan.
Ajarkan kami untuk tidak mengikuti keinginan hati dan mata, tetapi tetap berpegang pada firman-Mu.
Berkatilah kami hari ini—jemaat-Mu, keluarga kami, usaha dan pekerjaan kami.
Biarlah kami hidup seturut kehendak-Mu, menjadi terang dan garam di tengah dunia.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.
Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.