Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Pelayan Allah sebagai Penerang

 

📖 Bilangan 8

Pelayan Allah adalah orang-orang yang dipilih, dikhususkan, dan diutus untuk melayani Allah serta umat-Nya. Sebagai pelayan, mereka dipanggil untuk hidup kudus, tak bercacat, dan menjadi terang di tengah umat.

Suku Lewi menjadi contoh nyata tentang hal ini. Mereka dipisahkan dari suku-suku lain untuk melayani TUHAN secara penuh. Namun, sebelum melayani di Kemah Pertemuan, mereka harus menjalani serangkaian tahapan penyucian: mentahirkan diri (ay. 7–9), menerima penumpangan tangan dari umat (ay. 10), mempersembahkan diri kepada TUHAN (ay. 11), mempersembahkan korban bakaran (ay. 12), dan mengakui diri sebagai milik TUHAN sepenuhnya (ay. 14).
Hanya setelah melewati semua itu, mereka diperbolehkan menjalankan tugas di Kemah Suci (ay. 15).

Proses ini mengajarkan kita bahwa menjadi pelayan Allah bukanlah hal yang ringan. Pelayanan menuntut penyerahan total, kekudusan hidup, dan kesediaan untuk dibentuk oleh tangan Allah. Hati yang sungguh-sungguh adalah dasar utama pelayanan sejati.

📌 Dipanggil Menjadi Terang

Hari ini, setiap orang Kristen yang telah ditebus oleh darah Kristus adalah pelayan Allah. Kita dipanggil untuk hidup berbeda dari dunia: dipisahkan, dikuduskan, dan dipersembahkan untuk kemuliaan-Nya. Status kita di dunia — apakah kita karyawan, pelajar, pemimpin, atau pelayan gereja — tidak mengubah identitas kita sebagai pelayan Allah.

Karena itu, marilah kita mengerjakan setiap tugas dengan sungguh-sungguh sebagai ungkapan syukur kepada Dia yang memanggil kita. Jangan remehkan pelayanan yang dipercayakan, sebab melalui kesetiaan kecil, Allah menyatakan terang-Nya kepada dunia.

Jagalah kekudusan hidup kita. Persembahkan diri setiap hari kepada Allah, sebab pekerjaan yang kita lakukan bagi-Nya adalah sarana untuk memuliakan nama-Nya dan menjadi berkat bagi sesama. Ingatlah selalu: Roh Allah tinggal di dalam kita. Ia menerangi jalan kita dan menjadikan kita terang bagi jiwa-jiwa yang mencari jalan pulang kepada Bapa.

📖 "Kamu adalah terang dunia. Kota yang terletak di atas gunung tidak mungkin tersembunyi."

(Matius 5:14)

Share:

Pemimpin yang Menjadi Teladan

 

📖 Bilangan 7

Seorang pemimpin sejati adalah mereka yang dapat menjadi teladan bagi orang yang dipimpinnya. Kepemimpinan yang benar tidak hanya berbicara tentang posisi atau kuasa, melainkan tentang keteladanan hidup yang sejalan dengan firman Tuhan.

Kita belajar dari Musa dan para pemimpin Israel saat Kemah Suci selesai didirikan. Mereka, bersama kaum keluarga, mempersembahkan kurban kepada TUHAN (ay. 1–3). Persembahan itu tidak asal-asalan, melainkan sesuai dengan ketetapan TUHAN yang disampaikan melalui Musa (ay. 4–9). Lalu, secara bergiliran, kedua belas kepala suku mempersembahkan korban untuk penahbisan Kemah Suci (ay. 12–88).

📌 Tiga Prinsip Kepemimpinan Ilahi

Dari kisah ini, kita menemukan tiga prinsip penting tentang kepemimpinan yang berkenan kepada Allah:

  1. Menjadi Teladan dalam Melayani Allah dan Umat-Nya
    Pemimpin harus terlebih dahulu mempersembahkan hidupnya kepada Allah sebelum memimpin orang lain. Tindakan pemimpin akan menjadi contoh nyata bagi umat.

  2. Memiliki Integritas yang Tinggi
    Pelayanan kepada Allah dan sesama harus dilakukan dengan hati yang bersih dan motivasi yang murni. Tanpa integritas, kepemimpinan akan rapuh.

  3. Menyadari Bahwa Allah Adalah Pemimpin Tertinggi
    Seorang pemimpin rohani harus senantiasa bergantung kepada Allah. Setiap keputusan yang diambil harus didasarkan pada doa dan permohonan hikmat dari-Nya.

Kepemimpinan Musa mencerminkan ketiga hal ini. Karakter dan keteladanan hidup Musa memengaruhi bangsa Israel, bahkan hingga generasi sesudahnya.

📌 Menjadi Teladan Hari Ini

Hari ini, entah kita menyadarinya atau tidak, setiap kita adalah pemimpin di lingkup kita masing-masing — di keluarga, di gereja, di tempat kerja, atau dalam komunitas. Tindakan kita sehari-hari berbicara lebih keras daripada kata-kata. Maka, kita perlu berhati-hati dalam perkataan, perbuatan, pola pikir, dan cara hidup.

Sebagaimana Musa, marilah kita menjadi pemimpin yang menunjukkan kasih Kristus, menjaga kekudusan hidup, dan memuliakan Tuhan melalui teladan kita. Dengan demikian, hidup kita akan menjadi kesaksian yang nyata di dunia ini — sebuah refleksi dari kasih dan kemuliaan Yesus Kristus.

Share:

Dikhususkan Bagi Allah

📖 Bilangan 6

Menjadi nazir Allah adalah sebuah panggilan yang mulia, tetapi juga berat. Tuntutannya tinggi dan menuntut disiplin keras. Seorang nazir dilarang makan atau minum sesuatu yang berasal dari buah anggur (ay. 3–4), tidak boleh mencukur rambutnya (ay. 5), dan tidak boleh menyentuh atau mendekati mayat, sekalipun itu keluarganya sendiri (ay. 6–7).

Setelah masa kenazirannya selesai, nazir akan mencukur rambutnya dan mempersembahkannya bersama korban di mezbah Tuhan (ay. 18). Rambut itu menjadi simbol seluruh hidup yang dipersembahkan kepada Allah — menjadi bau harum yang menyenangkan hati-Nya.

📌 Kristus: Nazir yang Sempurna

Yesus Kristus adalah Nazir dari segala nazir. Ia hidup tanpa cacat cela dan sepenuhnya dipersembahkan kepada Allah. Kesalehan-Nya penuh kasih. Ia berjanji tidak akan minum anggur sampai Kerajaan Allah tiba (Mat. 26:29), namun Ia mengubah air menjadi anggur untuk pesta sukacita (Yoh. 2:7–9). Ia menyentuh orang mati, bukan untuk menjadi najis, tetapi untuk membangkitkan mereka (Mrk. 5:41–42).

Melalui pengorbanan-Nya di salib, kita pun dikhususkan menjadi umat Allah — "suatu umat milik-Nya sendiri" (Tit. 2:14). Kita dipilih dan ditebus untuk menjadi saksi-saksi Kristus di dunia ini.

📌 Menjaga Hidup Kudus

Sebagai umat yang dikhususkan, kita harus berpantang dari segala keinginan daging, keinginan mata, dan keangkuhan hidup (1Yoh. 2:16). Kita tidak boleh mendekat kepada perbuatan-perbuatan daging (Gal. 5:19–21). Hidup kita, doa-doa kita, dan pelayanan kita harus menjadi bau harum bagi Allah.

Jika kita pernah gagal dalam menjaga kekudusan hidup, jangan menghukum diri sendiri berlebihan. Dalam aturan tentang nazir, orang yang gagal pun diberi kesempatan untuk memulai dari awal (ay. 9, 12). Jika Allah sendiri tidak menghukum kita, mengapa kita menghukum diri sendiri? Marilah kita bangkit kembali dan mempersembahkan hidup kita dengan penuh semangat bagi-Nya.


Mari Kita Berdoa

Terpujilah Bapa yang ada di surga.
Pagi ini aku bersyukur atas pertolongan-Mu dalam hidupku sepanjang malam.
Pagi ini, aku mohonkan berkat-Mu atas Bapak, Ibu, jemaat, dan saudara-saudariku semua.

Kiranya berkat kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera mengalir dalam hidup kami.
Diberkatilah rumah tangga kami, anak-anak dan cucu-cucu kami, pekerjaan kami — sawah, ladang, perusahaan, studi, toko, usaha, kantor, dan semua yang kami kerjakan.

Berkati juga rumah kami, keluarga kami, pelayanan kami, gereja kami, majikan kami, dan calon pasangan hidup kami.

Dalam nama Tuhan Yesus, biarlah berkat-Mu mengalir melimpah dalam hidup kami.
Aku sadar, bertambahnya hari-hariku berarti bertambah pula hikmatku, agar kami tetap kuat, mengalami terobosan, dan berjalan dalam proses menuju keberhasilan di bawah pimpinan-Mu.

Jadilah kehendak-Mu atas hidup kami.

Amin! Tuhan Yesus memberkati.

Share:

Pujian Ibadah 27 April 2025

Share:

Jangan Bangkitkan Cemburu-Nya

 

📖 Bilangan 5:11–31

Allah adalah Pribadi yang memperhatikan kesetiaan dalam relasi, termasuk relasi suami dan istri. Dalam hukum Taurat, jika seorang suami mencurigai istrinya tidak setia, ia diizinkan membawa perkara itu kepada imam (ay. 11–15). Pemeriksaan dilakukan dengan serius dan sakral — termasuk pemberian kutuk dan berkat oleh imam (ay. 19–26). Jika terbukti bersalah, si istri akan mengalami sakit, perut mengembung, dan sistem reproduksinya terganggu (ay. 27). Hukuman ini menunjukkan betapa seriusnya pelanggaran kesucian pernikahan di mata Allah.

📌 Allah Tidak Bisa Diperdaya

Tidak ada satu pun yang tersembunyi dari Allah. Ia tahu pikiran dan maksud hati manusia. Maka, daripada menunggu "pengadilan ilahi", lebih baik kita datang dan mengaku dosa di hadapan-Nya sekarang juga. Bila hukuman dari Tuhan telah dijatuhkan, pintu pengampunan tertutup.

Hal yang sama berlaku dalam relasi kita dengan Kristus. Alkitab menggambarkan Yesus sebagai Mempelai Laki-laki dan gereja sebagai mempelai perempuan-Nya (Ef. 5:23). Ketika umat-Nya tidak menjadikan Dia yang terutama dalam hidup mereka, Allah pun cemburu. Tetapi tidak seperti manusia, kecemburuan Allah bersifat kudus dan tajam — karena Ia sanggup menilai pikiran dan niat hati setiap orang (Ibr. 4:12).

Mungkin hari ini kita mulai sadar bahwa hati kita telah menyimpang, baik terhadap pasangan hidup, atau terhadap Tuhan. Mari mengaku dengan jujur. Sebutkan dalam doa pikiran dan perasaan yang menjauhkan kita dari kasih yang sejati.

📌 Salib Menutup Segala Kutuk

Syukur kepada Allah, sebab melalui salib Kristus, hukuman dosa telah ditanggung oleh-Nya. Setiap kutuk telah dihapus dari hidup mereka yang percaya. Kita dapat kembali kepada-Nya tanpa rasa takut, dan memulai kembali relasi yang dipenuhi kasih dan kesetiaan.

Bersyukurlah — karena Allah yang kudus juga adalah Allah yang pengasih!

Share:

Selamat Tinggal Kenajisan dan Kejahatan


📖 Bilangan 5:1–10

Tahukah Anda? Pada abad ke-16 di Inggris, kata goodbye pertama kali diperkenalkan sebagai bentuk pendek dari ucapan berkat: "God be with ye" — Tuhan besertamu. Sebuah doa bagi orang yang ditinggalkan.

Dalam bacaan hari ini, TUHAN memerintahkan bangsa Israel untuk memisahkan orang-orang najis dan pelaku kejahatan dari komunitas umat-Nya. Orang yang menderita penyakit menajiskan harus pergi meninggalkan keluarganya, tidak tahu kapan bisa kembali. Ia hanya bisa berharap kepada mukjizat Tuhan. Sebaliknya, keluarga yang ditinggalkan hanya bisa berdoa, "Tuhan besertamu."

Bagi pelaku kejahatan, tersedia jalan pemulihan: kesadaran akan dosa, pengakuan, dan pembayaran ganti rugi (ay. 7). Setelah itu, ia dapat kembali ke tengah komunitas.

📌 Ucapkan Selamat Tinggal kepada Dosa

Kenajisan dan kejahatan memisahkan manusia dari Allah dan sesamanya, seperti yang terjadi di Taman Eden. Namun, jalan pulang kini terbuka. Yesus Kristus menanggung hukuman dosa kita di kayu salib dan membayar tebusan kesalahan kita. Karena itu, berlaku janji yang indah ini:

"Jika kita mengaku dosa kita, Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan." (1Yoh. 1:9)

Hari ini, mari kita mengucapkan "selamat tinggal" kepada gaya hidup lama kita. Jangan menoleh ke belakang, sekalipun ada hal-hal yang terasa menghibur dari masa lalu itu. Tinggalkan semua hubungan yang menajiskan dan semua jalan hidup yang merusak.

Kembangkan relasi baru bersama Tuhan dan umat-Nya. Putuskan hari ini dengan siapa Anda akan berjalan selamanya—dengan Allah dan sesama yang tahir di dalam Kristus.

Ke mana pun kita melangkah, yakinlah: "Kebaikan dan kasih setia belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku." (Mzm. 23:6)

Share:

Bertetangga dengan Tuhan

 

📖 Bilangan 3:1–51

Dalam dunia kerja, rotasi jabatan dan lokasi penugasan lazim dilakukan untuk penyegaran dan promosi. Namun, prinsip ini tidak berlaku bagi suku Lewi. Mereka menerima hak istimewa untuk melayani TUHAN sepanjang hidup mereka, tanpa rotasi tempat atau jabatan.

Sejak usia satu bulan, nama setiap anak suku Lewi dicatat (ay. 15). Mereka dipilih untuk menggantikan anak-anak sulung Israel yang seharusnya turut binasa dalam tulah terakhir di Mesir (ay. 12–13). Setiap kaum Lewi mendapatkan tugas spesifik: ada yang mengurus tirai Kemah Suci, ada yang menangani tiang dan patok, ada yang menjaga perkakas-perkakas suci. Tugas ini bersifat permanen.

Sebagai penghargaan, TUHAN menempatkan suku Lewi di area permukiman terbaik: di sekeliling Kemah-Nya. Mereka menjadi tetangga TUHAN sendiri—sebuah keistimewaan agung. Siapakah yang tidak ingin hidup sedekat itu dengan Allah?

📌 Mengatasi Kejenuhan dalam Pelayanan

Namun, bahkan dalam kemuliaan pelayanan, kejenuhan bisa melanda. Melayani dalam rutinitas yang berulang—kebaktian, kunjungan pastoral, konseling, upacara seremonial—bisa membuat hati menjadi tawar. Tidak semua orang berkesempatan mengalami rotasi pelayanan. Banyak hamba Tuhan yang melayani di satu tempat seumur hidupnya.

Dari mana kita mendapatkan kesegaran rohani saat kejenuhan datang? Dari mana kita memperoleh sukacita baru bila tidak ada objek wisata atau hiburan di sekitar kita?

Jawabannya: datanglah kepada Tuhan. Ia mengundang kita:

"Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu." (Mat. 11:28)

Bila kita tinggal dekat dengan-Nya, kesegaran itu tersedia setiap saat. Seperti lirik lagu rohani, "Dia hanya sejauh doa." Seperti doa Daud:

"... aku akan tinggal dalam Rumah TUHAN sepanjang masa." (Mzm. 23:6)

Bertetangga dengan Tuhan berarti hidup dalam keintiman dengan-Nya—dan dalam hadirat-Nya, ada sukacita yang tak berkesudahan.

Share:

Kita Semua Bersaudara

 

📖 Bilangan 2:1–34

Mengapa Allah mengatur perkemahan bangsa Israel dengan begitu terperinci? Pada umumnya, karavan yang sedang mengembara membentuk pola melingkar atau persegi untuk melindungi diri dari serangan binatang buas atau perampok. Namun, bangsa Israel tidak perlu mengandalkan strategi manusia semata. Immanuel—Allah beserta kita—berdiam di tengah-tengah mereka.

Allah menempatkan suku-suku Israel mengelilingi Kemah Suci ke empat penjuru mata angin (ay. 3, 10, 18, 25), dengan Kemah Suci sebagai pusatnya (ay. 17). Dilihat dari ketinggian, formasi ini membentuk siluet sebuah palang. Salib ini, secara profetik, berbicara tentang kemenangan umat Allah yang dipimpin oleh Pribadi yang berdiam di antara mereka.

Tata letak itu juga menjadi sarana Allah untuk meleburkan berbagai suku yang berbeda-beda menjadi satu komunitas. Allah menanamkan prinsip saling percaya, saling mendukung, dan bekerja sama dalam perjalanan menuju Tanah Perjanjian. Prinsip yang sama juga kita lihat di dalam gereja mula-mula di Yerusalem (bdk. Kis. 2:41–47).

📌 Hidup dalam Kebersamaan

Allah membentuk umat-Nya untuk mengasihi dan melayani satu sama lain. Jadi, mengapa kita masih membeda-bedakan manusia berdasarkan status sosial, ekonomi, pangkat, atau bahkan tingkat spiritualitas?

Di era digital saat ini, manusia semakin terdorong menjadi soliter, menonjolkan diri, dan bergaul hanya dengan "kelompok" tertentu. Jika umat Allah hidup seperti itu, bagaimana dunia bisa melihat ekspresi salib Kristus di tengah-tengah kita?

Robohkan tembok pemisah di jemaat Anda. Mulailah dari diri Anda sendiri. Ingatlah, dalam Kristus:

"Tidak ada orang Yahudi atau Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." (Gal. 3:28)

Kita semua bersaudara. Allah tinggal di tengah-tengah persekutuan kita yang penuh kasih. Kiranya kasih-Nya menjadi tanda pengenal kita di dunia ini.

Share:

Terhitung sebagai Umat Tuhan

📖 Bilangan 1:1–54

Ketika Allah memerintahkan Musa untuk mengadakan sensus pertama atas bangsa Israel, mungkin banyak dari mereka bertanya-tanya tentang tujuan di balik perintah tersebut. Namun, dari penjelasan di dalam perikop ini, kita dapat memahami bahwa sensus ini difokuskan pada pria dewasa berusia dua puluh tahun ke atas yang sanggup berperang (ay. 1–3). Anak-anak remaja, meskipun kuat, tidak dihitung. Orang tua lanjut usia pun tetap dihitung jika masih mampu berperang. Suku Lewi sendiri dikecualikan, sebab mereka dikhususkan TUHAN untuk mengurus Kemah Suci (ay. 47–53).

Melalui sensus ini, Allah memperlihatkan bahwa umat-Nya dipersiapkan untuk memperluas Kerajaan-Nya. Di masa itu, raja-raja dunia melakukan sensus untuk memperkuat pasukan dan memperluas wilayah kekuasaan mereka (bdk. 2Sam. 24). Namun, Allah berbeda: Ia mengumpulkan umat-Nya bukan untuk ambisi duniawi, melainkan untuk memenuhi rencana surgawi.

Allah adalah Raja atas seluruh ciptaan. Ia adalah Kepala atas semua umat manusia, atas bangsa-bangsa, dan atas seluruh lembaga, baik sekuler maupun rohani. Ia yang memerintah, Ia yang membuka dan menutup pintu. Ia yang menentukan setiap peran dan tugas umat-Nya dalam Kerajaan-Nya.

📌 Siapakah Anda di Mata Allah?

Apakah Anda terhitung sebagai umat-Nya? Jika ya, di bagian mana Allah menempatkan Anda untuk melayani Dia? Sebab di dalam Kerajaan Allah, setiap tugas, sekecil apa pun, memiliki nilai yang besar di hadapan-Nya. Pedagang di pasar, guru di sekolah, sopir di jalanan, atau vikaris di mimbar—semuanya dapat memuliakan Tuhan jika dilakukan dengan setia dan penuh kasih.

"Apa pun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia." (Kol. 3:23)

Setiap pekerjaan baik yang kita lakukan adalah bagian dari ibadah kepada Allah. Melalui pekerjaan itu, kita bukan hanya memperoleh penghidupan, tetapi juga melayani Dia.

Bersyukurlah karena Allah mengikutsertakan kita dalam rencana-Nya. Mari kita kerjakan bagian kita dengan setia, sebab setiap umat yang terhitung di hadapan Allah adalah prajurit kasih di ladang dunia ini.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.