Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

💬 Diutus dan Diperlengkapi

"Diutus dan Diperlengkapi – Temukan inspirasi, renungan, dan bahan pelayanan untuk bertumbuh dalam iman dan melayani dengan kuasa Tuhan."

Lukas 10:1-12

Pernahkah Anda membayangkan menjadi seorang atlet yang mewakili Indonesia di Olimpiade? Pasti bangga sekali. Bukan hanya karena mengejar medali, tetapi juga membawa nama bangsa di hadapan dunia. Mereka berangkat dengan beban tanggung jawab, tapi juga dengan keyakinan: ada dukungan, latihan, dan perlengkapan yang memadai.

Bacaan hari ini mengisahkan Yesus mengutus 70 murid. Kita tidak tahu detail siapa saja mereka—bisa muda, tua, laki-laki, perempuan, lajang, atau sudah berkeluarga. Tapi yang jelas, mereka semua menerima perintah Yesus tanpa menolak. Mereka diutus bukan karena sudah sempurna, melainkan karena Yesus tahu: Ia sendiri yang akan memperlengkapi mereka.

Tiga misi utama yang mereka bawa:

  1. Menyebarkan damai sejahtera — menghadirkan kasih persaudaraan yang tulus.

  2. Menyembuhkan — bukan hanya fisik, tetapi juga luka hati dan batin.

  3. Memberitakan Kerajaan Allah — menghadirkan karakter dan kehendak Allah di dunia ini melalui Kristus.

Sekarang, giliran kita. Kita juga diutus. Mungkin bukan ke desa-desa seperti murid-murid itu, tetapi melalui profesi kita, lingkungan keluarga, atau komunitas kita. Misi ini kadang terasa berat kalau dilakukan sendirian. Itu sebabnya Yesus mengutus murid-murid berdua-dua—agar saling menguatkan, mengingatkan, dan berdampak lebih besar.

Saudaraku, mari jalani panggilan ini dengan iman. Jangan takut kekurangan. Jangan gentar menghadapi tantangan. Tuhan yang mengutus, adalah Tuhan yang memperlengkapi.

📖 Refleksi:

  • Apakah saya sadar bahwa saya sedang diutus oleh Tuhan hari ini?

  • Bagian mana dari misi Tuhan yang bisa saya mulai wujudkan dari tempat saya sekarang?

🙏 Doa:
Tuhan, terima kasih karena Engkau mempercayakan misi-Mu kepada kami. Ajari kami untuk percaya bahwa Engkau yang mengutus, juga yang memampukan. Pakailah hidup kami, supaya damai-Mu, kasih-Mu, dan Kerajaan-Mu hadir di dunia ini. Amin.

Share:

HATI YANG MELEKAT

 *Dinamika hidup ilahi ditentukan oleh kualitas hubungan kita dengan Tuhan, yaitu sejauh mana hati kita melekat kepada-Nya.

#* Karena itu, pikiran kita harus senantiasa tertuju kepada Tuhan. Tentu, kita tetap harus menyediakan waktu untuk keluarga, pekerjaan, dan tanggung jawab lainnya, tetapi fokus utama hidup kita adalah Tuhan, hingga hal itu menjadi ritme yang tetap dalam kehidupan.

#Memang, waktu kita banyak tersita oleh pekerjaan dan upaya mencari nafkah. Namun, pasti ada celah waktu untuk memiliki “me time” bersama Tuhan, dan itulah yang harus menjadi prioritas. Kita perlu berani mengorbankan tontonan yang tidak bermanfaat, serta pertemuan-pertemuan yang tidak membangun, agar hidup kita digarami oleh kehadiran Tuhan. Barulah kita dapat berkata: “Tuhan dan Kerajaan-Mu adalah segenap hidupku.”

# Sekiranya kita diberi usia hidup seribu tahun dan menjalani kehidupan dengan kebiasaan seperti ini, mungkin belum tentu cukup untuk mengenal dan mengalami Allah yang tidak terbatas. Apalagi kita hanya memiliki waktu hidup sekitar 70 hingga 100 tahun. Memang, terkadang kita merasa belum sungguh-sungguh mengalami Tuhan, padahal kita telah berusaha dengan segenap hati untuk mencari-Nya. Kita juga kerap merasa pertumbuhan rohani kita sangat lambat. Secara jujur, perasaan tersebut bisa membuat kita menjadi tawar hati.

#Di sinilah dibutuhkan ketekunan dan kesabaran. Kita harus tetap mencari Tuhan. Apalagi ketika kita berada dalam kondisi sulit, dan seolah-olah Tuhan tidak peduli terhadap pergumulan hidup kita—padahal kita sudah berusaha hidup suci, berdoa, bahkan berpuasa. Namun, keadaan hidup kita tetap tampak berantakan, dan Tuhan seakan menutup mata terhadap permasalahan kita. Dalam situasi seperti ini, kita dituntut untuk tetap tekun. Ini merupakan bagian dari proses pendewasaan rohani.

#  Karena itu, kita harus berani mempercayai bahwa hanya Tuhan yang benar-benar berharga. Tidak ada yang lebih bernilai dibandingkan Tuhan. 

#Jika kita mencermati tokoh-tokoh besar dalam Alkitab, sering kali Tuhan membawa mereka kepada kondisi-kondisi yang sangat kritis. Orang-orang besar pasti mengalami hal ini. Misalnya: Abraham harus menunggu kelahiran anaknya selama 25 tahun, lalu diperintahkan untuk mempersembahkan Ishak. Yusuf dijerumuskan ke dalam sumur, lalu ke penjara, atas tuduhan palsu. Musa harus menghadapi Laut Kolzum dengan bukit di kiri-kanannya dan laut di hadapannya. Daniel harus masuk ke gua singa. Sadrakh, Mesakh, dan Abednego harus menghadapi dapur api yang menyala-nyala. Mereka adalah pribadi-pribadi besar, kekasih TUHAN, yang pada akhirnya akan bersama Yang Mahabesar dan Mahamulia, Elohim YAHWEH, di Kerajaan Surga.

#   Lalu, pertanyaannya: Apakah kita juga memiliki hak istimewa seperti mereka? Jawabannya: ya, tetapi hal itu bergantung pada kita. Tuhan pasti menyediakan opsi atau pilihan, namun bergantung pada seberapa besar keberanian kita untuk membayar harga dari pilihan itu. Maka dari itu, kita harus memiliki jiwa nekat secara rohani, bukan nekat buta, tetapi nekat yang lahir dari kerinduan untuk memilih yang terbaik.

# dinamika hidup anak-anak Allah yang berjalan bersama Tuhan sejak di bumi akan berlanjut di dalam kekekalan.

Hikmat Yang Saya dapatkan dari perenungan hari ini.

DINAMIKA HIDUP ILAHI DITENTUKAN OLEH KUALITAS HUBUNGAN KITA DENGAN TUHAN, YAITU SEJAUH MANA HATI KITA MELEKAT KEPADA-NYA.

Pokok Doa:

Puji syukur atas kuasa Tuhan yang melampaui segala kuasa, dan mohon penyertaan-Nya yang melindungi kita senantiasa.

Mengalir dalam kehidupan kita semua. Dan diberkati juga rumah tangga mu. Anak-anak dan cucu-cucu mu. Pekerjaanmu. Sawah dan ladang mu. perusahaanmu Studi mu. Tokomu Usaha mu. Kantor mu, MOU mu, Pelanggan mu Rumah mu. Keluargamu. Pelayanan mu. Gereja mu.. Majikanmu, serta Calon pendampingmu 

Dalam nama TUHAN YESUS biarlah berkat Mu mengalir melimpah dalam kehidupan kami.. saya sadar bertambahnya hari harimu . Bertambahnya juga hikmat ku, supaya kami tetap kuat dan selalu ada terobosan  dan proses  untuk sukses

Share:

Tidak Layak

Keadaan yang tak sesuai firman Tuhan. Kehidupan ini tidak layak di hadapan-Nya, perlu pertobatan dan anugerah-Nya.

Lukas 9:57-62

Mengikut Yesus bukan sekadar berkata, “Aku mau mengikut-Mu, Tuhan”. Bukan pula sekadar merasa terpanggil. Mengikut Yesus berarti siap berjalan bersama Dia—di mana saja, kapan saja—walau harus melewati jalan yang tidak nyaman. Yesus sendiri ditolak, tidak diberi tempat, dan menghadapi banyak tantangan. Mengikut Dia berarti siap mengalami hal yang sama.

Dalam perjalanan-Nya, Yesus berbicara kepada tiga orang (Lukas 9:57–62). Ada yang menawarkan diri untuk mengikut-Nya, ada yang Dia ajak langsung, dan ada yang mau ikut tapi masih ingin mengurus hal lain dulu. Kepada mereka, Yesus memberi tiga gambaran:

  1. Serigala punya liang, burung punya sarang, tetapi Anak Manusia tidak punya tempat untuk meletakkan kepala-Nya. Mengikut Yesus berarti siap hidup tanpa kenyamanan dunia yang dijadikan sandaran.

  2. Biarlah orang mati menguburkan orang mati. Mengikut Yesus berarti memberi prioritas tertinggi pada panggilan-Nya, melebihi urusan pribadi yang kelihatannya penting.

  3. Orang yang membajak tidak boleh menoleh ke belakang. Mengikut Yesus berarti berjalan dengan fokus, tidak goyah, dan tidak kembali ke kehidupan lama.

Yesus menegaskan: mengikut Dia harus total, konsisten, dan berkualitas. Tidak ada setengah hati. Jika komitmen itu hilang, kata-Nya tegas: tidak layak.

Hari ini, mari kita bertanya pada diri sendiri:

  • Apakah aku masih setia seperti saat pertama mengikut Yesus?

  • Apakah ada kenyamanan atau urusan pribadi yang diam-diam menahan langkahku?

Mintalah Tuhan menolong kita agar tetap setia, meski ada risiko dan pengorbanan. Mari saling menguatkan, agar bila ada yang jatuh, ia dapat bangkit lagi—setia berjalan bersama Yesus, memberitakan Injil Kerajaan-Nya.

Share:

Marah Tidak Menguntungkan

Lukas 9:51-56

Setiap orang bisa marah. Ada yang marah karena niat baiknya tidak mendapat tanggapan positif, ada pula yang marah karena merasa diperlakukan tidak adil. Perasaan ini wajar, tetapi yang sering menjadi masalah adalah tindakan yang menyusul setelahnya. Tidak jarang, kemarahan membuat seseorang mengutuk, mengancam, bahkan berdoa agar Tuhan menghukum orang yang membuatnya marah.

Kisah serupa terjadi pada Yakobus dan Yohanes. Mereka begitu marah kepada orang-orang Samaria di sebuah desa hingga meminta persetujuan Yesus untuk memanggil api dari langit dan membinasakan mereka (ay. 54). Kemarahan ini dipicu oleh penolakan orang-orang Samaria ketika Yesus ingin melewati desa mereka menuju Yerusalem (ay. 53).

Bagi kita, alasan ini mungkin terdengar membingungkan. Namun, pada masa itu hubungan orang Yahudi dan orang Samaria memang penuh ketegangan (Yoh. 4:9). Orang Yahudi beribadah di Yerusalem, sedangkan orang Samaria di Gunung Gerizim (Yoh. 4:20). Maka, penolakan terhadap Yesus—yang adalah orang Yahudi—saat Ia hendak melewati wilayah mereka menuju Yerusalem bisa dianggap wajar dalam konteks hubungan kedua bangsa tersebut.

Meski demikian, marah sampai meminta Tuhan menghukum orang lain bukanlah sikap yang berkenan di hadapan-Nya. Sebelumnya, Yesus telah menegur murid-murid-Nya untuk tidak melawan mereka yang bukan musuh mereka (Luk. 9:50). Kini, Ia juga menegur mereka agar tidak mengutuk sekalipun kepada orang yang menolak Dia (ay. 55).

Kemarahan yang mendorong kita untuk mengutuk hanya membuat kita terjebak pada kepentingan diri sendiri dan bersikeras mempertahankan hal-hal yang berlawanan dengan kehendak Tuhan. Ia tidak menghendaki pembelaan dengan amarah. Sebaliknya, Yesus mengajar, “Kasihilah musuh-musuhmu” (Luk. 6:27).

Kiranya kita saling mendoakan, agar setiap orang mampu saling memahami dan bersama-sama mencari solusi dalam damai.

Share:

🤝 Kawan, Bukan Lawan

Firman Tuhan mengajar kita melihat sesama sebagai kawan, bukan lawan—hidup dalam damai, bukan permusuhan, mencerminkan kasih Kristus.

"Barangsiapa tidak melawan kamu, ia ada di pihak kamu." – Lukas 9:50


🔍 Siapa yang Di Pihak Kita?

Bayangkan seseorang sedang melayani, melakukan kebaikan, bahkan mengusir setan dalam nama Yesus—tapi... dia bukan dari ‘lingkaran kita’.
Reaksi spontan Yohanes waktu itu cukup bisa dimengerti.

“Guru, dia bukan dari kelompok kita. Kami sudah melarang dia!”

Bukankah kita pun sering berpikir serupa?
“Dia bukan dari gereja kita.”
“Dia bukan dari pelayanan kita.”
“Dia bukan dari tradisi atau cara kita.”

Namun Yesus menjawab dengan mengejutkan:

“Jangan kamu cegah dia!”

🤲 Pelayanan Bukan Milik Eksklusif

Yesus mengingatkan para murid—and kita hari ini—bahwa pelayanan bukan tentang grup, label, atau pengakuan dari manusia.
Selama seseorang sungguh-sungguh melayani dalam nama Yesus, dengan maksud menyatakan kasih, membagikan kebaikan, dan menyebarkan terang Kristus, maka dia adalah kawan sepelayanan.

Tuhan Yesus tidak sedang mencari loyalitas terhadap kelompok—Dia mencari hati yang tulus dan tangan yang mau melayani.

🧍‍♂️🧍‍♀️ Saat Pelayanan Jadi Ajang Kompetisi

Di zaman sekarang, tidak jarang kita menjadikan pelayanan sebagai “wilayah kekuasaan”.

  • Persaingan antar gereja.

  • Kecurigaan terhadap kelompok lain.

  • Pengkotakan siapa yang “asli” pelayan dan siapa yang “palsu”.

Tapi Yesus tidak pernah membatasi kasih-Nya hanya untuk satu golongan. Ia justru membuka pelayanan-Nya untuk semua orang yang bersedia melayani dalam kasih dan kebenaran.

❓ Refleksi: Apakah Kita Kawan atau Lawan?

  • Apakah kita mudah menghakimi pelayanan orang lain hanya karena caranya berbeda?

  • Apakah kita melihat sesama pelayan dari komunitas lain sebagai ancaman?

  • Ataukah kita bersedia bekerja sama, saling mendoakan, dan memperkuat satu sama lain?

✨ Pelayanan yang Menyatukan

Yesus memanggil kita untuk menjadi satu tubuh.
Bukan membangun “tembok perbedaan”, tetapi jembatan kesatuan.
Bukan berlomba-lomba menunjukkan siapa yang paling rohani, tapi bersama-sama menunjukkan kasih Kristus kepada dunia.

🙏 Doa Penutup

Tuhan Yesus, sering kali kami mengkotak-kotakkan siapa yang layak dan tidak layak melayani atas nama-Mu.
Ampuni kami yang merasa pelayanan adalah milik kelompok kami saja.
Ajari kami untuk membuka hati, melihat saudara kami yang juga melayani-Mu dengan tulus.
Bentuk kami menjadi satu tubuh, satu iman, satu kasih, dan satu tujuan: memuliakan Engkau. Amin.

Share:

👶 Nilai Diri: Belajar dari Anak Kecil

 

Firman Tuhan mengajarkan bahwa anak kecil mencerminkan kerendahan hati dan ketulusan—dua nilai diri yang penting dalam kerajaan Allah.
📖 Lukas 9:46–48

“Barangsiapa menyambut anak ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku...”
— Lukas 9:48


🙄 Siapa yang Terbesar?

Murid-murid Yesus sedang sibuk berdebat:
“Siapa yang paling hebat di antara kita?”
Pertanyaan ini terasa akrab, bukan? Kita pun—disadari atau tidak—sering bertanya hal yang sama dalam hati:

“Apakah aku cukup dihargai? Apakah orang lain mengakui aku? Mengapa bukan aku yang lebih diutamakan?”

Dunia mengajar kita untuk menjadi yang paling menonjol. Tapi Yesus menampilkan sosok yang tak disangka sebagai ilustrasi terbesar:
Seorang anak kecil.


👧 Apa Istimewanya Anak Kecil?

Di mata dunia, anak kecil sering dianggap:

  • Tidak penting.

  • Tidak punya suara.

  • Tidak bisa diandalkan.

Namun Yesus melihat mereka berbeda. Bagi-Nya, anak kecil bukan pengganggu, tapi teladan kerendahan hati dan ketulusan.

Yesus berkata,

“Siapa yang menyambut anak kecil ini dalam nama-Ku, ia menyambut Aku.”

Artinya, menghormati yang dianggap kecil adalah bentuk nyata dari menghormati Kristus sendiri.


🔄 Paradoks Nilai Diri

Nilai sejati seorang murid bukan diukur dari gelar, jabatan, atau pujian orang, tetapi dari kesediaan untuk merendahkan diri seperti anak kecil.

Dunia berkata:
“Naiklah ke atas.”
Tapi Yesus berkata:
“Turunlah ke bawah, dan angkatlah orang lain.”


❓ Refleksi: Bagaimana Kita Menilai Orang?

  • Apakah kita hanya menghormati orang yang “berpengaruh”?

  • Apakah kita mudah mengabaikan mereka yang kecil, lemah, atau tidak sesuai “standar” kita?

  • Apakah kita bersedia “menyambut anak kecil”—bukan hanya secara harfiah, tapi juga menyambut mereka yang dipandang kecil dalam masyarakat?


✨ Jadilah Besar di Mata Allah

Kita diajak untuk tidak sibuk membesarkan diri, tapi belajar meninggikan orang lain.
Bukan mencari tempat terbaik, tapi memberi tempat bagi yang tak dianggap.
Inilah jalan murid Yesus:
rendah hati, penuh kasih, dan terbuka untuk semua.


🙏 Doa Penutup

Tuhan Yesus, dunia kami mengajarkan untuk menjadi besar, tapi Engkau mengajar kami untuk menjadi kecil.
Ampuni kami yang sering mengukur nilai diri dari pengakuan manusia.
Ajari kami untuk menyambut mereka yang sering diabaikan, dan melihat nilai dalam setiap orang.
Kami rindu menjadi besar di mata-Mu, bukan di mata dunia. Amin.

Share:

🙏 Sekadar Takjub atau Sungguh Mengerti?

 
Renungkan firman Tuhan: Apakah kita hanya sekadar takjub, atau sungguh mengerti dan menghidupi kebenaran-Nya dalam kehidupan setiap hari?

"Dengarkan dan camkanlah segala perkataan-Ku ini..."
— Lukas 9:44

🤩 Takjub, Tapi Tidak Mengerti

Yesus baru saja melakukan mukjizat luar biasa—mengusir roh jahat dari seorang anak. Orang banyak takjub. Mereka kagum dan heran akan kuasa Allah.

Namun menariknya, di tengah kekaguman orang banyak, Yesus tidak merayakan pujian mereka. Justru Ia berkata sesuatu yang tidak sesuai dengan suasana hati mereka:

“Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia.”

Mengapa Yesus berbicara soal penderitaan di tengah perayaan dan kekaguman?

Karena takjub bukanlah tanda iman yang sejati.

🎯 Dari Takjub ke Pemahaman

Yesus mengajak para murid—dan juga kita—untuk naik satu level dalam relasi kita dengan Dia.
Bukan sekadar kagum dengan karya-Nya, tetapi mengerti maksud dan jalan-Nya, termasuk penderitaan salib.

Ini adalah ajakan untuk mendengar lebih dalam, merenungkan lebih sungguh, dan memahami kehendak-Nya meski itu tidak selalu menyenangkan atau sesuai ekspektasi kita.

❓Refleksi: Bagaimana Kita Merespons Firman?

  • Apakah kita hanya menikmati bagian-bagian firman yang menghibur dan menguatkan, tetapi enggan menyelami bagian yang menantang dan menyakitkan?

  • Apakah kita berani bertanya dan mencari tahu ketika tidak mengerti, atau hanya diam dan akhirnya lupa?

  • Apakah kita hanya terpesona oleh kuasa-Nya, tapi tidak benar-benar mengenal hati-Nya?

🌱 Iman yang Bertumbuh adalah Iman yang Mau Belajar

Iman yang sejati tidak berhenti di perasaan takjub.
Iman sejati bertumbuh lewat pemahaman, ujian, dan ketaatan dalam kehidupan nyata.

Para murid waktu itu memang belum mengerti, karena waktunya belum tiba. Tapi yang menyedihkan adalah:

“Mereka tidak berani menanyakan arti perkataan itu.” (ay. 45)

Jangan diam dalam kebingungan.
Bertanyalah kepada Tuhan. Carilah hikmat-Nya. Ia tidak pernah menolak mereka yang haus akan kebenaran-Nya.

✨ Mari Belajar Mengerti

Iman bukan hanya soal merasa baik, melainkan mengerti siapa Tuhan, apa yang Dia kehendaki, dan bagaimana kita hidup di dalam-Nya.

➡ Jadilah murid yang tidak hanya “terpukau”, tetapi “terbuka”.
➡ Beranilah mendekat kepada Tuhan dan berkata, “Tuhan, ajari aku memahami jalan-Mu.”
➡ Dengarkan firman bukan sekadar sebagai hiburan rohani, tapi sebagai arah hidup.

🙏 Doa Penutup

Tuhan Yesus, sering kali kami terpukau akan kuasa dan karya-Mu, tapi lambat memahami isi hati-Mu.
Ampunilah kami yang hanya ingin hal-hal menyenangkan, namun enggan mendengar tentang salib.
Ajari kami untuk menjadi murid-Mu yang peka, yang tidak hanya takjub, tetapi juga mengerti dan taat.
Kami rindu mengenal-Mu lebih dalam, dan hidup dalam firman-Mu setiap hari. Amin.

Share:

Pujian Ibadah 10 Agustus 2025

Share:

🙏 Generasi yang Tidak Percaya – atau Percaya?


"Generasi yang Tidak Percaya – atau Percaya?" mengajak kita merenungkan respons pada firman Tuhan: ragu atau setia kepada-Nya setiap waktu.

"Hai generasi yang tidak percaya dan yang sesat..."
— Lukas 9:41


🔎 Apa yang Salah dengan Generasi Ini?

Di tengah banyaknya orang yang mengikuti Yesus, ada kenyataan pahit: banyak yang menyaksikan kuasa-Nya, tetapi tidak sungguh percaya. Bahkan murid-murid yang paling dekat dengan-Nya pun gagal ketika menghadapi situasi nyata—seorang anak yang kerasukan roh jahat.

Yesus tidak menegur orang asing. Ia menegur murid-murid-Nya sendiri. Mereka yang telah mendengar ajaran-Nya, menyaksikan mujizat demi mujizat, bahkan ikut melayani… tapi saat dibutuhkan, mereka tidak mampu. Bukan karena kurang pengalaman, tapi karena kurang percaya.


🧬 Apa Arti “Generasi Tidak Percaya”?

Dalam konteks Yesus, “generasi” bukan soal tahun kelahiran atau budaya digital, tapi soal respon hati.
Mereka disebut tidak percaya bukan karena tidak tahu, tapi karena tahu namun tidak berserah.
Mereka disebut sesat, karena mereka mengikuti Yesus hanya sejauh pengetahuan, bukan dalam ketaatan dan kebergantungan.

Bukankah itu juga menjadi cermin bagi kita hari ini?


❓Refleksi: Di Mana Kita Berdiri?

  • Apakah kita sedang menjadi bagian dari generasi yang kagum tapi tidak percaya?

  • Apakah kita menyebut diri pengikut Kristus, tetapi tak pernah sungguh berharap dan bersandar penuh pada-Nya?

  • Ketika berhadapan dengan masalah nyata, apakah kita langsung berseru kepada Tuhan, atau sibuk panik mencari cara sendiri?


⚡ Kuasa-Nya Belum Berhenti

Yesus menghardik roh jahat itu dan menyembuhkan sang anak.
Tindakan itu menunjukkan bahwa Tuhan tidak tinggal diam ketika manusia menderita dan kehilangan arah. Ia hadir. Ia bertindak. Dan Ia masih bekerja hari ini melalui kita yang percaya.

Percaya kepada-Nya bukan hanya soal keyakinan pribadi, tapi tentang membawa terang, pengharapan, dan kasih kepada dunia yang terluka.


🌱 Marilah Menjadi Generasi yang Percaya

Kita dipanggil untuk menjadi generasi yang percaya dan mengandalkan kuasa-Nya—bukan sekadar tahu tentang Tuhan, tetapi hidup di dalam Dia.

➡ Jadilah orang yang bukan hanya mendengar firman, tetapi juga melakukannya.
➡ Jangan tunggu untuk "lebih kuat" atau "lebih siap". Percayalah sekarang, dan Tuhan akan memperlengkapi.
➡ Berani bertindak—melayani, mengasihi, dan menolong—karena Tuhan Yesus hidup dan bekerja melalui kita.


🙏 Doa Penutup

Tuhan Yesus, ampunilah kami bila sering kali kami tahu tentang-Mu, tapi tidak sungguh percaya pada-Mu.
Kami ingin menjadi generasi yang hidup dalam iman, yang tidak hanya bicara tentang kasih, tapi juga mewujudkannya.
Tolong kami untuk menjadi terang di tengah dunia yang gelap, menjadi tangan kasih-Mu bagi mereka yang menderita.
Dan dalam nama-Mu, kami percaya ada kuasa, ada pengharapan, dan ada mujizat yang nyata. Amin.




Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.