Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Mudah atau sulit

Matius 19:27 30

Demikian kata Yesus: Dan setiap orang yang karena nama Ku meninggalkan rumahnya, saudaranya laki laki atau saudaranya perempuan, bapa atau ibunya, anak anak atau ladangnya, akan menerima kembali seratus kali lipat dan akan memperoleh hidup yang kekal. Matius 19:29

 Jadi orang kristen itu mudah atau sulit? Ada yang mengatakan, Mudah, karena cukup percaya T uhan Yesus, diselamatkan. Ada yang mengatakan, Sulit, karena harus pikul salib, menderita.

Dalam perikop bacaan hari ini, kesan awal yang kita dapat adalah bahwa mengikut T uhan Yesus itu berat bahkan tidak manusiawi karena harus meninggalkan keluarga inti dan harta milik. Apa sebenarnya yang Yesus maksud? Sesungguhnya, Dia sedang berbicara tentang prioritas hidup. 
Tentang apa yang Anda utamakan. Dia tidak berbicara tentang secara sengaja atau aktif meninggalkan orang orang yang dikasihi atau harta milik ketika seseorang memutuskan mengikut Yesus. Yang dimaksud oleh Yesus adalah bahwa keputusan seseorang untuk percaya dan mengikut Nya mengandung konsekuensi yang berat. Perpisahan dengan keluarga dan harta milik bisa saja terjadi. Akan tetapi, apa pun konsekuensinya, kita harus memrioritaskan T uhan lebih daripada manusia. Dalam bagian lain, Yesus berkata, Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang (Mat. 10:34). Ayat ini menegaskan hal yang sama, yaitu konsekuensi mengikut Yesus. Ada tantangan, penderitaan, bahkan kematian. Jadi, kata kunci di sini adalah prioritas. T uhan harus lebih diutamakan daripada hal hal lain dan karena prioritas itu, Anda siap membayar harga, bahkan yang paling mahal sekalipun.

Banyak orang berpikir ikut Tuhan Yesus itu menyenangkan. Cukup mengaku percaya Yesus, mengakui Nya sebagai Juruselamat pribadi, dan menerimanya di dalam hati maka pasti memperoleh jaminan hidup kekal kelak. Selain itu, di dunia ini juga ada janji hidup berkelimpahan berkat materi. Padahal, kenyataannya tidak selalu demikian. Memang ada orang Kristen yang hidupnya lancar lancar terus sejak hari pertama ia percaya T uhan Yesus sampai meninggal dunia. Namun, lebih banyak orang Kristen yang menghadapi pilihan yang berat, yaitu antara berpegang teguh pada iman dengan konsekuensi menderita atau menyangkal iman dan lepas dari penderitaan. Semoga kita bisa memrioritaskan Tuhan Yesus sepanjang hidup kita.

Refleksi Diri:

Menurut Anda, mengikut T uhan Yesus itu pengalaman yang menyenangkan atau menyusahkan? Mengapa?

Bagaimana Anda bisa tetap setia mengikut 
Tuhan Yesus meskipun menghadapi tantangan atau penderitaan?
Share:

Kasih tidak ada Php

1 Petrus 1:22 25

Karena kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu.
1 Petrus 1:22

Anda tentu pernah mendengar singkatan PHP, yaitu pemberi harapan palsu. PHP terjadi karena kasih yang pura pura atau palsu. Seseorang bersandiwara mengasihi orang lain, mengharapkan timbal balik ataupun dengan niatan tertentu. Sebaliknya, kasih sejati tidak akan membuat seseorang mem PHP orang lain. Ia akan mengasihi dengan tulus ikhlas. Kasih yang tidak mengharapkan imbalan apa pun selain hanya ingin melihat orang yang dikasihi mendapatkan kebahagiaan atau berkembang sesuai yang Tuhan kehendaki.

Saya ingin menggarisbawahi istilah kasih persaudaraan pada ayat di atas. Kasih adalah tindakan yang berobjek, dalam hal ini sesama saudara seiman. Tidak ada orang Kristen yang hanya mengasihi diri sendiri. Pertumbuhan iman tidak terjadi dalam isolasi dan berpusat diri sendiri. Itu sebabnya tidak ada ajaran Kristen yang menyarankan orang Kristen untuk menjadi pertapa. Pertumbuhan iman hanya terjadi dalam konteks persekutuan dengan sesama orang percaya. Iman dinyatakan dalam bentuk tindakan kasih yang melatih iman kita untuk semakin bertumbuh.

Rasul Petrus memberi penjelasan tentang dasar kasih sejati, yaitu sebagai umat yang kudus kita taat pada kebenaran. Ketaatan itu diwujudkan dalam bentuk tindakan mengasihi sesama dengan tulus. Istilah tulus ikhlas dalam bahasa aslinya berarti dengan sungguh sungguh, sekuat kuatnya, tak tanggung tanggung. Bayangkan karet gelang yang ditarik sepanjang panjangnya (tetapi tidak sampai putus). Petrus mengatakan agar kita berdaya upaya sekuat kuatnya dalam menyatakan kasih kepada sesama. Jadi, bukan saja kasih itu keluar dari hati yang murni, tetapi pengorbanannya juga harus nyata bahkan benar benar berkorban.

Oleh karena itu, seorang Kristen tidak bisa mengasihi dengan setengah hati, apalagi mem PHP orang lain. Tidak ada ruang bagi orang Kristen mengasihi seadanya, semau maunya, serelanya. Ah, ia bukan siapa siapa saya. Mengapa saya harus capek capek mengasihinya? Sebaliknya, seorang murid Kristus harus mengasihi dari dasar hati yang tulus dan disertai pengorbanan yang nyata. Bukankah Tuhan Yesus sudah memberi teladan dengan kasih yang total sampai mengorbankan nyawa Nya?

Refleksi Diri:

Mengapa orang Kristen harus mengasihi sesamanya?

Bagaimana Anda bisa mengasihi dengan tulus ikhlas sesuai penjelasan di atas?
Share:

Iman dan berkat

Ibrani 11:1 6

Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah. Sebab barangsiapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh sungguh mencari Dia.
Ibrani 11:6

Ketika jembatan Golden Gate di San Fransisco Amerika dibangun, ada banyak pekerja yang terjatuh ke sungai dan meninggal dunia. Namun, ketika dipasang jaring pengaman di bawah jembatan tersebut, setidaknya ada sepuluh orang pernah terjatuh ke jaring pengaman itu dan selamat. Selain itu, hasil kerja mereka juga 25% lebih cepat ketika jaring pengaman dipasang.

Iman adalah pengaman Ilahi yang memampukan kita untuk melihat apa yang tidak sanggup diihat mata jasmani. Orang yang beriman, memiliki keyakinan yang kuat akan Tuhan dan janji janji Nya, meskipun hal itu belum menjadi kenyataan. Ia menjalani hidup dengan bergantung kepada Tuhan setiap harinya.

Firman Tuhan menegaskan bahwa iman itu sangat penting. Mengapa? Karena tanpa iman, tidak mungkin kita berkenan kepada Tuhan. Allah berkenan kepada mereka yang sungguh sungguh percaya kepada Nya. Allah membuktikan keberadaannya melalui ciptaan Nya (Mzm. 19:1 3; Rm. 1:20), juga melalui Kitab Suci yang diwahyukan Allah. Akhirnya, Allah menyatakan diri Nya melalui inkarnasi Yesus Kristus (Yoh. 1:1, 14). Iman itu penting karena hanya orang berimanlah yang akan menerima berkat berkat Tuhan. Ayat emas di atas menegaskan, Tuhan akan memberi upah kepada mereka yang sungguh sungguh mencari Dia. Frasa sunguh sungguh mencari artinya, dengan rajin, giat, dan tekun mencari Tuhan. Kebenaran ini ditegaskan oleh Yesus, mintalah, carilah, dan ketoklah (Luk. 11:9 10). Artinya, orang yang berdoa dengan tekun, rajin dan kontinuitas pasti akan menerima berkat Tuhan. Jadi, orang beriman akan hidup dengan takut, hormat, dan taat kepada Tuhan, sehingga ia selalu rindu membaca Alkitab, memahami isinya, melakukan, dan selalu rajin berdoa.

Iman menjadi pengaman bagi kita, memberi kekuatan, keamanan dan kedamaian di tengah tantangan, kesulitan dan penderitaan akibat Covid 19 atau apa pun penyebabnya. Percayalah, Tuhan Yesus memegang kendali dan pimpinan atas semua kesukaran dan penderitaan dalam kehidupan kita. Sebab Dia turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi orang yang percaya kepada Nya. Serahkan segala kekhawatiran dan ketakutan kita akan masa depan yang tidak dapat diprediksi dan percayalah selalu kepada Nya.

Refleksi Diri:

Mengapa tanpa iman orang tidak mungkin berkenan kepada Tuhan? Apa yang Tuhan janjikan bagi orang yang sungguh sungguh mencari Dia?

Apa tindahan konkret yang Anda ingin lakukan agar memiliki iman yang terus bertumbuh dan tetap kokoh meskipun menghadapi penderitaan dan kesulitan?

Doa
Tuhan pagi ini bersyukur karena kebaikan yang kau berikan. Hari ini aku serahkan semua aktifitasku kepadamu apa yang menjadi tanggung jawabku ajari untuk bertanggung jawab hingga selesai, masalah berkat semua adalah milikmu. Amin
Share:

Mental toxic

1 Petrus 1:13 16

Sebab itu siapkanlah akal budimu, waspadalah dan letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus.
1 Petrus 1:13

Mental toxic adalah cara berpikir keliru yang merusak hidup kita, sama seperti racun merusak tubuh. Salah satu bentuk mental toxic adalah toxic positivity, yaitu keyakinan yang tidak wajar bahwa kita harus berpikir positif dalam situasi apa pun bahkan ketika faktanya kita lagi tidak baik baik saja.

Rasul Petrus bicara tentang mental atau pikiran yang positif tetapi yang dimaksud olehnya bukanlah toxic positivity. Ia mengatakan agar menyiapkan akal budi, seperti seseorang yang menggulung jubah panjangnya agar dapat berjalan cepat atau berlari. Ia melanjutkannya dengan waspadalah. Sebenarnya yang dimaksud dari waspada adalah jangan mabuk. Mabuk anggur adalah kebiasaan umum pada masa itu. Tentu mabuk yang dimaksud tidak sekadar mabuk anggur, tetapi maksud Petrus secara lebih mendalam adalah jangan membiarkan pikiran berkelana sehingga teracuni hal hal lain yang mengganggu iman, bahkan membuat kita berdosa. Seorang yang menuruti hawa nafsu adalah seorang yang akal budinya sudah dibajak oleh hawa nafsu tersebut. Inilah mental toxic.

Rasul Petrus berkata dalam 1 Petrus 4:7, Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa. Ia mendorong kewaspadaan rohani dalam hal doa. Sementara di 1 Petrus 5:8, Sadarlah dan berjaga jagalah! Lawanmu, si Iblis, berjalan keliling sama seperti singa yang mengaum aum dan mencari orang yang dapat ditelannya. Ia mengingatkan agar kita waspada dan siap sedia melawan si jahat. Pada ayat 15 ia mendorong pembacanya, hendaklah kamu menjadi kudus di dalam seluruh hidupmu sama seperti Dia yang kudus, yang telah memanggil kamu, Kunci keberhasilan semua ini ada pada mental atau pikiran yang berfokus pada kebenaran Allah. Pikiran yang benar akan membawa pada hidup yang benar.

Mental, pikiran atau akal budi adalah kunci pada kehidupan. Hidup bisa jadi benar atau salah bergantung pada akal budi. Apa yang diutamakan pikiran kita, itulah yang mengarahkan tujuan hidup kita. Itu sebabnya Rasul Paulus sangat menekankan transformasi akal budi (Rm 12:1 2). Tanpa transformasi akal budi, hidup kita akan menuju arah yang salah dan menjadi sia sia. Jangan biarkan diri Anda hidup dengan mental toxic. Berubahlah.

Refleksi Diri:

Apa hal hal yang mendominasi pikiran Anda hari ini?

Bagaimana caranya agar pikiran Anda tidak diracuni hal hal yang salah atau membawa kita pada dosa?
Share:

Sekolah Kehidupan

Yunus 1:4 16

Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai rencana Allah.
 Roma 8:28

Sebuah pepatah Mandarin berbunyi: huo dao lao, xue dao lao. Artinya, hidup sampai tua, belajar sampai tua. Semangat yang disampaikan dari pepatah ini adalah kita akan terus belajar selama masih hidup. Sebagai murid Kristus, pertanyaan yang muncul: apakah kita masih terus belajar untuk mengikut Tuhan sekarang? Apakah kita masih peka pada pengajaran Tuhan dalam hidup?

Perikop yang kita baca menyampaikan pesan bahwa Tuhan dapat memakai segala hal dalam kehidupan untuk mengajar orang yang dipanggil Nya. Yunus lari dari panggilan Tuhan untuk mengabarkan pertobatan bagi orang Asyur, para penyembah berhala. Ia menolak menunjukkan kasih Allah dan lari menjauh dari Nya. Allah tidak tinggal diam. Dia menangkap Yunus dengan mengirimkan badai ke laut yang dilintasinya.

Tuhan mengenal Yunus. Dia tahu diperlukan badai kehidupan untuk mengajarkan sesuatu kepadanya. Badai yang dialami oleh Yunus dan para awak kapal begitu luar biasa besar, hingga membuat pelaut profesional sekalipun takut hingga berteriak teriak kepada allah mereka sendiri (ay. 5). Yunus tahu dirinyalah penyebab badai tersebut. Ia bisa memilih untuk diam saja dan mati bersama para awak kapal atau mengakui pelariannya dan menyerahkan diri untuk dibuang ke laut. Yunus akhirnya memilih mengorbankan dirinya dibuang ke laut (ay. 12). Terlihat jelas, Allah secara perlahan sedang mengajar Yunus untuk mengasihi orang orang yang Dia kasihi, meski mereka adalah penyembah berhala. Melalui badai yang dahsyat, Yunus yang enggan mengabarkan pertobatan kepada orang di Niniwe dipakai Tuhan untuk mempertobatkan para pelaut yang juga adalah para penyembah berhala.

Tuhan dapat memakai segala kondisi kehidupan untuk mengajar kita. Mungkin ada keluarga, pekerjaan, atau kesempatan yang hilang dari kita semasa hidup. Melalui sekolah kehidupan yang sedang kita jalani, marilah kembali menghadap kepada Tuhan Yesus dan bertanya di dalam hati, apa yang mau Engkau ajarkan kepadaku, Tuhan? Jangan biarkan harga mahal yang telah kita bayarkan dalam sekolah kehidupan berlalu sia sia. Ayo, jalani hidup sambil terus belajar mengikut Tuhan karena Dia dapat memakai segala hal dalam hidup untuk kebaikan kita.

Refleksi Diri:

Apakah selama ini Anda terus belajar dalam setiap peristiwa hidup untuk menjadi murid Kristus yang lebih baik?

Apa satu hal yang Tuhan coba ajarkan melalui peristiwa kehidupan yang Anda alami?

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.