Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

❤️ Kasih Kristus Kekal Selama-lamanya!

 

Ibrani 13:1–16


“Tetaplah kasih persaudaraan itu tinggal di antara kamu.”
(Ibrani 13:1)


🔑 6 Nilai Hidup Kristen yang Praktis dan Berakar dalam Kasih

  1. Pelihara Kasih Persaudaraan (ay. 1–3)

    • Kasih adalah identitas kita sebagai pengikut Kristus.

    • Wujudkan kasih itu lewat hospitalitas, perhatian kepada sesama, dan kepedulian kepada mereka yang tertindas.

    • Contoh: Abraham yang menjamu malaikat—kita pun bisa menjamu berkat Allah tanpa sadar.

  2. Hormati Perkawinan dan Jaga Kekudusan (ay. 4)

    • Dunia boleh menganggap remeh pernikahan, tapi orang percaya dituntut untuk menghormatinya.

    • Seksualitas dalam bingkai kekudusan adalah kehendak Allah.

    • Allah tidak membiarkan perzinaan tak dihukum.

  3. Jauhi Cinta Uang & Belajarlah Bersyukur (ay. 5–6)

    • Kecukupan bukan berarti punya segalanya, tapi merasa cukup karena punya Allah.

    • Percaya janji-Nya: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau.”

  4. Taat dan Teladanilah Pemimpin Rohani (ay. 7, 17)

    • Pemimpin rohani menjaga jiwa kita—dengarkanlah mereka yang hidupnya konsisten dalam iman.

    • Mereka bukan sempurna, tapi dipakai Allah untuk membentuk kita.

  5. Tetap Berpegang pada Kristus yang Tidak Berubah (ay. 8–9)

    • Dunia berubah. Ajaran palsu menyusup. Tapi Yesus Kristus tetap sama kemarin, hari ini, dan selamanya.

    • Jangan mudah tergoda oleh ajaran baru yang aneh dan tak berakar pada Injil.

  6. Persembahkan Hidupmu sebagai Korban Pujian (ay. 10–16)

    • Kristus menderita di luar pintu gerbang—kita pun dipanggil memikul salib dan hinaan demi Dia.

    • Persembahan kita: pujian, pengakuan nama-Nya, perbuatan baik, dan saling membantu.

    • Iman yang sejati tampak dalam kasih nyata.


🙌 Penutup: Hidupkan Kasih Itu!

Kasih Kristus tak pernah berakhir. Ia kekal dan mendorong kita untuk tidak pernah berhenti mengasihi sesama dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, maupun di dunia ini yang haus kasih sejati.


🙏 Doa

Terpujilah Engkau, ya Bapa Surgawi.
Pagi ini aku bersyukur atas perlindungan dan penyertaan-Mu sepanjang malam.
Aku mohonkan berkat bagi setiap Bapak, Ibu, saudara-saudariku dalam Tuhan:
berkat kesehatan, damai sejahtera, sukacita, dan perlindungan atas keluarga, anak-cucu, pekerjaan, studi, usaha, pelayanan, bahkan relasi dan pasangan hidup.

Dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
biarlah berkat-Mu mengalir berlimpah atas kami.
Tambahkan hikmat, beri terobosan, kuatkan kami agar kami terus hidup sesuai kehendak-Mu.

Amin! Tuhan Yesus memberkat

Share:

👑 Kerajaan yang Tidak Terguncangkan


Ibrani 12:18–29


"Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak terguncangkan, marilah kita mengucap syukur..."
(Ibrani 12:28)


🌋 Gunung Sinai vs. Gunung Sion

Penulis Ibrani membandingkan dua gunung:

  • Gunung Sinai = ketakutan, api, suara menggetarkan (ay. 18–21)

  • Gunung Sion = sukacita surgawi, kasih karunia, dan Yesus sebagai pengantara (ay. 22–24)

Di Sinai, hukum Taurat mengungkap dosa dan menghasilkan ketakutan.
Namun di Sion, Yesus menghadirkan pengampunan dan persekutuan surgawi.


⛓️ Hukum vs. Kasih Karunia

Kehidupan di bawah Hukum Taurat penuh batas dan penghakiman. Tapi melalui perjanjian baru, kita:

  • Diberi akses kepada Allah

  • Diterima dalam komunitas surgawi

  • Dipanggil untuk hidup dalam pengharapan dan penyembahan sejati

Namun, kasih karunia ini bukan untuk disepelekan. Kita tetap diajak menghormati Allah yang kudus, sebab Dia juga adalah api yang menghanguskan (ay. 29).


🏰 Kerajaan yang Tak Terguncangkan

Dalam dunia yang terus berubah dan sering mengguncangkan iman kita, hanya Kerajaan Allah yang tidak terguncangkan. Kita menerima kerajaan ini bukan karena layak, tetapi karena kasih karunia-Nya.

Pertanyaannya:

  • Apakah aku masih memberi tempat utama bagi Allah dalam hidupku?

  • Apakah aku hidup dengan sikap syukur dan hormat kepada-Nya?

  • Ataukah aku mulai goyah dan tak lagi setia?


🙌 Respon Kita: Ibadah Sejati

"Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya..."
(ay. 28)

Ibadah bukan sekadar rutinitas mingguan, tetapi:

  • Sikap hati yang hormat dan takut akan Tuhan

  • Hidup yang menghasilkan buah bagi kerajaan-Nya

  • Pelayanan yang dilakukan dengan penuh sukacita dan kesetiaan


🙏 Doa

Tuhan, Engkaulah Raja yang kekal.
Terima kasih untuk kasih karunia-Mu yang mengundangku masuk ke dalam kerajaan-Mu yang tak terguncangkan.
Ajarku untuk hidup dengan hormat dan syukur,
untuk tetap setia dalam ibadah dan pelayanan,
dan untuk berdiri teguh saat dunia mengguncang.
Amin.

Share:

✨ Teladan Iman

 
"Teladan Iman" mengajak kita melalui firman Tuhan untuk meneladani hidup orang-orang percaya yang setia, taat, dan berpegang teguh pada janji Allah.

Ibrani 12:1–11


“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus…”
(Ibrani 12:2)


👣 Lebih dari Nasihat, Adalah Teladan

Pernah dengar pepatah, “Satu teladan lebih baik daripada seribu nasihat”? Kitab Ibrani mengajak kita melihat Yesus sebagai teladan utama iman. Bukan hanya memberi nasihat, tetapi menghidupi penderitaan, memikul salib, dan tetap taat sampai akhir.

Dia mengajar kita bukan dari mimbar saja, tapi dari kayu salib.


🪨 Menanggalkan Beban dan Dosa

Dalam perlombaan iman, kita diminta:

  • Menanggalkan beban dan dosa (ay. 1)

  • Menatap Yesus sebagai pusat dan tujuan iman (ay. 2)

  • Tetap tekun dan tidak menyerah saat menghadapi ujian (ay. 3)

Yesus memikul salib karena “sukacita yang disediakan bagi-Nya”—sukacita itu adalah keselamatanmu dan keselamatanku.


🧭 Dibentuk Melalui Didikan

Jika dalam hidup kita menemukan koreksi, tantangan, atau bahkan “ganjaran”, Firman berkata:

Itu adalah tanda bahwa Tuhan memperlakukan kita sebagai anak-Nya (ay. 6–7).

Allah sedang membentuk kita agar mendapat bagian dalam kekudusan-Nya (ay. 10).


🌱 Refleksi Iman

  • Apakah aku sedang memikul beban yang membuatku lemah dan kehilangan arah?

  • Dalam tantangan dan koreksi, apakah aku sadar bahwa Tuhan sedang bekerja membentukku?

  • Apakah mataku masih tertuju kepada Kristus, atau sudah terganggu oleh hal lain?


🛤️ Terus Berjalan dengan Mata Tertuju pada Kristus

Iman yang sejati bukan hanya tentang percaya, tetapi menjalani hidup yang mencerminkan pengharapan itu. Mari kita hidup dengan:

  • Damai dengan semua orang

  • Mengejar kekudusan

  • Tidak menjauh dari kasih karunia Allah

Yesus sudah memberikan teladan. Sekarang giliran kita menapaki jalan salib dengan setia, sampai Ia datang kembali.


🙏 Doa

Tuhan Yesus, Teladan Imanku,
terima kasih karena Engkau telah memikul salib lebih dulu bagiku.
Tolong aku untuk tetap menatap-Mu,
dan tidak menyerah dalam perjuangan iman ini.
Kuatkan aku untuk hidup kudus,
setia, dan siap dibentuk oleh tangan-Mu.
Amin.

Share:

🌍 Dunia Fana, Allah Kekal

Ibrani 11:32–40


“Dunia ini tidak layak bagi mereka...”
(Ibrani 11:38)


🌿 Iman yang Tidak Terikat Dunia

Pernahkah kita menyanyikan lagu: “Dunia yang fana bukanlah rumahku…”? Lagu ini mengingatkan bahwa hidup kita tidak berakhir di dunia ini. Kitab Ibrani pasal 11 menutup daftar panjang para saksi iman dengan satu kesimpulan: mereka hidup dalam dunia, namun hatinya terikat pada kekekalan.

Gideon, Daud, Samuel, dan nabi-nabi lainnya berjuang dengan iman—mengalahkan musuh, menghadapi penderitaan, bahkan kematian. Tapi mereka tetap setia karena yakin: Allah yang hidup menyediakan yang lebih baik (ay. 40).


🔥 Iman yang Menyala di Tengah Penderitaan

Iman sejati tidak selalu menjanjikan kenyamanan hidup. Iman seperti mereka:

  • Menerima luka dan penderitaan tanpa menyerah (ay. 36–37)

  • Tetap percaya meskipun tidak melihat janji digenapi (ay. 39)

  • Membuat dunia ini tak layak menampung mereka (ay. 38)

Apa yang membuat mereka bertahan? Mereka percaya Allah punya rencana lebih besar, dan dunia ini bukan akhir segalanya.


🧭 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku lebih fokus membangun hidup di dunia ini daripada hidup dalam kekekalan?

  • Bagaimana responku saat doa belum dijawab atau janji Tuhan terasa belum nyata?

  • Apakah aku berani tetap setia walau hidup tak mudah?

Kita dipanggil bukan hanya untuk percaya, tapi juga untuk setia sampai akhir. Seperti mereka, kita diajak menjadi saksi iman yang tidak bergantung pada apa yang terlihat, tapi yakin akan apa yang dijanjikan.


Hidup dalam Kekekalan

Kesaksian para tokoh iman ini mengajarkan:

Iman bukan soal apa yang kita terima sekarang, tapi kepada siapa kita percaya selamanya.

Mereka berjalan dalam dunia yang fana, tapi mengarah ke Allah yang kekal. Hari ini, Allah pun memanggil kita untuk mengikuti jejak yang sama—setia di dunia yang sementara, sambil memandang rumah sejati di kekekalan.


🙏 Doa

Tuhan yang kekal,
ajar aku untuk tidak melekat pada dunia yang sementara ini.
Bentuk aku menjadi pribadi yang hidup oleh iman,
yang teguh walau janji-Mu belum kulihat dengan mata.
Tolong aku setia dalam penderitaan,
dan percaya bahwa rencana-Mu jauh lebih baik.
Dalam Yesus Kristus, harapanku.
Amin.

Share:

Pujian SAL 2025 | GKKK Wilayah Utara

Share:

📚 Pelajaran Sejarah

 

"Pelajaran Sejarah" mengajak kita merenungkan firman Tuhan melalui kisah umat-Nya, agar kita belajar taat, setia, dan tidak mengulangi kesalahan yang sama.

Ibrani 11:23–31


“Karena iman, Musa … lebih suka menderita sengsara dengan umat Allah daripada untuk sementara menikmati kesenangan dari dosa.”
(Ibrani 11:24-25)


🔎 Jejak Iman yang Menginspirasi

Apa yang bisa kita pelajari dari sejarah iman para tokoh dalam Kitab Ibrani? Bukan hanya kisah keberhasilan atau keberanian, tetapi juga keteladanan dalam memilih percaya kepada Allah di tengah tekanan dan resiko. Mereka menjalani pilihan-pilihan yang sulit, bukan karena tidak takut, tetapi karena mereka mempercayakan hidup kepada Allah yang hidup.

  • Orang tua Musa menyembunyikan bayinya, melawan perintah raja Mesir (ay. 23).

  • Musa menolak kenyamanan istana dan memilih derita bersama umat Allah (ay. 24–27).

  • Ia memimpin bangsa menyeberangi Laut Teberau dan mengelilingi Yerikho (ay. 28–30).

  • Rahab, seorang perempuan dengan latar belakang kelam, memilih berdiri di pihak Allah (ay. 31).

Mereka semua bertindak, bukan hanya percaya secara pasif.


Iman yang Memberi Identitas Baru

Keputusan mereka bukan hanya didorong oleh prinsip moral atau keberanian pribadi. Iman yang hidup mengubah identitas—dari budak menjadi pemimpin, dari orang asing menjadi umat Allah, dari pelacur menjadi penyelamat bangsanya.

"Namun, semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya hak supaya menjadi anak-anak Allah."
(Yohanes 1:12)

Iman kepada Kristus menjadikan kita anak-anak Allah—identitas yang memberi keberanian untuk memilih jalan Allah, walau itu tidak populer.


⚔️ Iman = Tindakan Berani

Kita hidup di dunia yang sering menekan kita untuk mengikuti arus:

  • arus kenyamanan,

  • arus kompromi,

  • arus popularitas.

Namun, sejarah para pelaku iman dalam Kitab Ibrani menunjukkan bahwa iman sejati menuntun pada tindakan nyata, bahkan saat harus menantang sistem, budaya, atau ketakutan pribadi.


🧭 Refleksi dan Aplikasi

  • Dalam hal apa saya masih takut mengambil keputusan iman?

  • Apakah saya lebih memilih kenyamanan atau kesetiaan kepada Kristus?

  • Di mana saya perlu berdiri teguh hari ini karena identitas saya sebagai anak Allah?

Iman bukan hanya percaya di hati, tetapi juga berani melangkah dan berkata,
"Tuhan, aku ikut Engkau, walau itu sulit."


🙏 Doa Penutup

Tuhan Allah,
Ajar aku dari sejarah para pelaku iman-Mu.
Bentuk aku menjadi pribadi yang tidak hanya percaya dalam hati,
tapi juga berani bertindak di dunia.
Beriku kekuatan untuk berkata “ya” kepada-Mu,
dan “tidak” kepada hal-hal yang menjauhkan aku dari-Mu.
Biarlah hidupku menjadi pelajaran sejarah iman yang hidup di hadapan-Mu.
Amin.

Share:

Pujian Ibadah Minggu 29 Juni 2025 GKKK Tepas

Share:

🙏 Iman yang Hidup = Bergumul

 

Ibrani 11:8–22


"Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat."
(Ibrani 11:1)


🌱 Menabur dalam Ketidakpastian

Seorang petani tidak pernah sepenuhnya tahu bagaimana benih yang ia tabur akan tumbuh. Namun, ia tetap menabur, menyirami, dan merawat dengan tekun. Itulah gambaran iman yang hidup—bukan keyakinan buta, tetapi kepercayaan penuh pada karakter Allah yang setia.

Penulis Ibrani menguraikan kisah Abraham, Sara, Ishak, Yakub, dan Yusuf sebagai model iman yang bergumul dalam kehidupan nyata—bukan iman yang steril dari tantangan.


👣 Melangkah Meski Tak Melihat

  • Abraham meninggalkan tanah kelahirannya menuju negeri yang tidak ia ketahui—semata karena percaya pada janji Allah (ay. 8).

  • Ia diminta mempersembahkan Ishak, anak yang dijanjikan—dan ia taat karena yakin Allah sanggup membangkitkan dari kematian (ay. 17-19).

  • Sara, meskipun mandul dan lanjut usia, tetap percaya bahwa Allah sanggup menepati janji-Nya (ay. 11-12).

  • Ishak memberkati kedua anaknya—bahkan dalam ketidaksempurnaan urutannya (ay. 20).

  • Yakub, di tanah asing, memberkati anak-anak Yusuf dan menyembah Allah sambil bersandar pada tongkatnya (ay. 21).

  • Yusuf mengingatkan bangsanya akan Tanah Perjanjian—meskipun ia hidup nyaman di Mesir (ay. 22).

Apa kesamaan mereka? Mereka semua bergumul! Namun mereka memilih percaya kepada Allah yang hidup.


🛤️ Iman yang Melangkah dan Bertindak

Iman bukanlah sekadar keyakinan di dalam hati—tetapi keberanian untuk melangkah bahkan ketika jalan tidak terlihat. Mereka tidak melihat janji Allah digenapi sepenuhnya, namun mereka hidup dengan harapan dan mempercayakan hidup mereka kepada-Nya.

Iman yang hidup berarti:

  • Berani bertindak sesuai kehendak Allah, walau belum tahu hasilnya.

  • Tetap berharap meski belum melihat janji digenapi.

  • Mengakui bahwa Allah sanggup menepati janji-Nya—tepat pada waktu-Nya.


🔍 Refleksi dan Aplikasi

  • Apakah saya hanya percaya jika sudah ada bukti?

  • Bagaimana saya tetap melangkah saat masa depan belum terlihat jelas?

  • Di mana saya bisa menunjukkan iman saya lewat tindakan nyata minggu ini?

Iman yang sejati tidak steril dari pergumulan, tapi dalam pergumulan itulah iman dibuktikan.


🙏 Doa Penutup

Ya Allah yang setia,
Ajar aku untuk berjalan bersamamu,
meski langkahku penuh pertanyaan.
Tolong aku menabur benih iman,
percaya pada janji-Mu,
dan tetap berharap meski belum melihat hasilnya.
Aku mau mempercayai-Mu, bukan hanya karena janji-Mu,
tapi karena Engkaulah Pribadi yang setia.
Amin.

Share:

✝️ Mengikuti Model

 

Ibrani 11:1–7


“Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang berkenan kepada Allah.”
(Ibrani 11:6a)


👀 Anak-Anak dan Gaya Meniru

Anak-anak cenderung meniru apa yang mereka lihat setiap hari. Cara bicara, berjalan, tertawa, bahkan kebiasaan-kebiasaan kecil dari orang tuanya. Tanpa sadar, anak membentuk hidupnya melalui model yang konsisten hadir di sekitarnya.

Kitab Ibrani mengajak kita melakukan hal serupa, bukan dalam konteks duniawi, tetapi dalam iman dan pengharapan kepada Allah yang hidup.


🙏 Iman yang Berelasi

Penulis Ibrani menyebut tiga tokoh penting: Habel, Henokh, dan Nuh. Ketiganya bukanlah tokoh yang penuh aksi besar atau spektakuler, namun mereka memiliki iman yang berelasi dengan Allah.

  • Habel mempersembahkan korban yang terbaik, dan Allah menerimanya (ay. 4).

  • Henokh hidup bergaul dengan Allah dan tidak mengalami kematian (ay. 5).

  • Nuh membangun bahtera karena percaya pada firman Allah—meski belum ada tanda-tanda air bah (ay. 7).

Mereka tidak menunggu bukti, tetapi hidup dalam kepercayaan dan taat kepada kehendak Allah. Iman mereka aktif, bukan pasif. Mereka menjadi teladan hidup yang menyenangkan hati Allah.


✝️ Iman dalam Kristus: Model Tertinggi

Walaupun Habel, Henokh, dan Nuh menjadi model iman yang luar biasa, penulis Ibrani ingin menunjukkan bahwa ada model yang lebih tinggi, yaitu Kristus Yesus sendiri.

Yesus adalah teladan iman yang sempurna, karena:

  • Ia taat sepenuhnya kepada kehendak Bapa,

  • Ia menjalani penderitaan dan kematian salib,

  • Ia menjadi penggenapan dari semua janji Allah.

Dalam Kristus, kita tidak hanya menemukan model iman, tetapi juga pribadi yang memampukan kita hidup dalam iman.


🔍 Refleksi dan Aplikasi

  • Siapa yang menjadi model iman dalam hidup saya?

  • Apakah saya memiliki relasi yang hidup dan aktif dengan Allah?

  • Apakah saya menjalani hidup yang menyenangkan hati Allah seperti Habel, Henokh, dan Nuh?

Iman bukan sekadar percaya di kepala, tetapi hidup yang didekatkan kepada Allah, mencari Dia, mendengar suara-Nya, dan taat melakukan kehendak-Nya. Maukah kita terus bertumbuh mengikuti model iman yang sejati, yaitu Yesus Kristus?


🙏 Doa Penutup

Ya Tuhan,
Ajarku memiliki iman yang hidup dan aktif,
seperti Habel, Henokh, dan Nuh,
yang mencari dan menyenangkan hati-Mu.
Tolong aku agar menjadikan Kristus sebagai teladan utama,
dan hidup dalam relasi yang erat dengan-Mu setiap hari.
Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.