Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

🔊 Dua Suara Roh Kudus

 
"Dua Suara Roh Kudus" mengajak kita melalui firman Tuhan untuk peka membedakan suara-Nya, agar hidup dipimpin dalam kebenaran dan kehendak Allah yang sejati.

Bagaimana kita bisa membedakan suara Tuhan dari suara lain?
Dan bagaimana bila dua suara yang tampaknya berasal dari Roh Kudus justru memberi arahan yang berbeda? Mana yang harus kita ikuti?

Inilah situasi yang dihadapi oleh Rasul Paulus dalam perjalanan menuju Yerusalem. Dalam perjalanannya, saat singgah di Tirus dan Kaisarea, dua kali Paulus menerima nasihat yang tampaknya bertentangan—dan keduanya berasal dari Roh Kudus!

  1. Nasihat pertama datang dari para murid di Tirus. Oleh kuasa Roh, mereka menasihati Paulus untuk tidak melanjutkan perjalanan ke Yerusalem (ay. 4).

  2. Nasihat kedua disampaikan oleh Agabus, seorang nabi. Ia menyampaikan nubuatan bahwa Paulus akan diikat dan diserahkan kepada bangsa-bangsa lain (ay. 10–11). Setelah mendengar ini, semua orang mendesak Paulus agar tidak pergi (ay. 12).

Namun, Paulus tetap teguh. Ia menjawab dengan penuh keteguhan hati:

“Aku rela bukan hanya diikat, tetapi juga mati di Yerusalem karena nama Tuhan Yesus.” (ay. 13)

📌 Mana yang benar?

Apakah Paulus salah karena tidak menuruti peringatan dari Roh Kudus?
Tentu tidak. Roh Kudus memang menyatakan bahaya yang akan datang, tetapi tidak memerintahkan Paulus untuk mundur. Para sahabat Paulus, karena mengasihinya, menafsirkan nubuat itu sebagai larangan. Namun, Paulus menerimanya sebagai konfirmasi atas tekadnya yang telah bulat.

Dalam hal ini, kita belajar bahwa Allah tidak bersikap otoriter. Ia memberikan peringatan, bukan pemaksaan. Ia menyampaikan realitas risiko, namun keputusan tetap ada pada kita, apakah kita akan taat dan melangkah dalam iman, atau mundur dan tetap di zona aman.


🌱 Refleksi

Dalam kehidupan kita, sering kali kita juga dihadapkan pada dua suara:

  • Suara yang mengajak kita tinggal di zona nyaman dan aman.

  • Suara yang memanggil kita keluar, menghadapi risiko demi sesuatu yang lebih besar bagi kerajaan Allah.

Pertanyaannya adalah:
Apakah kita mau hidup seadanya dalam kenyamanan, atau melangkah dengan iman dalam misi Tuhan yang lebih besar, sekalipun harus berhadapan dengan risiko?


🙏 Doa

Tuhan, berikan aku kepekaan untuk mendengar suara-Mu. Ajari aku membedakan antara kehendak manusia dan kehendak-Mu. Bila Engkau memanggilku untuk melangkah maju, berilah aku keberanian seperti Paulus—rela menderita bahkan kehilangan segalanya demi nama-Mu. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin

Share:

🌾 Warisan Seorang Pemimpin

 

"Warisan Seorang Pemimpin" menegaskan lewat firman Tuhan bahwa pemimpin sejati meninggalkan teladan iman, ketaatan, dan dampak rohani yang kekal.

(Kisah Para Rasul 20:17–35)

Apa yang menjadikan seorang pemimpin benar-benar berhasil? Apakah karena popularitasnya yang luar biasa? Atau kehebatannya yang tidak tertandingi? Tentu saja bukan. Seorang pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang meninggalkan warisanlegacy yang membentuk dan menguatkan generasi berikutnya.

Hal inilah yang dilakukan oleh Rasul Paulus. Ia tidak sempat singgah di Efesus, tetapi ia memanggil para penatua jemaat Efesus untuk menemuinya di Miletus (ay. 17). Di sana, Paulus memberikan pesan terakhir yang sangat penting, yaitu kesaksian hidupnya dalam pelayanan dan nasihat bagi masa depan gereja.

✨ Apa warisan Paulus?

  1. Kesetiaan dan Kerendahan Hati dalam Pelayanan
    Paulus melayani dengan segala kerendahan hati, bahkan dengan air mata dan penderitaan, namun tidak pernah melalaikan tugasnya. Ia setia mengajar dan memberitakan Injil, kepada semua orang, tanpa pilih kasih (ay. 18–21).

  2. Penyerahan Diri kepada Roh Kudus
    Meski ia tahu penderitaan menantinya di Yerusalem, Paulus tetap melangkah dalam ketaatan karena ingin menyelesaikan tugasnya sebagai pemberita kasih karunia Allah (ay. 22–24).

  3. Peringatan dan Tanggung Jawab Gembala
    Paulus mengingatkan para penatua untuk menggembalakan jemaat dengan setia, menjaga dari ajaran sesat, dan menolong yang lemah (ay. 28–31, 35).

Paulus tahu bahwa ia tidak akan bertemu lagi dengan mereka, tetapi ia tidak meninggalkan kehampaan. Ia meninggalkan warisan iman dan teladan hidup yang akan tetap hidup di hati jemaat.


📌 Refleksi

Seorang pemimpin yang baik bukanlah yang membuat dirinya tidak tergantikan, melainkan yang mempersiapkan orang lain untuk melanjutkan misi Allah. Itulah warisan sejati: semangat, kesetiaan, dan cinta kepada Tuhan yang diteruskan kepada generasi selanjutnya.

Bagaimana dengan kita?
Apakah kita sedang membangun warisan rohani yang akan menguatkan dan meneguhkan mereka yang datang setelah kita?


🙏 Doa

Tuhan, ajar aku menjadi pemimpin yang setia dan rendah hati. Mampukan aku meninggalkan warisan iman yang hidup dan membangun bagi generasi berikutnya. Kiranya hidupku menjadi kesaksian tentang kasih dan kesetiaan-Mu. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

🌿 Menghimpun Energi

 
"Menghimpun Energi" mengajak kita memperoleh kekuatan sejati dari firman Tuhan, agar mampu menjalani hidup dengan semangat, iman, dan pengharapan yang teguh.

Dalam dunia psikologi, dikenal dua tipe kepribadian: ekstrover dan introver. Orang ekstrover cenderung mendapatkan energi melalui interaksi sosial, sementara introver justru mengisi energi lewat kesendirian. Namun, sebagai anak-anak Tuhan, baik ekstrover maupun introver—kita semua memperoleh kekuatan yang sejati dari Tuhan sendiri.

Itulah yang kita lihat dalam diri Paulus. Dalam perjalanan penginjilannya, ketika rekan-rekannya naik kapal, Paulus memilih berjalan kaki sendirian ke Asos (ay. 13). Padahal, ia sedang terburu-buru untuk tiba di Yerusalem sebelum Hari Raya Pentakosta (ay. 16), bahkan sampai menghindari singgah di Efesus. Bukankah aneh? Jika sedang terburu-buru, bukankah kapal jauh lebih efisien daripada berjalan kaki?

Jika kita melihat dengan logika manusia, pilihan Paulus tampak tidak masuk akal. Namun, secara rohani, keputusan Paulus sangat masuk akal. Ia tahu bahwa di Yerusalem, dirinya akan menghadapi tantangan berat: penolakan, aniaya, bahkan pemenjaraan. Maka, dia membutuhkan kekuatan, dan bukan sembarang kekuatan—melainkan kekuatan dari Tuhan.

Berjalan sendirian bukanlah kemunduran bagi Paulus, melainkan momen berharga untuk bersekutu dengan Tuhan secara pribadi. Dalam kesunyian perjalanan itu, dia menghimpun energi rohani—bukan dari manusia, melainkan dari Allah yang hidup.

Kita semua membutuhkan kekuatan ilahi untuk menjalani panggilan hidup.
Itulah sebabnya, mengambil waktu untuk menyendiri bersama Tuhan bukanlah tindakan sia-sia, tetapi cara yang paling bijak dan logis sebagai anak Tuhan.


📌 Refleksi

  • Apakah selama ini Anda mencari kekuatan dari kesibukan dan keramaian?

  • Kapan terakhir kali Anda sengaja mengambil waktu untuk menyendiri bersama Tuhan?


🙏 Doa

Tuhan, di tengah hiruk-pikuk hidup ini, ajarku untuk berhenti sejenak, berjalan bersamamu, dan menghimpun kekuatan dari hadirat-Mu. Aku percaya, kekuatan yang sejati berasal dari-Mu, bukan dari dunia. Dalam nama Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

🙏 Ketaatan dan Saling Mendoakan

 

(Ibrani 13:17–25)


“Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab.”
(Ibrani 13:17a)


🔎 Pelajaran Penting dari Bagian Penutup Kitab Ibrani

  1. Taat kepada Pemimpin Rohani = Taat kepada Allah

    • Pemimpin rohani ditetapkan untuk menjaga, menggembalakan, dan bertanggung jawab atas jiwa umat.

    • Sikap taat dan hormat kepada pemimpin bukanlah bentuk kultus individu, tapi bagian dari ketundukan kepada otoritas Allah (bdk. Rom. 13:1-2).

    • Ketaatan yang bijak mendatangkan sukacita dalam kepemimpinan rohani, bukan keluhan atau perpecahan.

  2. Saling Mendoakan dalam Komunitas Iman

    • Penulis Ibrani meminta jemaat mendoakannya (ay. 18–19).

    • Ini menunjukkan bahwa pemimpin pun butuh dukungan doa dari jemaat.

    • Doa bukan hanya untuk “yang lemah,” tapi juga untuk yang memimpin, karena semua orang bergumul dalam perjalanannya bersama Tuhan.

  3. Allah yang Melengkapi dan Membimbing

    • Doa penutup dari penulis menekankan bahwa Allah sendiri yang akan “memperlengkapi kamu dengan segala yang baik untuk melakukan kehendak-Nya” (ay. 20–21).

    • Kita tidak dibiarkan berjalan sendiri. Allah bekerja di dalam kita agar hidup kita berkenan kepada-Nya.

    • Inilah bentuk kasih karunia Allah yang aktif dalam kehidupan umat-Nya: membentuk, menguatkan, menyempurnakan.


🧭 Aplikasi Hidup: Tiga Sikap Orang Percaya

  1. Taat kepada Pemimpin yang Taat Firman

    • Jangan menjadi pribadi yang suka membangkang rohani.

    • Belajarlah tunduk kepada pemimpin yang setia pada firman, dan doakan agar mereka tetap kuat, rendah hati, dan tidak menyalahgunakan otoritas.

  2. Jadilah Jemaat yang Berdoa, Bukan Hanya Dididoakan

    • Doakan gerejamu, gembalamu, guru sekolah minggu, pemimpin pemuda, pengurus komisi, dan seluruh pelayanan gerejawi.

    • Komunitas rohani yang kuat selalu dibangun di atas dasar saling mendukung dalam doa.

  3. Percaya bahwa Allah Mampu Memperlengkapi

    • Tuhan yang memanggil, juga yang memperlengkapi.

    • Apapun panggilan atau pelayananmu, percayalah bahwa Allah bekerja melalui engkau jika engkau berserah dan taat kepada-Nya.


🙌 Penutup Renungan

Dalam kasih dan karya Yesus Kristus, seluruh umat percaya—baik pemimpin maupun anggota jemaat—dipanggil untuk taat, setia, dan saling mendukung dalam doa. Inilah wujud nyata dari tubuh Kristus yang hidup dan dinamis.

Sebagai orang percaya, mari kita jalani hidup dalam ketaatan kepada Allah, dalam kasih kepada sesama, dan dalam doa yang terus menyala bagi komunitas rohani kita.

Share:

❤️ Kasih Kristus Kekal Selama-lamanya!

 

Ibrani 13:1–16


“Tetaplah kasih persaudaraan itu tinggal di antara kamu.”
(Ibrani 13:1)


🔑 6 Nilai Hidup Kristen yang Praktis dan Berakar dalam Kasih

  1. Pelihara Kasih Persaudaraan (ay. 1–3)

    • Kasih adalah identitas kita sebagai pengikut Kristus.

    • Wujudkan kasih itu lewat hospitalitas, perhatian kepada sesama, dan kepedulian kepada mereka yang tertindas.

    • Contoh: Abraham yang menjamu malaikat—kita pun bisa menjamu berkat Allah tanpa sadar.

  2. Hormati Perkawinan dan Jaga Kekudusan (ay. 4)

    • Dunia boleh menganggap remeh pernikahan, tapi orang percaya dituntut untuk menghormatinya.

    • Seksualitas dalam bingkai kekudusan adalah kehendak Allah.

    • Allah tidak membiarkan perzinaan tak dihukum.

  3. Jauhi Cinta Uang & Belajarlah Bersyukur (ay. 5–6)

    • Kecukupan bukan berarti punya segalanya, tapi merasa cukup karena punya Allah.

    • Percaya janji-Nya: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau.”

  4. Taat dan Teladanilah Pemimpin Rohani (ay. 7, 17)

    • Pemimpin rohani menjaga jiwa kita—dengarkanlah mereka yang hidupnya konsisten dalam iman.

    • Mereka bukan sempurna, tapi dipakai Allah untuk membentuk kita.

  5. Tetap Berpegang pada Kristus yang Tidak Berubah (ay. 8–9)

    • Dunia berubah. Ajaran palsu menyusup. Tapi Yesus Kristus tetap sama kemarin, hari ini, dan selamanya.

    • Jangan mudah tergoda oleh ajaran baru yang aneh dan tak berakar pada Injil.

  6. Persembahkan Hidupmu sebagai Korban Pujian (ay. 10–16)

    • Kristus menderita di luar pintu gerbang—kita pun dipanggil memikul salib dan hinaan demi Dia.

    • Persembahan kita: pujian, pengakuan nama-Nya, perbuatan baik, dan saling membantu.

    • Iman yang sejati tampak dalam kasih nyata.


🙌 Penutup: Hidupkan Kasih Itu!

Kasih Kristus tak pernah berakhir. Ia kekal dan mendorong kita untuk tidak pernah berhenti mengasihi sesama dalam keluarga, pekerjaan, pelayanan, maupun di dunia ini yang haus kasih sejati.


🙏 Doa

Terpujilah Engkau, ya Bapa Surgawi.
Pagi ini aku bersyukur atas perlindungan dan penyertaan-Mu sepanjang malam.
Aku mohonkan berkat bagi setiap Bapak, Ibu, saudara-saudariku dalam Tuhan:
berkat kesehatan, damai sejahtera, sukacita, dan perlindungan atas keluarga, anak-cucu, pekerjaan, studi, usaha, pelayanan, bahkan relasi dan pasangan hidup.

Dalam nama Tuhan Yesus Kristus,
biarlah berkat-Mu mengalir berlimpah atas kami.
Tambahkan hikmat, beri terobosan, kuatkan kami agar kami terus hidup sesuai kehendak-Mu.

Amin! Tuhan Yesus memberkat

Share:

👑 Kerajaan yang Tidak Terguncangkan


Ibrani 12:18–29


"Jadi, karena kita menerima kerajaan yang tidak terguncangkan, marilah kita mengucap syukur..."
(Ibrani 12:28)


🌋 Gunung Sinai vs. Gunung Sion

Penulis Ibrani membandingkan dua gunung:

  • Gunung Sinai = ketakutan, api, suara menggetarkan (ay. 18–21)

  • Gunung Sion = sukacita surgawi, kasih karunia, dan Yesus sebagai pengantara (ay. 22–24)

Di Sinai, hukum Taurat mengungkap dosa dan menghasilkan ketakutan.
Namun di Sion, Yesus menghadirkan pengampunan dan persekutuan surgawi.


⛓️ Hukum vs. Kasih Karunia

Kehidupan di bawah Hukum Taurat penuh batas dan penghakiman. Tapi melalui perjanjian baru, kita:

  • Diberi akses kepada Allah

  • Diterima dalam komunitas surgawi

  • Dipanggil untuk hidup dalam pengharapan dan penyembahan sejati

Namun, kasih karunia ini bukan untuk disepelekan. Kita tetap diajak menghormati Allah yang kudus, sebab Dia juga adalah api yang menghanguskan (ay. 29).


🏰 Kerajaan yang Tak Terguncangkan

Dalam dunia yang terus berubah dan sering mengguncangkan iman kita, hanya Kerajaan Allah yang tidak terguncangkan. Kita menerima kerajaan ini bukan karena layak, tetapi karena kasih karunia-Nya.

Pertanyaannya:

  • Apakah aku masih memberi tempat utama bagi Allah dalam hidupku?

  • Apakah aku hidup dengan sikap syukur dan hormat kepada-Nya?

  • Ataukah aku mulai goyah dan tak lagi setia?


🙌 Respon Kita: Ibadah Sejati

"Marilah kita mengucap syukur dan beribadah kepada Allah menurut cara yang berkenan kepada-Nya..."
(ay. 28)

Ibadah bukan sekadar rutinitas mingguan, tetapi:

  • Sikap hati yang hormat dan takut akan Tuhan

  • Hidup yang menghasilkan buah bagi kerajaan-Nya

  • Pelayanan yang dilakukan dengan penuh sukacita dan kesetiaan


🙏 Doa

Tuhan, Engkaulah Raja yang kekal.
Terima kasih untuk kasih karunia-Mu yang mengundangku masuk ke dalam kerajaan-Mu yang tak terguncangkan.
Ajarku untuk hidup dengan hormat dan syukur,
untuk tetap setia dalam ibadah dan pelayanan,
dan untuk berdiri teguh saat dunia mengguncang.
Amin.

Share:

✨ Teladan Iman

 
"Teladan Iman" mengajak kita melalui firman Tuhan untuk meneladani hidup orang-orang percaya yang setia, taat, dan berpegang teguh pada janji Allah.

Ibrani 12:1–11


“Marilah kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus…”
(Ibrani 12:2)


👣 Lebih dari Nasihat, Adalah Teladan

Pernah dengar pepatah, “Satu teladan lebih baik daripada seribu nasihat”? Kitab Ibrani mengajak kita melihat Yesus sebagai teladan utama iman. Bukan hanya memberi nasihat, tetapi menghidupi penderitaan, memikul salib, dan tetap taat sampai akhir.

Dia mengajar kita bukan dari mimbar saja, tapi dari kayu salib.


🪨 Menanggalkan Beban dan Dosa

Dalam perlombaan iman, kita diminta:

  • Menanggalkan beban dan dosa (ay. 1)

  • Menatap Yesus sebagai pusat dan tujuan iman (ay. 2)

  • Tetap tekun dan tidak menyerah saat menghadapi ujian (ay. 3)

Yesus memikul salib karena “sukacita yang disediakan bagi-Nya”—sukacita itu adalah keselamatanmu dan keselamatanku.


🧭 Dibentuk Melalui Didikan

Jika dalam hidup kita menemukan koreksi, tantangan, atau bahkan “ganjaran”, Firman berkata:

Itu adalah tanda bahwa Tuhan memperlakukan kita sebagai anak-Nya (ay. 6–7).

Allah sedang membentuk kita agar mendapat bagian dalam kekudusan-Nya (ay. 10).


🌱 Refleksi Iman

  • Apakah aku sedang memikul beban yang membuatku lemah dan kehilangan arah?

  • Dalam tantangan dan koreksi, apakah aku sadar bahwa Tuhan sedang bekerja membentukku?

  • Apakah mataku masih tertuju kepada Kristus, atau sudah terganggu oleh hal lain?


🛤️ Terus Berjalan dengan Mata Tertuju pada Kristus

Iman yang sejati bukan hanya tentang percaya, tetapi menjalani hidup yang mencerminkan pengharapan itu. Mari kita hidup dengan:

  • Damai dengan semua orang

  • Mengejar kekudusan

  • Tidak menjauh dari kasih karunia Allah

Yesus sudah memberikan teladan. Sekarang giliran kita menapaki jalan salib dengan setia, sampai Ia datang kembali.


🙏 Doa

Tuhan Yesus, Teladan Imanku,
terima kasih karena Engkau telah memikul salib lebih dulu bagiku.
Tolong aku untuk tetap menatap-Mu,
dan tidak menyerah dalam perjuangan iman ini.
Kuatkan aku untuk hidup kudus,
setia, dan siap dibentuk oleh tangan-Mu.
Amin.

Share:

🌍 Dunia Fana, Allah Kekal

Ibrani 11:32–40


“Dunia ini tidak layak bagi mereka...”
(Ibrani 11:38)


🌿 Iman yang Tidak Terikat Dunia

Pernahkah kita menyanyikan lagu: “Dunia yang fana bukanlah rumahku…”? Lagu ini mengingatkan bahwa hidup kita tidak berakhir di dunia ini. Kitab Ibrani pasal 11 menutup daftar panjang para saksi iman dengan satu kesimpulan: mereka hidup dalam dunia, namun hatinya terikat pada kekekalan.

Gideon, Daud, Samuel, dan nabi-nabi lainnya berjuang dengan iman—mengalahkan musuh, menghadapi penderitaan, bahkan kematian. Tapi mereka tetap setia karena yakin: Allah yang hidup menyediakan yang lebih baik (ay. 40).


🔥 Iman yang Menyala di Tengah Penderitaan

Iman sejati tidak selalu menjanjikan kenyamanan hidup. Iman seperti mereka:

  • Menerima luka dan penderitaan tanpa menyerah (ay. 36–37)

  • Tetap percaya meskipun tidak melihat janji digenapi (ay. 39)

  • Membuat dunia ini tak layak menampung mereka (ay. 38)

Apa yang membuat mereka bertahan? Mereka percaya Allah punya rencana lebih besar, dan dunia ini bukan akhir segalanya.


🧭 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku lebih fokus membangun hidup di dunia ini daripada hidup dalam kekekalan?

  • Bagaimana responku saat doa belum dijawab atau janji Tuhan terasa belum nyata?

  • Apakah aku berani tetap setia walau hidup tak mudah?

Kita dipanggil bukan hanya untuk percaya, tapi juga untuk setia sampai akhir. Seperti mereka, kita diajak menjadi saksi iman yang tidak bergantung pada apa yang terlihat, tapi yakin akan apa yang dijanjikan.


Hidup dalam Kekekalan

Kesaksian para tokoh iman ini mengajarkan:

Iman bukan soal apa yang kita terima sekarang, tapi kepada siapa kita percaya selamanya.

Mereka berjalan dalam dunia yang fana, tapi mengarah ke Allah yang kekal. Hari ini, Allah pun memanggil kita untuk mengikuti jejak yang sama—setia di dunia yang sementara, sambil memandang rumah sejati di kekekalan.


🙏 Doa

Tuhan yang kekal,
ajar aku untuk tidak melekat pada dunia yang sementara ini.
Bentuk aku menjadi pribadi yang hidup oleh iman,
yang teguh walau janji-Mu belum kulihat dengan mata.
Tolong aku setia dalam penderitaan,
dan percaya bahwa rencana-Mu jauh lebih baik.
Dalam Yesus Kristus, harapanku.
Amin.

Share:

Pujian SAL 2025 | GKKK Wilayah Utara

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.