Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

🙏 Diabaikan tetapi Tidak Mengabaikan

 
"Diabaikan tetapi Tidak Mengabaikan" mengajarkan lewat firman Tuhan untuk tetap setia dan mengasihi, meski diri sendiri tidak dihargai orang lain.

Kisah Para Rasul 27:13–44

“Janganlah kamu menjadi jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kamu akan menuai, jika kamu tidak menjadi lemah.”
Galatia 6:9

🌪️ Ketika Nasihat Diabaikan

Apa rasanya ketika niat baik kita dianggap angin lalu? Ketika peringatan yang tulus justru diabaikan, dan keputusan yang diambil malah membawa semua orang pada masalah besar? Paulus tahu persis rasanya. Ia memperingatkan, tapi tidak didengarkan. Dan akibatnya? Badai hebat menghantam.

Semua usaha dan keahlian pelayaran tidak sanggup mengatasi keadaan. Ketika manusia mulai kehabisan harapan, hadirlah Paulus — orang yang sebelumnya mereka anggap remeh — sebagai sumber kekuatan, penuntun, dan pengingat akan janji Allah. Ia tidak berkata, “Tuh kan, aku sudah bilang!” — tapi memilih untuk tetap menguatkan, membangun, dan melayani.

🕊️ Pilihan untuk Tetap Mengasihi

Sikap Paulus adalah cerminan kasih Kristus — tetap mengasihi mereka yang mengabaikannya. Bukan karena ia ingin diakui, tapi karena ia tahu siapa yang mengutusnya, dan apa panggilannya. Bukan balas dendam, tapi kasih dan kepedulian yang menjadi jawabannya.

Kita pun, dalam kehidupan sehari-hari, bisa mengalami situasi serupa:

  • Dikesampingkan dalam keputusan penting,

  • Dipandang sebelah mata karena latar belakang atau posisi kita,

  • Dituduh atau disalahpahami meski sudah memperingatkan lebih dulu.

Namun, seperti Paulus, panggilan kita bukan untuk membalas, melainkan tetap hadir, peduli, dan melayani.

📌 Refleksi Pribadi:

  • Apakah aku tetap mau mengasihi ketika diabaikan?

  • Apakah aku bisa menjadi penopang bagi orang yang pernah menolak bantuanku?

  • Apakah aku bisa melihat krisis sebagai kesempatan untuk menunjukkan kasih Kristus?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, ajar aku untuk tidak menjadi pahit ketika peringatan dan kasihku diabaikan.
Beriku hati yang tetap mau melayani, menguatkan, dan membawa damai,
seperti Paulus, bahkan seperti Engkau sendiri.
Tolong aku menjadi cerminan kasih-Mu,
yang tak pernah berhenti sekalipun sering ditolak.

Amin.

Dalam dunia yang sering membalas sikap dingin dengan sikap yang lebih dingin,
Tuhan memanggil kita untuk tetap bersinar dengan kasih.
Ketika diabaikan, jangan balas dengan mengabaikan.
Karena kasih sejati diuji — dan terbukti — justru saat kita tetap setia meski tak dianggap.

Share:

🤝 Jangan Abaikan Sahabatmu

Kisah Para Rasul 27:1–13

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
Amsal 17:17

🌊 Sahabat dalam Angin Badai

Ketika kehidupan terasa seperti badai yang tak kunjung reda — arah tak jelas, waktu terbuang, dan bahaya mengintai — Tuhan sering mengirim penghiburan melalui sahabat. Paulus mengalaminya lewat Yulius, perwira militer Romawi yang seharusnya menjadi penjaga, tapi justru menjadi teman yang ramah dan murah hati. Di tengah persidangan yang berat, Tuhan menghadirkan manusia biasa sebagai saluran kasih-Nya.

Namun, persahabatan diuji bukan saat semuanya berjalan baik, melainkan ketika kita harus memilih untuk percaya — atau mengabaikan. Itulah yang terjadi ketika Paulus memperingatkan bahaya pelayaran, namun Yulius memilih suara yang lebih logis dan profesional, dan bukan suara sahabatnya.


Waspadai Abaikan Kecil yang Berisiko Besar

Seringkali kita juga seperti Yulius:

  • Lebih mendengar suara mayoritas atau “yang ahli”,

  • Mengabaikan suara sahabat yang kita pikir “tidak punya kapasitas”,

  • Atau menilai berdasarkan apa yang kelihatan tenang di permukaan, tanpa menyadari badai besar sedang menanti.

Sahabat sejati bukan hanya hadir di hari yang cerah, tapi juga berani memperingatkan ketika kita melenceng, meski risikonya tidak disukai atau disalahpahami. Kata-kata mereka mungkin tidak menyenangkan, tetapi justru itulah yang bisa menyelamatkan hidup kita.


🧭 Renungkan dan Tanyakan:

  • Apakah saya cukup peka mendengar suara sahabat yang peduli?

  • Apakah saya mau menerima teguran, bukan hanya pelukan?

  • Apakah saya menghargai kehadiran sahabat sebagai cara Tuhan menjaga saya?


🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, ajar aku untuk tidak mengandalkan logikaku sendiri.
Ketika Engkau mengutus sahabat dalam hidupku,
buatlah aku peka untuk mendengar dan menghargai suara mereka.
Jangan biarkan aku mengabaikan peringatan yang bisa menyelamatkan hidupku.
Dan biarlah aku pun menjadi sahabat yang setia — tidak hanya ramah,
tetapi juga berani berkata benar dalam kasih.

Amin.

Kadang suara Tuhan terdengar lewat mulut sahabat kita.
Jangan abaikan mereka hanya karena kita merasa lebih tahu.
Karena bisa jadi, teguran sahabat hari ini menyelamatkan kita dari badai besok.

Share:

🙋‍♂️ “Aku!”, Bukan “Kamu!”


Kisah Para Rasul 26:24–29

“Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Matius 5:44


🔥 Menghindari Api yang Membakar

Betapa sering pertengkaran dimulai dari satu kata: “Kamu!”

  • “Kamu tidak peka!”

  • “Kamu egois!”

  • “Kamu selalu begitu!”

Kata “kamu” bisa menjadi peluru yang menyakiti dan membangkitkan amarah. Di sisi lain, kata “aku” — ketika digunakan dengan rendah hati dan jujur — justru meredakan konflik dan membuka pintu untuk berdamai.


🧑‍⚖️ Belajar dari Paulus

Paulus berada di situasi yang sangat tidak bersahabat:

  • Dituduh gila oleh Festus.

  • Diolok sok penginjil oleh Raja Agripa.

Namun, ia tidak membalas dengan nada tinggi atau menyudutkan mereka. Ia memilih untuk berkata:

  • “Aku tidak gila, Festus yang mulia…” (ay. 25)

  • “Aku berdoa kepada Allah, supaya bukan hanya engkau, tetapi semua yang hadir, menjadi seperti aku, hanya tidak dengan belenggu ini” (ay. 29).

Perhatikan: Paulus tidak berkata, “Kamu salah!” atau “Kamu harus bertobat!”, melainkan mengambil posisi pribadi yang lembut dan tulus. Ia tetap menghormati lawan bicaranya, bahkan mendoakan mereka dengan kasih.


💭 Renungkan Ini:

  • Ketika disalahpahami, apakah saya cenderung menyerang balik dengan kata “kamu”?

  • Apakah saya cukup rendah hati untuk mengatakan, “Aku salah,” atau “Aku minta maaf”?

  • Apakah saya pernah mendoakan orang yang menyakiti saya?


🙏 Doa Hari Ini

Tuhan Yesus, Engkau mengajar kami untuk membalas hinaan dengan kasih, dan olokan dengan doa.
Ubahlah hati dan lidah kami agar tidak mengucapkan kata yang melukai.
Ketika kami disakiti, tuntunlah kami untuk tidak berkata “kamu”,
tapi untuk berkata “aku mau mengampuni”, “aku mau mendoakan.”
Biarlah lewat sikap kami, kasih Kristus terpancar nyata.

Amin.


🌱 Penutup

Yesus tidak membalas ketika dihina. Paulus tidak meledak ketika difitnah.
Kita pun dipanggil untuk merespons hinaan dengan kasih,
dan membalas tuduhan dengan kebenaran yang rendah hati.

Mulailah hari ini dengan mengganti kata “kamu” yang menyudutkan
dengan “aku” yang bertanggung jawab dan “Tuhan” yang mengubahkan.

Share:

Menurut Tuhan Lebih Mudah

Kisah Para Rasul 26:12-23

Galah rangsang adalah alat dari besi berbentuk tongkat dengan ujung tajam, digunakan untuk mengarahkan hewan penarik beban sesuai kehendak pemiliknya. Menendang galah rangsang hanya akan menyakiti diri sendiri dan sia-sia. Ungkapan ini muncul dalam pembelaan Paulus saat dia menceritakan kisah pertobatannya.  

Dalam perjalanan ke Damsyik, Paulus mendengar suara Tuhan Yesus yang memanggilnya (ayat 12-18). Di tengah peristiwa yang mengguncang itu, Tuhan berkata, "Sukar bagimu menentang Dia yang berkuasa atasmu" (ayat 14b), atau dalam terjemahan lain, "Sukar bagimu menendang galah rangsang." 

Perkataan ini mengungkapkan betapa sia-sianya perlawanan Paulus. Meskipun ia begitu bersemangat melayani Allah, tanpa sadar ia justru melawan Dia yang berdaulat atas hidupnya. Sindiran ini juga ditujukan kepada orang-orang yang menghakiminya saat itu. Sebelum mereka menyalahkan Paulus, mereka perlu merenungkan: Apakah kami sendiri sedang melawan Allah yang menguasai hidup kami? 

Paulus menyadari teguran itu dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Sejak saat itu, ia berhenti melawan Tuhan dan mulai taat kepada perintah-Nya untuk memberitakan Injil. Itulah sebabnya ia sekarang berdiri di hadapan Raja Agripa sebagai saksi Kristus (ayat 19-23).  

Pertanyaan yang sama perlu kita renungkan: *Apakah kita masih melawan Allah yang memegang kendali atas hidup kita?* Jika memang sulit melawan Tuhan, sebaliknya, lebih mudah bagi kita untuk taat kepada-Nya.  

Kita semua pernah memberontak terhadap Allah, itu tidak bisa disangkal. Namun, apakah kita mau mengakuinya dan menunjukkan pertobatan yang nyata? Marilah kita merendahkan diri di hadapan-Nya dan bersedia menjadi saksi tentang kematian dan kebangkitan Yesus.  

Jika Tuhan bisa mengampuni Paulus dan memakainya sebagai alat kebenaran, Dia juga sanggup memulihkan dan memakai kita untuk menjadi berkat bagi banyak orang.  

---  

Doa:
Ya Bapa di surga, aku bersyukur atas penyertaan-Mu sepanjang malam dan pagi ini. Aku memohon berkat-Mu atas Bapak, Ibu, dan seluruh jemaat. Berikanlah kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam hidup kami.

*Berkatilah rumah tangga, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, ladang, perusahaan, studi, toko, usaha, kantor, MOU, pelanggan, rumah, keluarga, pelayanan, gereja, majikan, dan calon pendamping kami.*  

*Dalam nama Tuhan Yesus, limpahkanlah berkat-Mu atas hidup kami. Sadarkan kami bahwa dengan bertambahnya hari, bertambah pula hikmat kami, agar kami tetap kuat dan mengalami terobosan di bawah pimpinan-Mu. Jadilah kehendak-Mu. Amin! Tuhan Yesus memberkati.
Share:

🗣️ Berbicara Ketika Dipersilakan

 
"Berbicara Ketika Dipersilakan" mengajarkan lewat firman Tuhan pentingnya hikmat, rendah hati, dan tahu waktu yang tepat untuk menyampaikan kebenaran.
Kisah Para Rasul 26:1–11

“Siapa yang menahan bibirnya, ia berakal budi.”
Amsal 10:19b


💬 Mendominasi Tidak Sama dengan Meyakinkan

Sering kali, kita tergoda untuk bicara duluan dan bicara paling banyak. Kita pikir dengan begitu kita akan tampak hebat atau lebih benar. Tapi di balik kebiasaan itu, ada sumber yang tidak sehat: rasa tidak percaya diri, ketakutan ditolak, atau keinginan mendominasi.

Rasul Paulus memberikan teladan sebaliknya. Meski ia berada di tengah tekanan besar dan banyak tuduhan dilontarkan padanya, ia tidak menyerobot bicara. Ia menunggu kesempatan untuk berbicara (ayat 1). Ketika saat itu tiba, ia berbicara dengan percaya diri, bukan karena kehebatannya, tetapi karena hati nurani dan kehidupannya bersih di hadapan Tuhan.


🧠 Mengapa Paulus Bisa Tenang?

  1. Ia tahu hidupnya benar. Ia menyatakan secara terbuka bahwa semua orang Yahudi tahu bagaimana kehidupannya (ayat 4–5).

  2. Ia berpegang pada janji Allah. Paulus percaya kepada kebangkitan, dan itu bukan hal baru dalam iman Yahudi (ayat 6–8).

  3. Ia jujur tentang masa lalunya. Ia tidak menutupi kesalahan lamanya dalam menganiaya orang percaya (ayat 9–11). Justru itu membuat kesaksiannya makin kuat.

Paulus tidak perlu membela dirinya dengan kepanikan, karena ia berdiri di atas kebenaran yang kukuh. Ia tahu kapan saatnya diam dan mendengar, dan kapan saatnya bicara dengan hikmat dan kuasa.


🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah saya terbiasa berbicara terus karena takut tidak didengar?

  • Apakah saya mudah menyela orang karena ingin menang dalam percakapan?

  • Apakah saya percaya bahwa kuasa Tuhan juga bekerja dalam ketenangan?


🙏 Doa Hari Ini

Tuhan yang Mahabijaksana, ajarilah aku untuk tidak tergesa-gesa dalam berbicara.
Jauhkan aku dari rasa takut ditolak, dari hasrat mendominasi.
Berikan aku kepercayaan diri yang berasal dari hidup yang bersih di hadapan-Mu,
agar dalam setiap percakapan aku hadir bukan untuk mendominasi,
melainkan menyampaikan kebenaran-Mu dengan hormat dan hikmat.

Amin.

Share:

Pujian Ibadah GKKK Tepas 20 Juli 2025

Share:

🌿 Hikmat Membangkitkan Kepercayaan Diri

 
🌿 "Hikmat Membangkitkan Kepercayaan Diri" menegaskan lewat firman Tuhan bahwa hikmat ilahi memberi keberanian dan arah dalam menjalani hidup.

Kisah Para Rasul 25:12–27

“Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang Mahakudus adalah pengertian.”
Amsal 9:10


🔄 Dua Sosok, Satu Masalah: Tidak Percaya Diri

Festus tampak kebingungan. Ia adalah gubernur baru yang ingin menyenangkan semua pihak, tetapi juga harus memutuskan perkara hukum dengan adil. Ketika Paulus naik banding kepada Kaisar, Festus mengizinkannya. Tapi sekarang, ia tidak tahu apa yang harus ditulis kepada Kaisar—karena perkara Paulus tidak seperti kriminal biasa.

Ia lalu meminta bantuan Raja Agripa. Sayangnya, Agripa juga tidak lebih baik. Meski tampil megah bersama Bernike di ruang pengadilan (ay. 23), mereka hanyalah topeng dari jiwa yang kosong, terjebak dalam relasi tidak pantas dan penuh kemunafikan. Alih-alih membantu menyelesaikan perkara, mereka hanya menjadi penonton di tengah pertunjukan kekuasaan.


🧠 Hikmat yang Sejati Bukan dari Dunia

Apa yang terjadi dengan Festus dan Agripa mencerminkan kehidupan yang tanpa arah, seperti "sehelai plastik di lautan"—terombang-ambing karena tidak bersandar pada hikmat sejati dari Allah.

Hikmat dunia bisa memoles citra, tapi tidak memberi kedalaman karakter. Hanya orang yang takut akan Tuhan yang benar-benar memiliki pengertian yang membawa kepercayaan diri yang kokoh. Paulus, sekalipun dalam posisi sebagai tahanan, justru tampil penuh hikmat, tenang, dan percaya diri. Mengapa? Karena dia hidup dalam pengenalan akan Tuhan.


📌 Pelajaran untuk Kita Hari Ini

  • Hikmat menghilangkan kebingungan. Orang yang takut akan Tuhan tahu arah dan tahu kapan harus bicara serta kapan harus diam.

  • Hikmat memberi keyakinan diri. Kita tidak mudah goyah oleh tekanan atau pencitraan, karena kita tahu siapa yang memimpin hidup kita.

  • Hikmat menjauhkan kita dari kepura-puraan. Kita tidak butuh pertunjukan kemegahan seperti Agripa, karena kekuatan kita ada dalam Tuhan.


🧎‍♂️ Refleksi dan Doa

  • Apakah saya sering ragu mengambil keputusan karena kurangnya hikmat dari Tuhan?

  • Apakah saya sedang berusaha membangun citra luar tanpa memperkuat dasar dalam?

Doa:
Tuhan, Engkaulah sumber segala hikmat.
Ajarku untuk takut akan Engkau, bukan takut akan manusia.
Penuhi aku dengan hikmat-Mu, agar aku tidak lagi ragu,
melainkan percaya diri menjalani hidup ini dalam terang kebenaran-Mu.
Jauhkan aku dari kesombongan yang menipu,
dan jadikan aku pribadi yang teguh karena bersandar penuh pada-Mu.

Amin.

Share:

✨ Tidak Habis Kata

"Tak Habis Kata" menegaskan lewat firman Tuhan bahwa kasih dan karya-Nya tak terbatas, selalu ada hal baru untuk direnungkan dan disyukuri setiap hari.

“Sebab TUHANlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan kepandaian.”
Amsal 2:6


🔍 1. Allah Bekerja dengan Cara-Nya Sendiri

Ketika Paulus menghadapi peradilan yang tidak adil, kita mungkin berharap pertolongan datang dari orang saleh. Namun, yang terjadi justru mengejutkan. Festus, gubernur yang dikenal oportunis, dipakai Tuhan untuk menyelamatkan Paulus dari konspirasi pembunuhan, dan bahkan membuka jalan bagi Paulus untuk naik banding ke Kaisar di Roma.

Bukankah ini bukti bahwa hikmat Tuhan tidak terbatas oleh karakter manusia? Bahkan orang yang punya niat terselubung pun bisa dipakai Tuhan untuk melaksanakan rencana-Nya. Ini adalah cara Allah mengubah situasi rumit menjadi saluran berkat.


🛡️ 2. Tuhan, Pembela Umat-Nya

Mungkin kita bertanya, "Siapa yang bisa menolong saya?" atau "Kepada siapa saya mengadu ketika difitnah atau diperlakukan tidak adil?"

Jawabannya adalah: Tuhan adalah Pembela kita. Bahkan ketika mulut kita tak mampu berkata apa-apa lagi, Roh Kudus sendiri akan berseru kepada Bapa dalam keluhan yang tak terucapkan (Rm. 8:26).

Seperti Paulus, kita pun bisa tetap tenang karena tahu bahwa kita tidak sendiri. Tuhan bekerja bahkan lewat jalan yang tidak kita duga.


🧠 3. Hikmat: Senjata di Tengah Kekacauan

Ketika hidup membawa kita ke dalam situasi pelik, hikmat Allah adalah pelita bagi langkah kita. Paulus, dalam sidang yang mengancam nyawanya, tidak terburu-buru atau panik. Ia menjawab dengan tenang, logis, dan tegas. Ia tahu kapan harus bicara, dan kapan harus naik banding.

Di tengah badai, hikmat adalah jangkar iman.
Di tengah tuduhan, hikmat adalah suara kebenaran.
Di tengah kebisuan, hikmat adalah doa yang tak terucapkan.


💬 Refleksi

  • Apakah saya mencari hikmat Tuhan dalam setiap keputusan?

  • Apakah saya cukup percaya bahwa Tuhan dapat memakai siapa pun untuk menolong saya?

  • Apakah saya membiarkan Tuhan bekerja dalam waktu dan cara-Nya?


🙏 Doa

Tuhan, ajarku untuk tidak gegabah ketika hidup terasa tidak adil.
Berikan aku hikmat dari-Mu, agar aku tahu kapan harus bersuara, dan kapan harus berdiam.
Ketika aku tidak tahu lagi harus berkata apa,
biarlah Engkau yang membela dan mengatur segalanya.

Terima kasih karena hikmat-Mu tidak pernah habis,
dan rencana-Mu tak pernah gagal.
Dalam nama Tuhan Yesus,
Amin.

Share:

Pujian Ibadah GKKK Tepas 13 Juli 2025

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.