Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

✨ Tetap Menjadi Saksi

"Tetap Menjadi Saksi" menegaskan lewat firman Tuhan pentingnya setia memberitakan Injil, meski dalam tantangan, demi kemuliaan nama Kristus.

“Dengan terus terang dan tanpa rintangan apa-apa ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus.”
Kis. 28:31

🔥 Kesaksian yang Tak Terhentikan

Paulus adalah tahanan — secara hukum dan secara fisik. Ia disalahpahami, difitnah, dianiaya, dan akhirnya dikurung. Tetapi dari tempat kurungan itu, kesaksiannya justru makin bersinar.

Ia tidak menyalahkan keadaan. Ia tidak menyerah pada kelelahan. Justru, ia membuka rumahnya untuk siapa pun yang ingin mendengar Injil — dan ia memberitakan kabar baik dengan keberanian dan tanpa rintangan.

💡 Pelajaran Penting dari Paulus

  1. Kesaksian Tidak Bergantung pada Keadaan
    Paulus bisa saja diam dan merasa putus asa — tapi ia memilih tetap bersuara.
    ➤ Kita pun dipanggil untuk bersaksi, bukan ketika segalanya mudah,
    tetapi justru ketika tantangan datang.

  2. Kesaksian Tidak Harus Panggung Besar
    Paulus bersaksi bukan di forum publik, tapi di rumah sewanya sendiri.
    ➤ Kesaksian kita bisa terjadi di rumah, tempat kerja, pertemanan, bahkan media sosial.

  3. Kesaksian Bukan Soal Dihargai atau Tidak
    Banyak yang menolak Paulus. Tetapi ia tetap bersaksi, karena tujuannya bukan disukai,
    ➤ melainkan setia kepada Kristus yang telah menyelamatkannya.

✍️ Refleksi Pribadi

  • Apakah saya hanya berani bersaksi ketika situasi nyaman?

  • Apakah saya menggunakan keterbatasan sebagai alasan untuk diam?

  • Apakah saya menyadari bahwa Tuhan bisa memakai saya di tempat saya sekarang?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, bentuklah aku menjadi saksi-Mu yang setia.
Berikan aku keberanian untuk menyatakan kasih dan kebenaran-Mu,
bukan hanya lewat kata, tetapi juga lewat sikap hidupku.
Biarlah hidupku, di manapun aku berada,
menjadi terang yang menunjukkan bahwa Yesus hidup dan berkuasa. Amin.


Perjalanan hidup kita tidak selalu ideal. Kadang sempit, kadang sunyi, kadang berat. Tetapi justru dalam ruang-ruang kecil dan masa-masa sulit, Tuhan ingin memakai kita untuk menyatakan kasih-Nya.

Jangan menunggu keadaan sempurna. Jangan menunggu dipahami semua orang.
Selama masih bisa bernapas, kita masih punya tugas: tetap menjadi saksi.

Share:

❤️ Kerjakanlah dengan Tulus

 
"Kerjakanlah dengan Tulus" mengajak kita lewat firman Tuhan untuk melayani dan bekerja dengan hati yang ikhlas sebagai bentuk ibadah kepada Allah.

“Ia memberitakan Kerajaan Allah dan mengajar tentang Tuhan Yesus Kristus dengan segala keberanian dan tanpa rintangan apa-apa.”
Kisah Para Rasul 28:31

🗣️ Ketulusan Tidak Bergantung pada Respon Orang

Ada dua kelompok yang sering sulit dinasihati:
🔹 Mereka yang sedang jatuh cinta — karena yang mereka lihat hanyalah apa yang mereka inginkan.
🔹 Mereka yang membenci — karena hati mereka tertutup oleh prasangka dan kebencian.

Dan Paulus menghadapi keduanya dalam bentuk lain: orang-orang Yahudi yang keras hati dan menolak kebenaran, sekalipun ia telah menjelaskan dengan sabar, dengan fakta, dan dengan kasih.

🙌 Ketulusan Paulus yang Luar Biasa

Dalam situasi yang bisa membuat siapa pun pahit, Paulus tetap melayani dengan tulus.
✔️ Ia tidak membela diri demi popularitas.
✔️ Ia tidak membalas kejahatan dengan kemarahan.
✔️ Ia tidak lelah menjelaskan tentang Yesus dan Kerajaan Allah.
Bahkan ketika ditolak, disalahpahami, dan diabaikan, Paulus tetap menyampaikan kebenaran dengan hati yang bersih.

💡 Pelajaran Bagi Kita

  1. Jangan Berhenti karena Tidak Diterima
    Paulus tidak menyerah hanya karena sebagian besar menolak.
    Kebenaran tetap harus dinyatakan — bukan karena hasil, tapi karena panggilan.

  2. Kerjakan Segala Sesuatu dengan Hati Tulus
    Tuhan tidak meminta kita untuk selalu berhasil secara lahiriah,
    ➤ tetapi setia dan jujur dalam melayani, meski tak selalu disambut baik.

  3. Respons Orang Lain Bukan Ukuran Nilai Kita
    Kita bukan pengubah hati — itu pekerjaan Roh Kudus.
    ➤ Tugas kita adalah menjadi saksi yang benar, setia, dan rendah hati.

🔍 Refleksi Pribadi

  • Apakah saya tetap mengerjakan pelayanan meski tidak dihargai?

  • Apakah saya memberi nasihat atau kesaksian hanya jika yakin akan diterima?

  • Seberapa sering saya bekerja dengan tulus, bukan karena ingin dipuji?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, ajarku untuk bekerja dengan tulus, meski tanggapan orang tidak selalu baik.
Bersihkan niatku, dan mampukan aku untuk terus setia menyatakan kebenaran-Mu,
sebab aku tahu, Engkau melihat hati dan menghargai ketulusan.
Amin.

Di tengah dunia yang menghargai hasil instan, ketulusan menjadi nilai yang langka.
Tetapi bagi kita yang mengikut Kristus, melayani dengan hati murni dan kesetiaan adalah panggilan utama.
Tidak semua akan menerima. Namun, Tuhan selalu melihat dan menghargai.

Share:

🤝 Perjumpaan yang Menguatkan

 
"Perjumpaan yang Menguatkan" menegaskan lewat firman Tuhan bahwa setiap pertemuan yang Tuhan izinkan membawa penghiburan, harapan, dan pertumbuhan iman.

“Ketika Paulus melihat mereka, ia mengucap syukur kepada Allah dan hati Paulus pun dikuatkan.”
Kisah Para Rasul 28:15b

🌊 Dari Malta Menuju Roma: Sebuah Perjalanan Iman

Setelah melewati badai, kapal karam, dan misi pelayanan di Malta, Paulus melanjutkan perjalanannya menuju Roma — kota yang sudah lama dirindukannya. Dalam perjalanan itu, ia singgah di beberapa kota: Sirakusa, Regium, dan akhirnya Putioli. Di sanalah, perjumpaan dengan saudara-saudara seiman menjadi oase penguat di tengah perjalanan panjang.

Setibanya di Roma, Paulus disambut dengan hangat oleh orang-orang percaya. Perjumpaan itu membuatnya mengucap syukur dan dikuatkan. Sungguh, pertemuan yang sederhana bisa menjadi penguat luar biasa bagi jiwa yang lelah.

💡 Apa yang Bisa Kita Pelajari?

  1. Tuhan Memimpin Setiap Etape Hidup Kita
    Perjalanan Paulus penuh tantangan, tapi tidak pernah lepas dari kendali Tuhan.
    Begitu pula dengan hidup kita.

  2. Tuhan Menghibur Lewat Hadirnya Sesama
    Paulus tidak sendirian. Ia dikuatkan oleh kehadiran orang percaya lainnya.
    Kadang kekuatan tidak datang dari mujizat besar, tapi dari sapaan hangat.

  3. Perjalanan Hidup Adalah Proses Bersama Tuhan
    Tidak semua jalan mulus, tidak semua tempat nyaman. Tapi bersama Tuhan,
    setiap langkah menjadi bagian dari tujuan yang mulia.

🔍 Refleksi Pribadi

  • Siapa orang-orang yang pernah Tuhan pakai untuk menguatkan saya di masa sulit?

  • Apakah saya terbuka untuk menjadi penguat bagi sesama saya?

  • Apakah saya masih percaya bahwa Tuhan memimpin seluruh perjalanan hidup saya — meski tak selalu mudah?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, terima kasih untuk orang-orang yang hadir dan menguatkanku di tengah perjalanan hidup ini.
Ajarku untuk menjadi pribadi yang juga menghadirkan kekuatan dan pengharapan bagi sesamaku.
Pimpin setiap langkahku sampai aku tiba di tempat yang Kau janjikan.
Amin.

Tuhan tidak hanya menolong melalui mujizat besar, tapi juga melalui pelukan, tatapan, dan sapaan saudara seiman yang Tuhan tempatkan di sepanjang perjalanan kita.
Karena itu, hargailah setiap perjumpaan. Mungkin, justru di sanalah kita akan mengalami kuasa Allah yang menguatkan.

Share:

💡 Berbuat Baik Tak Menunggu Segalanya Baik

 
"Berbuat Baik Tak Menunggu Segalanya Baik" menegaskan lewat firman Tuhan bahwa kebaikan tetap bisa dilakukan di tengah situasi sulit dan terbatas.

“Janganlah kamu menjadi jemu-jemu berbuat baik...”
Galatia 6:9a

🌧️ Ketika Nasib Tak Sejalan dengan Niat

Banyak dari kita menunda berbuat baik dengan alasan:
"Aku masih dalam masalah."
"Tunggu aku pulih dulu."
"Saat ini belum waktunya."

Tapi lihatlah Paulus. Setelah nyaris mati karena kapal karam, terdampar di tempat asing, lalu digigit ular berbisa — apakah ia berhenti peduli pada orang lain? Tidak. Justru di tengah kondisi seperti itu, ia bangkit dan menjadi saluran berkat bagi orang-orang di pulau Malta.

🕊️ Tangan yang Menyembuhkan, Bukan Mengeluh

Bukan hanya tidak mati karena gigitan ular, Paulus malah:

  • Menyembuhkan ayah Publius, pejabat setempat,

  • Melayani orang-orang sakit lainnya yang berdatangan,

  • Dan tetap rendah hati untuk memberi, bukan hanya menerima.

Padahal ia sendiri baru saja selamat dari badai.

Paulus tahu bahwa kesulitan bukan alasan untuk berhenti menjadi alat Tuhan. Dalam penderitaannya, ia tetap melayani. Bukan karena kuat, tapi karena percaya bahwa Tuhan yang memampukan.

🔍 Refleksi Pribadi:

  • Apakah saya hanya mau berbuat baik ketika semuanya berjalan lancar?

  • Apakah saya masih peka terhadap kebutuhan orang lain saat saya sedang bergumul?

  • Bisakah saya melihat kesulitan saya sebagai bagian dari rencana Tuhan untuk menolong orang lain?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, seringkali aku menunggu keadaan membaik untuk mulai menolong,
padahal Engkau memanggilku untuk taat, bahkan saat sulit.
Bentuk hatiku agar tetap siap berbuat baik,
bukan karena keadaanku, tapi karena kebaikan-Mu yang tak pernah berhenti.

Amin.

Keadaan hidup mungkin tak selalu baik, tapi kita bisa selalu memilih untuk berbuat baik.
Karena kasih Tuhan tidak bergantung pada musim,
dan kesetiaan kita pun seharusnya tidak menunggu semuanya sempurna.
Jadilah seperti Paulus — dipakai Tuhan di tengah badai, luka, bahkan saat tak ada yang mengerti.

Share:

🙏 Diabaikan tetapi Tidak Mengabaikan

 
"Diabaikan tetapi Tidak Mengabaikan" mengajarkan lewat firman Tuhan untuk tetap setia dan mengasihi, meski diri sendiri tidak dihargai orang lain.

Kisah Para Rasul 27:13–44

“Janganlah kamu menjadi jemu-jemu berbuat baik, karena apabila sudah datang waktunya, kamu akan menuai, jika kamu tidak menjadi lemah.”
Galatia 6:9

🌪️ Ketika Nasihat Diabaikan

Apa rasanya ketika niat baik kita dianggap angin lalu? Ketika peringatan yang tulus justru diabaikan, dan keputusan yang diambil malah membawa semua orang pada masalah besar? Paulus tahu persis rasanya. Ia memperingatkan, tapi tidak didengarkan. Dan akibatnya? Badai hebat menghantam.

Semua usaha dan keahlian pelayaran tidak sanggup mengatasi keadaan. Ketika manusia mulai kehabisan harapan, hadirlah Paulus — orang yang sebelumnya mereka anggap remeh — sebagai sumber kekuatan, penuntun, dan pengingat akan janji Allah. Ia tidak berkata, “Tuh kan, aku sudah bilang!” — tapi memilih untuk tetap menguatkan, membangun, dan melayani.

🕊️ Pilihan untuk Tetap Mengasihi

Sikap Paulus adalah cerminan kasih Kristus — tetap mengasihi mereka yang mengabaikannya. Bukan karena ia ingin diakui, tapi karena ia tahu siapa yang mengutusnya, dan apa panggilannya. Bukan balas dendam, tapi kasih dan kepedulian yang menjadi jawabannya.

Kita pun, dalam kehidupan sehari-hari, bisa mengalami situasi serupa:

  • Dikesampingkan dalam keputusan penting,

  • Dipandang sebelah mata karena latar belakang atau posisi kita,

  • Dituduh atau disalahpahami meski sudah memperingatkan lebih dulu.

Namun, seperti Paulus, panggilan kita bukan untuk membalas, melainkan tetap hadir, peduli, dan melayani.

📌 Refleksi Pribadi:

  • Apakah aku tetap mau mengasihi ketika diabaikan?

  • Apakah aku bisa menjadi penopang bagi orang yang pernah menolak bantuanku?

  • Apakah aku bisa melihat krisis sebagai kesempatan untuk menunjukkan kasih Kristus?

🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, ajar aku untuk tidak menjadi pahit ketika peringatan dan kasihku diabaikan.
Beriku hati yang tetap mau melayani, menguatkan, dan membawa damai,
seperti Paulus, bahkan seperti Engkau sendiri.
Tolong aku menjadi cerminan kasih-Mu,
yang tak pernah berhenti sekalipun sering ditolak.

Amin.

Dalam dunia yang sering membalas sikap dingin dengan sikap yang lebih dingin,
Tuhan memanggil kita untuk tetap bersinar dengan kasih.
Ketika diabaikan, jangan balas dengan mengabaikan.
Karena kasih sejati diuji — dan terbukti — justru saat kita tetap setia meski tak dianggap.

Share:

🤝 Jangan Abaikan Sahabatmu

Kisah Para Rasul 27:1–13

“Seorang sahabat menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran.”
Amsal 17:17

🌊 Sahabat dalam Angin Badai

Ketika kehidupan terasa seperti badai yang tak kunjung reda — arah tak jelas, waktu terbuang, dan bahaya mengintai — Tuhan sering mengirim penghiburan melalui sahabat. Paulus mengalaminya lewat Yulius, perwira militer Romawi yang seharusnya menjadi penjaga, tapi justru menjadi teman yang ramah dan murah hati. Di tengah persidangan yang berat, Tuhan menghadirkan manusia biasa sebagai saluran kasih-Nya.

Namun, persahabatan diuji bukan saat semuanya berjalan baik, melainkan ketika kita harus memilih untuk percaya — atau mengabaikan. Itulah yang terjadi ketika Paulus memperingatkan bahaya pelayaran, namun Yulius memilih suara yang lebih logis dan profesional, dan bukan suara sahabatnya.


Waspadai Abaikan Kecil yang Berisiko Besar

Seringkali kita juga seperti Yulius:

  • Lebih mendengar suara mayoritas atau “yang ahli”,

  • Mengabaikan suara sahabat yang kita pikir “tidak punya kapasitas”,

  • Atau menilai berdasarkan apa yang kelihatan tenang di permukaan, tanpa menyadari badai besar sedang menanti.

Sahabat sejati bukan hanya hadir di hari yang cerah, tapi juga berani memperingatkan ketika kita melenceng, meski risikonya tidak disukai atau disalahpahami. Kata-kata mereka mungkin tidak menyenangkan, tetapi justru itulah yang bisa menyelamatkan hidup kita.


🧭 Renungkan dan Tanyakan:

  • Apakah saya cukup peka mendengar suara sahabat yang peduli?

  • Apakah saya mau menerima teguran, bukan hanya pelukan?

  • Apakah saya menghargai kehadiran sahabat sebagai cara Tuhan menjaga saya?


🙏 Doa Hari Ini

Tuhan, ajar aku untuk tidak mengandalkan logikaku sendiri.
Ketika Engkau mengutus sahabat dalam hidupku,
buatlah aku peka untuk mendengar dan menghargai suara mereka.
Jangan biarkan aku mengabaikan peringatan yang bisa menyelamatkan hidupku.
Dan biarlah aku pun menjadi sahabat yang setia — tidak hanya ramah,
tetapi juga berani berkata benar dalam kasih.

Amin.

Kadang suara Tuhan terdengar lewat mulut sahabat kita.
Jangan abaikan mereka hanya karena kita merasa lebih tahu.
Karena bisa jadi, teguran sahabat hari ini menyelamatkan kita dari badai besok.

Share:

🙋‍♂️ “Aku!”, Bukan “Kamu!”


Kisah Para Rasul 26:24–29

“Berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu.”
Matius 5:44


🔥 Menghindari Api yang Membakar

Betapa sering pertengkaran dimulai dari satu kata: “Kamu!”

  • “Kamu tidak peka!”

  • “Kamu egois!”

  • “Kamu selalu begitu!”

Kata “kamu” bisa menjadi peluru yang menyakiti dan membangkitkan amarah. Di sisi lain, kata “aku” — ketika digunakan dengan rendah hati dan jujur — justru meredakan konflik dan membuka pintu untuk berdamai.


🧑‍⚖️ Belajar dari Paulus

Paulus berada di situasi yang sangat tidak bersahabat:

  • Dituduh gila oleh Festus.

  • Diolok sok penginjil oleh Raja Agripa.

Namun, ia tidak membalas dengan nada tinggi atau menyudutkan mereka. Ia memilih untuk berkata:

  • “Aku tidak gila, Festus yang mulia…” (ay. 25)

  • “Aku berdoa kepada Allah, supaya bukan hanya engkau, tetapi semua yang hadir, menjadi seperti aku, hanya tidak dengan belenggu ini” (ay. 29).

Perhatikan: Paulus tidak berkata, “Kamu salah!” atau “Kamu harus bertobat!”, melainkan mengambil posisi pribadi yang lembut dan tulus. Ia tetap menghormati lawan bicaranya, bahkan mendoakan mereka dengan kasih.


💭 Renungkan Ini:

  • Ketika disalahpahami, apakah saya cenderung menyerang balik dengan kata “kamu”?

  • Apakah saya cukup rendah hati untuk mengatakan, “Aku salah,” atau “Aku minta maaf”?

  • Apakah saya pernah mendoakan orang yang menyakiti saya?


🙏 Doa Hari Ini

Tuhan Yesus, Engkau mengajar kami untuk membalas hinaan dengan kasih, dan olokan dengan doa.
Ubahlah hati dan lidah kami agar tidak mengucapkan kata yang melukai.
Ketika kami disakiti, tuntunlah kami untuk tidak berkata “kamu”,
tapi untuk berkata “aku mau mengampuni”, “aku mau mendoakan.”
Biarlah lewat sikap kami, kasih Kristus terpancar nyata.

Amin.


🌱 Penutup

Yesus tidak membalas ketika dihina. Paulus tidak meledak ketika difitnah.
Kita pun dipanggil untuk merespons hinaan dengan kasih,
dan membalas tuduhan dengan kebenaran yang rendah hati.

Mulailah hari ini dengan mengganti kata “kamu” yang menyudutkan
dengan “aku” yang bertanggung jawab dan “Tuhan” yang mengubahkan.

Share:

Menurut Tuhan Lebih Mudah

Kisah Para Rasul 26:12-23

Galah rangsang adalah alat dari besi berbentuk tongkat dengan ujung tajam, digunakan untuk mengarahkan hewan penarik beban sesuai kehendak pemiliknya. Menendang galah rangsang hanya akan menyakiti diri sendiri dan sia-sia. Ungkapan ini muncul dalam pembelaan Paulus saat dia menceritakan kisah pertobatannya.  

Dalam perjalanan ke Damsyik, Paulus mendengar suara Tuhan Yesus yang memanggilnya (ayat 12-18). Di tengah peristiwa yang mengguncang itu, Tuhan berkata, "Sukar bagimu menentang Dia yang berkuasa atasmu" (ayat 14b), atau dalam terjemahan lain, "Sukar bagimu menendang galah rangsang." 

Perkataan ini mengungkapkan betapa sia-sianya perlawanan Paulus. Meskipun ia begitu bersemangat melayani Allah, tanpa sadar ia justru melawan Dia yang berdaulat atas hidupnya. Sindiran ini juga ditujukan kepada orang-orang yang menghakiminya saat itu. Sebelum mereka menyalahkan Paulus, mereka perlu merenungkan: Apakah kami sendiri sedang melawan Allah yang menguasai hidup kami? 

Paulus menyadari teguran itu dan bertobat dengan sungguh-sungguh. Sejak saat itu, ia berhenti melawan Tuhan dan mulai taat kepada perintah-Nya untuk memberitakan Injil. Itulah sebabnya ia sekarang berdiri di hadapan Raja Agripa sebagai saksi Kristus (ayat 19-23).  

Pertanyaan yang sama perlu kita renungkan: *Apakah kita masih melawan Allah yang memegang kendali atas hidup kita?* Jika memang sulit melawan Tuhan, sebaliknya, lebih mudah bagi kita untuk taat kepada-Nya.  

Kita semua pernah memberontak terhadap Allah, itu tidak bisa disangkal. Namun, apakah kita mau mengakuinya dan menunjukkan pertobatan yang nyata? Marilah kita merendahkan diri di hadapan-Nya dan bersedia menjadi saksi tentang kematian dan kebangkitan Yesus.  

Jika Tuhan bisa mengampuni Paulus dan memakainya sebagai alat kebenaran, Dia juga sanggup memulihkan dan memakai kita untuk menjadi berkat bagi banyak orang.  

---  

Doa:
Ya Bapa di surga, aku bersyukur atas penyertaan-Mu sepanjang malam dan pagi ini. Aku memohon berkat-Mu atas Bapak, Ibu, dan seluruh jemaat. Berikanlah kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera dalam hidup kami.

*Berkatilah rumah tangga, anak-anak, cucu-cucu, pekerjaan, ladang, perusahaan, studi, toko, usaha, kantor, MOU, pelanggan, rumah, keluarga, pelayanan, gereja, majikan, dan calon pendamping kami.*  

*Dalam nama Tuhan Yesus, limpahkanlah berkat-Mu atas hidup kami. Sadarkan kami bahwa dengan bertambahnya hari, bertambah pula hikmat kami, agar kami tetap kuat dan mengalami terobosan di bawah pimpinan-Mu. Jadilah kehendak-Mu. Amin! Tuhan Yesus memberkati.
Share:

🗣️ Berbicara Ketika Dipersilakan

 
"Berbicara Ketika Dipersilakan" mengajarkan lewat firman Tuhan pentingnya hikmat, rendah hati, dan tahu waktu yang tepat untuk menyampaikan kebenaran.
Kisah Para Rasul 26:1–11

“Siapa yang menahan bibirnya, ia berakal budi.”
Amsal 10:19b


💬 Mendominasi Tidak Sama dengan Meyakinkan

Sering kali, kita tergoda untuk bicara duluan dan bicara paling banyak. Kita pikir dengan begitu kita akan tampak hebat atau lebih benar. Tapi di balik kebiasaan itu, ada sumber yang tidak sehat: rasa tidak percaya diri, ketakutan ditolak, atau keinginan mendominasi.

Rasul Paulus memberikan teladan sebaliknya. Meski ia berada di tengah tekanan besar dan banyak tuduhan dilontarkan padanya, ia tidak menyerobot bicara. Ia menunggu kesempatan untuk berbicara (ayat 1). Ketika saat itu tiba, ia berbicara dengan percaya diri, bukan karena kehebatannya, tetapi karena hati nurani dan kehidupannya bersih di hadapan Tuhan.


🧠 Mengapa Paulus Bisa Tenang?

  1. Ia tahu hidupnya benar. Ia menyatakan secara terbuka bahwa semua orang Yahudi tahu bagaimana kehidupannya (ayat 4–5).

  2. Ia berpegang pada janji Allah. Paulus percaya kepada kebangkitan, dan itu bukan hal baru dalam iman Yahudi (ayat 6–8).

  3. Ia jujur tentang masa lalunya. Ia tidak menutupi kesalahan lamanya dalam menganiaya orang percaya (ayat 9–11). Justru itu membuat kesaksiannya makin kuat.

Paulus tidak perlu membela dirinya dengan kepanikan, karena ia berdiri di atas kebenaran yang kukuh. Ia tahu kapan saatnya diam dan mendengar, dan kapan saatnya bicara dengan hikmat dan kuasa.


🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah saya terbiasa berbicara terus karena takut tidak didengar?

  • Apakah saya mudah menyela orang karena ingin menang dalam percakapan?

  • Apakah saya percaya bahwa kuasa Tuhan juga bekerja dalam ketenangan?


🙏 Doa Hari Ini

Tuhan yang Mahabijaksana, ajarilah aku untuk tidak tergesa-gesa dalam berbicara.
Jauhkan aku dari rasa takut ditolak, dari hasrat mendominasi.
Berikan aku kepercayaan diri yang berasal dari hidup yang bersih di hadapan-Mu,
agar dalam setiap percakapan aku hadir bukan untuk mendominasi,
melainkan menyampaikan kebenaran-Mu dengan hormat dan hikmat.

Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.