Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

👣 Pentingnya Keabsahan Seorang Penerus


“Tanpa penerus yang sah, umat akan tercerai-berai seperti domba tanpa gembala.”


🔍 Renungan

Musa, sang pemimpin agung umat Israel, tahu bahwa tugasnya tidak abadi. Ia menerima kenyataan pahit bahwa ia tidak akan memasuki Tanah Perjanjian, karena kesalahannya di Meriba. Namun, alih-alih bersedih dan menyerah, Musa justru meminta Allah untuk memilih penerusnya. Musa tahu, umat Allah tidak boleh dibiarkan tanpa pemimpin — seperti domba yang kehilangan gembala.

Permintaan Musa menunjukkan kerendahan hati dan tanggung jawab besar. Ia tidak menunjuk penerus berdasarkan keinginannya sendiri, melainkan berserah pada pilihan Tuhan. Allah pun menetapkan Yosua sebagai penerus — bukan hanya lewat Musa, tetapi juga dengan konfirmasi rohani melalui imam Eleazar dan urim. Proses ini menunjukkan bahwa keabsahan pemimpin harus datang dari Tuhan dan diakui oleh umat.


🧭 Prinsip Kepemimpinan yang Alkitabiah

Keabsahan seorang pemimpin bukan hanya perkara posisi atau popularitas, tetapi berakar pada penetapan Allah dan pengakuan dari pemimpin sebelumnya. Inilah prinsip penting dalam kepemimpinan rohani:

  1. Ditetapkan oleh Tuhan — lewat doa, tuntunan, dan konfirmasi.

  2. Diteguhkan oleh pemimpin sebelumnya — Musa meletakkan tangannya atas Yosua.

  3. Didukung oleh umat — karena prosesnya terbuka, di hadapan semua orang.


🪞 Refleksi Pribadi dan Jemaat

  • Apakah kita sedang membimbing seseorang sebagai penerus dalam pelayanan atau keluarga?

  • Apakah kita sendiri hidup dengan keabsahan rohani, setia dan taat pada panggilan Tuhan?

Keberlangsungan pelayanan dan pertumbuhan rohani tidak akan terjadi jika generasi pemimpin tidak dipersiapkan dengan sungguh. Jangan tunggu sampai terlambat. Persiapkan penerus bukan hanya secara kompetensi, tetapi juga secara rohani dan etis, agar mereka diterima dan dipakai Tuhan dengan penuh kuasa.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajarku seperti Musa yang rendah hati dan setia dalam memimpin.
Tuntun aku untuk mempersiapkan penerus yang bukan hanya mampu, tetapi juga Kau pilih.
Mampukan aku untuk mewariskan iman dan pelayanan, demi kemuliaan nama-Mu.
Amin.

“Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah...”
— Hosea 4:6a

“Aku tahu, sesudah aku pergi, serigala-serigala yang ganas akan masuk ke tengah-tengah kamu dan tidak akan menyayangkan kawanan itu.”
— Kisah Para Rasul 20:29

Share:

⚖️ Hukum yang Mengakomodasi Kebutuhan


“Tuhan bukan hanya menetapkan hukum, tetapi juga memperhatikan kebutuhan umat-Nya.”

🔍 Renungan

Allah tidak hanya memberi hukum, tetapi juga memberi hikmat untuk menerapkannya. Itulah yang terlihat saat anak-anak perempuan Zelafehad datang kepada Musa. Mereka menghadapi situasi yang tidak disebutkan dalam hukum sebelumnya — ayah mereka meninggal tanpa anak laki-laki, dan mereka khawatir nama ayah mereka akan lenyap dari antara suku-suku Israel.

Permintaan mereka masuk akal dan adil. Musa tidak langsung menjawab, tetapi membawa perkara ini kepada TUHAN. Lalu TUHAN menjawab dengan menetapkan hukum baru: jika seseorang meninggal tanpa anak laki-laki, tanah warisannya boleh diberikan kepada anak perempuannya. Bila tidak ada anak perempuan, maka kepada kerabat terdekat.

📜 Hukum yang Hidup

Peristiwa ini mengajarkan bahwa hukum Allah bukanlah sistem beku yang kaku dan tidak berubah, melainkan hukum yang hidupmenyatakan kasih, keadilan, dan perhatian Allah terhadap realitas umat-Nya. Namun, ini tidak berarti hukum Allah bisa dikompromikan. Allah tetap menjaga prinsip absolut: tanah harus diwariskan di antara suku yang sama (lih. Bil. 36:6-9). Maka anak-anak perempuan Zelafehad yang menerima tanah, harus menikah dengan orang dari suku mereka sendiri, agar warisan itu tetap berada di jalur yang ditentukan.

🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku terlalu kaku atau legalistik dalam memahami firman Tuhan?

  • Apakah aku menyadari bahwa Tuhan peduli pada setiap kebutuhan hidupku?

Tuhan tidak berubah, tetapi cara-Nya menuntun kita dapat berbeda tergantung konteks dan kebutuhan. Oleh sebab itu, kita perlu berhikmat, mendengarkan suara-Nya, dan mengerti mana prinsip absolut yang tidak boleh diubah, dan mana prinsip yang bisa disesuaikan demi keadilan dan kasih.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, ajarku membedakan antara hukum-Mu yang tetap dan prinsip-Mu yang bisa diterapkan dengan bijaksana.
Tuntun aku untuk tidak kaku, tetapi juga tidak longgar dalam menjalani kebenaran-Mu.
Mampukan aku menghidupi hukum-Mu dengan kasih, keadilan, dan hikmat yang dari-Mu.
Amin.

“Jika ada di antara kamu yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan tidak membangkit-bangkit — maka hal itu akan diberikan kepadanya.”
— Yakobus 1:5

Share:

⚖️ Pemimpin yang Membawa Malapetaka

“Dosa seorang pemimpin dapat membawa malapetaka besar kepada umat yang dipimpinnya.”

🔍 Renungan

Kitab Bilangan mencatat dua sensus besar bangsa Israel — satu sebelum perjalanan panjang di padang gurun (Bil. 1), dan satu lagi setelah generasi pertama habis karena ketidaktaatan (Bil. 26). Dari dua sensus ini, terlihat bahwa jumlah tentara Israel hanya menurun sedikit, tetapi suku Simeon mengalami penurunan drastis lebih dari 60%. Apa penyebabnya?

Jawabannya ada di Bilangan 25. Salah satu pemimpin dari kaum Simeon terlibat dalam penyembahan Baal-Peor dan perzinahan dengan perempuan Midian. Ia bahkan berani melakukannya di depan Musa dan umat, hingga ditombak mati oleh Pinehas. Peristiwa ini memicu murka TUHAN dan menewaskan 24.000 orang. Banyak dari mereka berasal dari suku Simeon.

⚠️ Dosa Pemimpin, Derita Umat

Apa pelajaran penting dari kisah ini?

Kesalahan satu pemimpin bisa membawa kehancuran banyak orang.

Dalam 2 Samuel 24, sensus Daud yang tanpa perintah TUHAN menyebabkan 70.000 rakyat tewas karena tulah. Mengapa? Karena pemimpin membawa tanggung jawab besar atas keputusan yang memengaruhi orang lain. Jika seorang pemimpin salah jalan, umat bisa terseret dalam dosa yang sama, atau menderita akibat dari dosanya.

🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku menyadari bahwa keputusan dan keteladananku memengaruhi orang lain?

  • Apakah aku menjadi pemimpin—baik di keluarga, gereja, atau komunitas—yang membawa berkat, bukan malapetaka?

Setiap dari kita, entah sebagai orang tua, pemimpin rohani, guru, pemimpin organisasi, atau bahkan rekan kerja, sedang memberi pengaruh. Maka, penting untuk hidup dalam kekudusan dan ketaatan, karena apa yang kita lakukan bisa membentuk atau menghancurkan kehidupan orang lain.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, tolong aku agar hidupku menjadi teladan bagi orang lain.
Jangan biarkan aku menjadi pemimpin yang membawa kehancuran.
Penuhi aku dengan hikmat, kerendahan hati, dan keteguhan untuk selalu taat pada-Mu.
Mampukan aku untuk memimpin dengan kasih dan kebenaran, agar hidupku membawa berkat bagi sesama.
Amin.

📖 Ayat Pendukung

“Janganlah banyak orang di antara kamu menjadi guru, sebab kamu tahu, bahwa sebagai guru kamu akan dihakimi menurut ukuran yang lebih berat.”
— Yakobus 3:1

Share:

📝 Apa Catatan Terakhir Hidup Kita?


Bilangan 25:1–9

“Harimau mati meninggalkan belang, manusia mati meninggalkan nama.”

💭 Renungan

Apa yang akan dikenang orang tentang kita ketika hidup ini selesai? Apakah kita akan dikenang karena iman dan ketaatan kita, atau karena kejatuhan dan kompromi terhadap dosa?

Bilangan 25 mencatat kisah tragis tentang penyembahan umat Israel kepada Baal-Peor—sebuah dosa besar yang membuat murka Allah menyala-nyala. Akibatnya, 24.000 orang mati karena tulah. Lebih tragis lagi, inilah catatan terakhir dari generasi yang dibebaskan dari Mesir. Generasi yang menyaksikan sendiri kuasa Allah, justru menutup hidup mereka dengan aib yang mempermalukan nama Allah.

⚠️ Peringatan Serius bagi Kita

Peristiwa ini menjadi alarm keras bagi kita semua: tidak peduli seberapa baik awal hidup kita, yang penting adalah bagaimana kita mengakhirinya. Iman yang besar di awal bisa hancur oleh kompromi kecil yang dibiarkan terus-menerus.

Integritas yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh pilihan yang salah.

🪞 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku hidup dengan kesadaran bahwa setiap hari adalah bagian dari catatan akhir hidupku?

  • Jika hari ini adalah hari terakhirku, apa yang akan dikenang dari hidupku?

  • Apakah aku sedang berjuang mempertahankan kesucian dan ketaatan kepada Allah?

Kita menyandang nama Kristus. Maka, hidup kita bukan hanya tentang kita sendiri, tetapi juga tentang bagaimana orang lain melihat Allah melalui hidup kita. Maka, catatan akhir hidup kita adalah kesaksian tentang siapa Allah yang kita percayai.

🙏 Doa Renungan

Ya Tuhan, tolong aku untuk hidup dengan kesadaran penuh bahwa hidupku adalah kesaksian tentang Engkau.
Aku tidak ingin mengakhiri hidupku dengan catatan yang memalukan.
Jaga langkahku, jaga hatiku, agar aku tetap setia sampai akhir.
Biarlah nama-Mu dipermuliakan melalui hidupku, kini dan sampai aku menutup mata.
Amin.

"Demikianlah hendaknya terangmu bercahaya di depan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di sorga."
(Matius 5:16)

Share:

Pujian Ibadah Minggu 1 Juni 2025

Share:

🔒 Tidak Mudah Tergoda


“Apa yang akan difirmankan TUHAN, itulah yang akan kukatakan.”
(Bilangan 24:13)


💭 Renungan

Dalam dunia yang serba instan dan materialistis, godaan datang dari segala arah—jabatan, uang, kekuasaan, atau kenyamanan. Tak jarang, dunia menuntut kita menukar integritas dengan keuntungan pribadi. Pilihan untuk taat kepada Allah sering kali bukan pilihan yang populer, dan justru mendatangkan tantangan.

Itulah yang dialami oleh Bileam, seorang pelihat yang “berhubungan” dengan Allah. Ia ditawari harta oleh Balak, penguasa Moab, agar mengutuki Israel. Walaupun sempat tergoda, Allah menegurnya melalui malaikat, dan akhirnya Bileam memilih taat. Ia tetap pergi menemui Balak, tetapi hanya dengan izin dan mandat dari Tuhan: mengatakan apa yang Tuhan perintahkan.


🚫 Godaan Tidak Berhasil

Ketika Balak memaksa Bileam untuk mengutuki Israel, yang terjadi justru sebaliknya—berkat untuk Israel. Balak marah besar (ay. 10), tetapi Bileam dengan tegas menjawab bahwa apa pun yang Tuhan katakan, itulah yang ia ucapkan. Bahkan tawaran kekayaan sebesar apa pun tidak menggoyahkan pendiriannya (ay. 13). Sebuah sikap yang langka dan berani dalam dunia yang penuh kompromi.


🧭 Refleksi untuk Kita

Kita pun dihadapkan pada banyak pilihan setiap hari. Tidak semua tawaran dunia salah secara langsung, tetapi banyak yang membawa kita menjauh dari nilai-nilai Kerajaan Allah. Maka penting untuk tidak hanya tahu kehendak Allah, tetapi juga berani menaatinya, meskipun itu berarti kehilangan kenyamanan atau ditolak orang lain.

Ketaatan yang sejati adalah kesetiaan kepada Allah, bahkan ketika tidak ada satu pun orang yang mendukung.


🙏 Doa Renungan

Tuhan, dalam dunia yang penuh godaan dan kompromi,
tolong aku untuk tetap setia kepada-Mu.
Berikan aku kepekaan untuk mengetahui kehendak-Mu,
dan kekuatan untuk melaksanakannya.
Jadikan aku pribadi yang tidak mudah tergoda,
sebab aku tahu, Engkaulah harta yang paling berharga.
Amin.

Share:

✨ Dikuatkan Menjadi Saksi-Nya

Lukas 24:36–53

“Kamu adalah saksi dari semuanya ini.”
(Lukas 24:48)


💭 Renungan

Dalam hidup, kesedihan dan pergumulan berat dapat membuat kita kehilangan arah dan makna. Pikiran terasa penuh, hati seperti lumpuh, dan harapan seakan pupus. Kita mungkin bertanya: Di mana Tuhan dalam semua ini? Murid-murid Yesus juga merasakan hal serupa setelah kematian Guru mereka di kayu salib.

Namun saat Kristus yang bangkit hadir di tengah mereka, suasana itu berubah. Mula-mula mereka tak percaya dan takut, bahkan mengira melihat hantu (ay. 37). Tapi Yesus tidak menegur dengan kemarahan. Ia menunjukkan luka-Nya, menyapa mereka dengan damai, bahkan meminta makanan untuk dimakan (ay. 39–43). Luka yang dulu menjadi tanda kekalahan, kini menjadi sumber kekuatan dan keyakinan.


🔥 Luka yang Menjadi Kuasa

Tindakan Yesus mengubah luka menjadi tanda kemenangan menunjukkan bahwa:

Luka yang diserahkan kepada Tuhan akan dipakai-Nya menjadi kesaksian.

Yesus tidak menghapus bekas luka-Nya—karena dari situlah para murid dikuatkan. Lalu, setelah membukakan pengertian mereka tentang Kitab Suci (ay. 45), Yesus memberi misi:

“Kamu adalah saksi dari semuanya ini.” (ay. 48)

Mereka yang semula takut, kini dipenuhi sukacita. Yang semula ragu, kini menjadi utusan. Inilah karya pemulihan Yesus: menguatkan yang lemah untuk bersaksi.


✝️ Untuk Kita Hari Ini

Apakah hari-hari ini Anda sedang bergumul? Apakah luka dan beban terasa tak tertanggungkan? Jangan menyerah. Yesus yang sama hadir juga hari ini. Ia tidak menuntut kita kuat, tetapi menawarkan kuasa-Nya untuk menguatkan dan mengutus kita.

Mari bersaksi bukan karena kita sudah sempurna, tetapi karena kita sudah disentuh dan dipulihkan oleh-Nya.


🙏 Doa Renungan

Ya Yesus, dalam luka dan kelemahanku, Engkau hadir.
Tunjukkan kepadaku kuasa kebangkitan-Mu yang mengubah duka menjadi kekuatan.
Bangkitkan kembali harapanku dan jadikan aku saksi-Mu,
yang hidup memuliakan nama-Mu.
Dalam nama-Mu yang bangkit dan mulia aku berdoa. Amin.

Share:

✋ Memaksakan Kehendak


“Masakan aku mengutuki yang tidak dikutuki Allah? Masakan aku mencela yang tidak dicela TUHAN?”
(Bilangan 23:8)


💭 Renungan

Setiap kita pasti memiliki kehendak—keinginan tentang masa depan, impian pribadi, bahkan hasrat yang kita pikir baik bagi diri sendiri atau orang lain. Tetapi kehendak manusia yang tidak dikendalikan sering menjadi bumerang, apalagi jika dipaksakan kepada Tuhan. Inilah yang dilakukan Balak, raja Moab.

Balak berambisi menghentikan Israel dengan cara rohani: meminta nabi Bileam untuk mengutuki umat Allah. Saat keinginan itu ditolak oleh firman Tuhan yang disampaikan lewat Bileam, Balak tidak menyerah. Ia mencoba berbagai cara, termasuk memindahkan lokasi penyampaian kutuk—berharap hasilnya berbeda. Namun, kehendak Allah tidak berubah: Israel diberkati, bukan dikutuk.


🔍 Refleksi

Balak adalah cermin kita ketika:

  • Kita tahu kehendak Tuhan, tapi tetap ngotot dengan keinginan pribadi.

  • Kita berpikir tempat, situasi, atau orang bisa memengaruhi keputusan Allah.

  • Kita mencari cara rohani untuk meyakinkan Tuhan melakukan kehendak kita, bukan sebaliknya.

Pemaksaan kehendak kepada Tuhan bukan hanya sia-sia, tapi juga menunjukkan ketidakpercayaan terhadap kebaikan dan kebijaksanaan-Nya.


✝️ Tunduk kepada Tuhan

Bileam, meskipun punya masa lalu yang kompromi, menunjukkan ketaatan dalam bagian ini. Ia berkata jujur: bahwa ia tidak bisa berbicara lebih dari apa yang difirmankan Allah. Bileam sadar bahwa berkat atau kutuk adalah hak Tuhan sepenuhnya, bukan alat manipulasi manusia.

Yesus Kristus pun menunjukkan teladan ketaatan yang sempurna saat berkata:

“Bukan kehendak-Ku, melainkan kehendak-Mu yang jadi.” (Luk. 22:42)

Jika Tuhan yang Mahatahu telah berkehendak, maka sebagai ciptaan, peran kita adalah tunduk dan taat—di situlah kita menemukan damai sejati.


🙏 Doa Renungan

Ya Tuhan, ampunilah aku ketika aku bersikeras memaksakan kehendakku atas-Mu.
Ajarku percaya bahwa kehendak-Mu selalu yang terbaik.
Bentuk hatiku agar taat dan rendah hati,
serta tuntun aku agar berserah dalam rencana-Mu yang mulia.
Dalam nama Kristus Yesus, aku berdoa. Amin.

Share:

🪨 Dikuasai Kebebalan


“Apa yang akan difirmankan Allah ke dalam mulutku, itulah yang akan kukatakan.”
(Bilangan 22:38)

💭 Renungan

Kita hidup di dunia yang sering mendorong kita untuk menguasai, mengendalikan, bahkan memanipulasi. Tidak sedikit orang merasa bahwa uang, jabatan, atau relasi bisa dijadikan alat untuk mengatur segalanya—termasuk kehendak Tuhan. Padahal hidup bukan tentang memaksa rencana kita terjadi, melainkan tentang mengikuti kehendak-Nya dengan taat.

Inilah yang dilakukan oleh Balak, raja Moab. Ia berpikir bahwa dengan kekuasaan dan kekayaan, ia bisa mengendalikan seorang nabi Allah—Bileam—untuk mengutuki umat Israel. Ia melihat situasi sebagai sesuatu yang bisa ia atur sendiri demi mencapai tujuannya. Tapi rencananya tidak berjalan mulus.

Balak tidak tahu batas kekuasaannya. Ia mengira bisa memperalat Bileam, padahal Bileam justru telah ditegur keras oleh Allah dan kini hanya mau menyampaikan apa yang Allah perintahkan. Namun, Balak tetap keras kepala—dikuasai oleh kebebalannya sendiri.

🔍 Refleksi

Berapa sering kita bersikap seperti Balak?

  • Merasa Tuhan bisa kita kendalikan sesuai keinginan kita.

  • Mengabaikan peringatan-Nya demi memuaskan ambisi pribadi.

  • Memaksa situasi berjalan sesuai rencana kita, tanpa mencari kehendak Tuhan lebih dulu.

Kebebalan bukan hanya soal ketidaktahuan, tapi keengganan untuk tunduk. Dan bila kita terus hidup dalam kebebalan, maka kita sedang menjauh dari jalan berkat dan menuju kehancuran.

✝️ Tunduk pada Allah

Bileam menjadi contoh yang penting—meskipun awalnya tergoda oleh harta, namun akhirnya ia belajar untuk tunduk total pada perintah Allah. Ia tidak membiarkan diri dikuasai oleh Balak, karena ia sadar bahwa Allah melihat dan menimbang hati manusia.

Kristus memanggil kita untuk taat penuh, bukan setengah hati. Ketaatan itu dimulai dengan menyadari bahwa kita bukan penguasa hidup ini—Allah-lah pemilik dan pengatur segala sesuatu.

🙏 Doa Renungan

Tuhan, ampuni aku saat aku mencoba mengatur segalanya menurut kehendakku.
Aku ingin belajar taat seperti Bileam,
dan melepaskan setiap kebebalan dalam hatiku.
Arahkan aku kepada rencana-Mu yang sempurna,
agar hidupku memuliakan nama-Mu.
Dalam nama Kristus Yesus aku berdoa. Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.