Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Firman Tuhan : " Allah Pengganti "

Keluaran 32:1-14

Manusia selalu mencari rasa aman. Pada zaman dahulu, orang memakai jimat untuk perlindungan. Di era modern, meskipun tidak lagi percaya jimat, banyak orang menaruh harapan pada hal-hal seperti tabungan, investasi, asuransi, dan properti. Jika kita terlalu menggantungkan hidup pada hal-hal tersebut dan menjadikannya pusat perhatian kita, maka secara tidak sadar kita telah memiliki allah pengganti dalam hidup kita.

Umat Israel dan Anak Lembu Emas

Ketika Musa naik ke Gunung Sinai dan tidak segera kembali, umat Israel merasa cemas. Mereka menginginkan pemimpin yang nyata dan terlihat. Maka, mereka meminta Harun untuk membuat "allah" bagi mereka (ayat 1).

Harun kemudian mengumpulkan emas dari anting-anting umat, mencetaknya menjadi anak lembu emas, lalu menyatakannya sebagai Allah yang telah membebaskan mereka dari Mesir (ayat 2-4). Umat kemudian mempersembahkan korban dan berpesta di hadapan berhala tersebut (ayat 5-6).

Namun, TUHAN yang Mahatahu melihat semuanya. Ia murka karena umat-Nya telah menyimpang dari jalan-Nya dan menyembah allah lain (ayat 7-8).

Musa Membela Bangsa Israel

Dalam amarah-Nya, TUHAN menyatakan bahwa Ia akan membinasakan mereka dan menjadikan Musa bangsa yang besar (ayat 9-10). Tetapi Musa memohon belas kasihan kepada TUHAN. Ia tidak membenarkan perbuatan bangsa itu, tetapi mengingatkan TUHAN akan janji-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub (ayat 11-13). Musa ingin menjaga nama Allah supaya bangsa-bangsa lain tidak menghina-Nya.

Akhirnya, TUHAN mengurungkan niat-Nya untuk menghukum bangsa itu (ayat 14).

Refleksi untuk Kita

Kisah ini mengajarkan bahwa tidak ada yang bisa menggantikan TUHAN dalam hidup kita. Apa pun keadaan kita, kita harus tetap percaya bahwa hanya Tuhan yang bisa memberi rasa aman sejati.

Kita juga dipanggil untuk mendukung dan menguatkan sesama dalam iman, bukan malah menjerumuskan mereka ke dalam ketidakpercayaan seperti yang dilakukan Harun.

  • Apakah ada hal dalam hidup kita yang tanpa sadar telah menjadi "allah pengganti"?
  • Bagaimana kita bisa lebih bersandar kepada Tuhan dalam segala situasi?

Doa:

"Tuhan, ampunilah jika selama ini kami sering mencari rasa aman di luar Engkau. Ajarkan kami untuk selalu percaya dan bersandar pada-Mu. Tolong kami untuk tetap setia dan tidak tergoda dengan ‘allah-allah pengganti’ di sekitar kami. Dalam nama Yesus, Amin."

Share:

Firman Tuhan : Nikmatilah Hari Tuhan!

Keluaran 31:12-18

Bekerja adalah bagian dari ibadah. Oleh karena itu, pekerjaan harus dilakukan dengan sepenuh hati, penuh tanggung jawab, disiplin, dan profesionalitas. Namun, ada sebagian orang yang berpikir bahwa mereka harus bekerja tanpa henti. Mereka merasa bahwa terus bekerja adalah bentuk tanggung jawab kepada Allah.

Allah Memerintahkan Kita untuk Beristirahat

Dalam Keluaran 31:12-17, Allah memerintahkan umat-Nya untuk berhenti bekerja pada hari ketujuh, yaitu hari Sabat. Mereka boleh bekerja selama enam hari, tetapi pada hari ketujuh, mereka diwajibkan untuk beristirahat (ayat 12-15).

Perintah ini bukanlah larangan untuk bekerja keras atau menjadi orang yang rajin. Sebaliknya, ini adalah perintah yang diberikan demi kebaikan umat-Nya. Allah ingin agar manusia tidak hanya sibuk bekerja, tetapi juga memiliki waktu untuk beristirahat dan bersekutu dengan-Nya.

Sabat: Tanda Perjanjian dengan Allah

Hari Sabat bukan hanya tentang istirahat fisik, tetapi juga memiliki makna spiritual yang mendalam. Sabat adalah tanda perjanjian antara Allah dan umat-Nya yang berlaku turun-temurun (ayat 16-17a). Hari ini mengingatkan bahwa umat Israel adalah umat pilihan yang dikuduskan oleh Allah.

Bahkan, Allah sendiri menjadi teladan dalam perintah ini. Ia menciptakan dunia dalam enam hari, lalu berhenti pada hari ketujuh (ayat 17b). Jika Allah yang Mahakuasa berhenti untuk beristirahat, apalagi manusia!

Menikmati Hari Tuhan di Masa Kini

Di tengah dunia modern yang sibuk, budaya kerja tanpa henti sering membuat orang melupakan pentingnya istirahat. Kita bekerja setiap hari untuk memenuhi kebutuhan hidup, tetapi jangan sampai kita kehilangan waktu untuk Tuhan.

Sebagai orang percaya, kita perlu meluangkan waktu untuk berhenti sejenak, merenungkan kebaikan Tuhan, dan mengarahkan hati kita kepada-Nya. Ini bukan hanya tentang mengikuti aturan, tetapi tentang menikmati kehadiran Allah dalam hidup kita.

  • Apakah saya sudah memberikan waktu untuk beristirahat dan bersekutu dengan Tuhan?
  • Bagaimana saya bisa lebih mengutamakan Tuhan di tengah kesibukan saya?

Doa:

"Tuhan, terima kasih atas berkat pekerjaan yang Engkau berikan. Ajarkan aku untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, tetapi juga untuk beristirahat dalam hadirat-Mu. Tolong aku untuk selalu mengutamakan Engkau dalam hidupku. Dalam nama Yesus, Amin."

Share:

Firman Tuhan : "Kehidupan Ini Sakral"

Keluaran 30:17-38

Dalam fenomenologi agama, ada konsep sacred (sakral) dan profane (duniawi). Banyak orang memisahkan keduanya secara ekstrem, seolah-olah yang rohani dan yang duniawi tidak bisa bersatu. Ada yang berpikir bahwa seorang hamba Tuhan hanya boleh fokus pada kerohanian, sementara orang yang memikirkan uang dianggap sebagai hamba uang. Padahal, pemisahan seperti ini tidak sesuai dengan cara Tuhan melihat kehidupan.

Segala Sesuatu Seharusnya Sakral

Sejatinya, Allah menciptakan segala sesuatu dalam keadaan sakral. Namun, dosa telah merusak kesakralan itu. Manusia yang diciptakan kudus menjadi tidak kudus. Hidup yang seharusnya memancarkan kemuliaan Allah justru dipenuhi oleh dosa dan pemberontakan. Tetapi, ketika Tuhan menebus manusia, Dia tidak hanya menyelamatkan jiwa kita, tetapi juga mengembalikan manusia kepada kodrat aslinya yang sakral.

Dalam Keluaran 30:19-38, kesakralan ini terlihat dalam beberapa hal:

  • Ritual pembasuhan bagi Harun dan anak-anaknya sebelum mereka menghadap Allah (ayat 19-21).
  • Minyak urapan yang dibuat dari bahan pilihan dan hanya boleh digunakan untuk tujuan yang kudus (ayat 22-30).
  • Dupa khusus yang tidak boleh digunakan untuk keperluan pribadi (ayat 31-38).

Semua benda ini sebenarnya adalah benda biasa (profane), tetapi ketika dikhususkan untuk Tuhan, benda-benda itu menjadi sakral (sacred).

Hidup Kita: Dari Profane Menjadi Sacred

Prinsip yang sama berlaku bagi kita. Kehidupan sehari-hari kita—dari pekerjaan, keluarga, cara kita menggunakan waktu dan uang—bisa menjadi sakral jika kita menggunakannya untuk memuliakan Tuhan. Bukan hanya saat kita beribadah di gereja, tetapi juga saat kita bekerja, belajar, berinteraksi dengan orang lain, bahkan dalam hal-hal kecil seperti makan dan beristirahat.

Tuhan telah menebus kita bukan hanya untuk masuk surga, tetapi juga untuk hidup sebagai ciptaan yang kudus di dunia ini. Maka, mari kita menghidupi kesakralan itu dalam setiap aspek kehidupan kita.

  • Apakah saya masih memisahkan antara yang rohani dan duniawi secara ekstrem?
  • Bagaimana saya bisa menghidupi kesakralan dalam pekerjaan, keluarga, dan kebiasaan sehari-hari saya?

Doa:

"Tuhan, terima kasih karena Engkau telah menebus aku dan menguduskan hidupku. Tolong aku untuk melihat setiap aspek kehidupanku sebagai sesuatu yang sakral dan layak dipersembahkan bagi-Mu. Jadikan aku alat-Mu untuk memuliakan nama-Mu dalam segala hal yang aku lakukan. Dalam nama Yesus, Amin."

Share:

Menebar Ketakutan atau Menebar Kasih?

Sering kali kita mendengar ajaran yang menakut-nakuti, seperti: "Kalau kamu tidak memberi persembahan, kamu akan dihukum Tuhan!" atau "Semakin banyak kamu memberi, semakin kaya kamu akan jadi!" Sayangnya, ayat-ayat Alkitab sering disalahgunakan untuk mendukung ajaran seperti ini, termasuk Keluaran 30:11-16.

Dalam perikop ini, Tuhan memerintahkan umat Israel untuk memberikan uang tebusan saat diadakan sensus. Sepintas, ini bisa disalahartikan seolah-olah persembahan uang dapat menghindarkan mereka dari wabah (ayat 11). Namun, menurut ESV Study Bible, uang tebusan ini sebenarnya adalah peringatan agar Israel tidak menggantikan kebergantungan mereka kepada Tuhan dengan kepercayaan pada jumlah pasukan atau kekuatan sendiri.

Kita bisa melihat prinsip ini saat Raja Daud melakukan sensus tanpa perintah Tuhan dalam 2 Samuel 24:1-17. Tindakan itu menunjukkan kesombongan dan kepercayaan pada angka, bukan pada Allah. Tuhan tidak pernah meminta persembahan untuk menebar ketakutan, melainkan untuk membangun relasi yang benar dengan-Nya.

Kesetaraan di Hadapan Tuhan

Menariknya, Tuhan menetapkan jumlah uang tebusan yang sama bagi setiap orang, baik kaya maupun miskin (ayat 15). Ini menunjukkan bahwa di hadapan Tuhan, semua manusia setara. Tidak ada yang bisa "membeli" keselamatan atau status lebih tinggi dengan uang. Persembahan ini bukan untuk menyingkirkan wabah dari hidup seseorang, apalagi memperkaya pemimpin rohani, melainkan untuk mendukung pelayanan di Kemah Pertemuan (ayat 16).

Memberi dengan Kasih, Bukan Ketakutan

Allah adalah Tuhan yang penuh kasih, bukan Allah yang memeras umat-Nya dengan ancaman. Dia adalah Pemilik segala sesuatu. Dia tidak membutuhkan persembahan kita, tetapi Dia ingin kita memberi dengan hati yang tulus sebagai bentuk syukur atas berkat-Nya.

Sebagai orang percaya, kita diajak untuk memberi dalam semangat kasih, bukan ketakutan. Persembahan kita bukan alat tawar-menawar dengan Tuhan, melainkan wujud cinta dan kepedulian kita kepada sesama.

Refleksi:

  • Apakah saya memberi dengan hati yang penuh syukur atau karena takut?
  • Bagaimana cara saya bisa memberi untuk memberkati orang lain dengan kasih Tuhan?

Doa:

"Tuhan, terima kasih atas kasih setia-Mu yang tidak terbatas. Ajarlah aku untuk memberi dengan hati yang penuh syukur, bukan karena ketakutan. Jadikan aku saluran berkat bagi sesama, agar nama-Mu semakin dimuliakan. Dalam nama Yesus, Amin."

Share:

Pujian Paskah GKKK Wil-Blitar 2025

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.