Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Pengikut Tuhan yang Sesungguhnya

"Tetapi, layangkanlah tangan-Mu dan hancurkan segala yang dimilikinya. Ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." (Ayub 1:11)
Di sebuah ruang tamu mewah, terdapat 10 pot berisi berbagai jenis bunga. Bunga-bunga ini sangatlah indah karena terbuat dari kain sutra. Namun, tidak ada serangga yang mendekatinya. Mengapa? Karena semua bunga itu hanyalah tiruan. Serangga hanya tertarik pada bunga yang asli.Bunga bisa diibaratkan sebagai pengikut Tuhan, sedangkan serangga sebagai Iblis. Di dunia ini, ada dua jenis pengikut Tuhan: yang sejati dan yang palsu. Pengikut yang sejati adalah orang-orang yang benar-benar hidup dalam ketakutan dan hormat kepada Tuhan. Sementara itu, yang palsu hanya berpura-pura mengikuti Tuhan tetapi tidak sungguh-sungguh menjalankan kehendak-Nya. Siapa yang menarik perhatian Iblis? Jawabannya adalah pengikut yang sejati! Iblis sangat tertarik untuk menggoda pengikut Tuhan yang sesungguhnya. Itulah sebabnya mengapa Ayub mengalami banyak kesusahan. Seluruh hartanya habis dan sepuluh anaknya meninggal. Iblis melihat Ayub sebagai pengikut Tuhan yang sejati. Dia bukan pengikut yang palsu, tetapi yang asli. Ayub hidup dengan saleh dan jujur. Dia takut akan Tuhan dan menjauhi kejahatan (Ayub 1). Karena itu, Iblis datang kepada Tuhan dan meminta izin untuk mencobai Ayub.Sekarang kita tahu mengapa meskipun kita setia kepada Tuhan, kita masih bisa mengalami kesulitan. Janganlah kita kecewa kepada Tuhan, sebaliknya, kita harus bangga dianggap sebagai pengikut Tuhan yang sejati. Kita bukan pengikut palsu, tetapi yang asli, sehingga menarik perhatian Iblis untuk mencobai kita. Seperti Ayub, kita harus tetap beriman kepada Tuhan. Pada akhirnya, Tuhan memulihkan keadaan Ayub. Menakjubkan, Ayub menerima dua kali lipat dari semua yang dia miliki sebelumnya (Ayub 42:10). Demikian pula dengan kita, kita percaya bahwa kesulitan yang kita alami akan Tuhan ubah menjadi keberuntungan.
Share:

Tugas yang Berbeda dari Allah

Pencatatan silsilah dalam Alkitab tidak selalu seragam; masing-masing silsilah ditulis dengan cara yang berbeda-beda, tergantung pada fokus dan tujuan yang ingin disampaikan. Silsilah ini memberikan kita wawasan mendalam tentang peran dan pentingnya tokoh-tokoh tertentu dalam rencana Allah.

1. Formula Silsilah Sem:

Dalam Kejadian 11:10-26, kita melihat bahwa silsilah Sem diberikan dalam tiga formula penting:

- Umur ketika seseorang mempunyai anak yang penting: Hanya anak ini yang disebutkan namanya, dan silsilah berikutnya adalah keturunan dari anak tersebut. Contohnya adalah Sem yang hidup sampai 100 tahun sebelum memiliki Arpakhsad.

- Lama hidup seseorang setelah melahirkan anak yang penting: Seperti Sem yang hidup 500 tahun setelah melahirkan Arpakhsad.

- Penyebutan anak-anak laki-laki dan perempuan lainnya: Meskipun mereka tidak menjadi fokus utama dalam silsilah, mereka tetap dicatat sebagai bagian dari keluarga tersebut.

2. Perubahan dalam Catatan Terah:

Ketika sampai pada catatan Terah, ada perubahan signifikan dalam formula ini:

- Penekanan pada tiga anak Terah: "Setelah hidup tujuh puluh tahun, Terah mempunyai anak: Abram, Nahor, dan Haran" (Kejadian 11:26). Tidak hanya satu anak yang dicatat, tetapi tiga, menunjukkan bahwa Terah adalah tokoh penting dalam silsilah ini.

-Detail yang lebih mendalam: Silsilah Terah mencakup informasi lebih lanjut, seperti umur Terah saat kematiannya (205 tahun) dan fakta bahwa ia meninggal di Haran (Kejadian 11:32). Ini menunjukkan pentingnya Terah dalam sejarah keselamatan.

3. Tokoh yang Lebih Penting:

Urutan nama anak-anak Terah tidak berdasarkan urutan kelahiran, melainkan menekankan pentingnya Abram, yang kemudian dikenal sebagai Abraham. Penekanan ini jelas ketika Terah hanya membawa Abram, Sarai, dan Lot ke Haran, menandakan Abram sebagai tokoh utama dalam rencana Allah.

4. Pembelajaran dari Silsilah:

Silsilah yang mencatat lebih mendetail atau memberikan penekanan pada tokoh tertentu mengajarkan kita beberapa hal:

- Pentingnya peran tertentu: Ada tokoh-tokoh yang diberi anugerah dan tanggung jawab lebih besar karena mereka memainkan peran penting dalam rencana keselamatan Allah. Seperti Abraham, yang kemudian menjadi bapa bangsa-bangsa dan menjadi tokoh sentral dalam sejarah iman.

- Peran berbeda-beda: Allah memiliki rencana yang unik untuk setiap orang. Ada yang diberi tugas besar, ada yang diberi tugas yang lebih kecil. Semua ini bergantung pada apa yang Allah ingin kita kerjakan. Tidak semua orang dicatat dalam sejarah besar, tetapi setiap orang memiliki peran yang berharga di mata Allah.

5. Menerima Tugas dengan Bersyukur:

Dalam kehidupan kita, Allah memberikan berbagai macam tugas yang berbeda-beda. Ada yang dipanggil untuk menjadi pemimpin besar, ada yang dipanggil untuk melayani dalam kapasitas yang lebih kecil. Penting bagi kita untuk:

- Menerima dengan syukur: Apa pun tugas yang Allah berikan kepada kita, kita harus menerimanya dengan hati yang bersyukur dan menjalankannya dengan sebaik mungkin.

- Tidak membandingkan: Kita tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain atau merasa iri dengan peran mereka. Setiap orang dipanggil untuk menjalankan tugas yang unik sesuai dengan rencana Allah.

Pencatatan silsilah dalam Alkitab, terutama yang menunjukkan perbedaan penting dalam detail dan penekanan, mengajarkan kita bahwa Allah memberikan tugas yang berbeda-beda kepada setiap orang. Sebagai umat percaya, kita harus menerima dan menjalankan tugas kita dengan penuh syukur, tanpa membandingkan diri kita dengan orang lain. Setiap peran, besar atau kecil, adalah bagian penting dalam rencana besar Allah, dan kita dipanggil untuk menjalankannya dengan setia dan rendah hati.

Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mari kita ingat bahwa Allah telah menempatkan kita di posisi kita saat ini dengan tujuan dan rencana yang khusus. Kita harus setia dalam tugas kita, tidak peduli besar atau kecil, karena dalam segala hal, kita melayani Allah yang memegang kendali penuh atas sejarah dan masa depan kita.

Share:

Ketika Manusia Melawan Allah

Kesatuan Manusia dan Permusuhan Antar Keturunan

Dalam Kejadian 3:15, Allah mengadakan permusuhan antara keturunan ular (keturunan orang tidak percaya) dan keturunan perempuan (keturunan orang percaya). Ini menunjukkan bahwa kesatuan manusia tidak selalu merupakan hal yang positif. Kesatuan dapat menjadi alat bagi kejahatan jika tidak diarahkan oleh kehendak Allah.

Kesombongan dan Ketidaktaatan Manusia

Nas bacaan kita hari ini (Kejadian 11:1-9) dimulai dengan menekankan kesatuan manusia di tanah Sinear, yang sepertinya dipimpin oleh Nimrod, seorang keturunan Ham yang dianggap sebagai keturunan ular. Mereka mendirikan menara Babel dengan tujuan untuk menyatukan diri dan tidak tersebar ke seluruh bumi, yang jelas melawan perintah Allah untuk memenuhi bumi (Kejadian 9:1). Mereka berkata, "Marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan sebuah menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kita cari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi" (Kejadian 11:4).

Penulis Alkitab dengan sindiran menyampaikan betapa sombong dan tidak tahu dirinya manusia yang berpikir bahwa mereka dapat melawan Allah. Manusia berpikir bahwa mereka mendirikan menara yang puncaknya sampai ke langit, tetapi ternyata Tuhan perlu "turun" untuk melihat kota dan menara yang didirikan oleh anak-anak manusia itu (Kejadian 11:5). Hal ini menekankan betapa jauh menara tersebut dari pencapaian yang mereka bayangkan.

Kejahatan yang Berlipat Ganda dan Intervensi Allah

Kesatuan manusia dapat membuat kejahatan menjadi berlipat ganda. Allah mengacaukan bahasa mereka untuk mencegah kejahatan mereka menjadi sejahat-jahatnya (Kejadian 11:6-7). Ketika bahasa mereka dikacaukan, mereka tidak dapat saling mengerti, sehingga mereka memisahkan diri dan tersebar ke seluruh bumi (Kejadian 11:8). Ini adalah bentuk intervensi Allah untuk membatasi kejahatan manusia dan mengarahkan mereka kepada rencana-Nya yang lebih besar.

Pelajaran dari Kesombongan dan Ketidaktaatan

Sebagai manusia, kita sering bersikap tidak tahu diri dan berpikir bahwa kita dapat melawan Allah. Nas ini mengingatkan kita bahwa tidak mungkin manusia dapat melawan Allah. Pada akhirnya, dengan rela atau tidak, kita pasti melakukan apa yang Allah kehendaki. Daripada harus dipaksa untuk berubah, jauh lebih baik bila kita belajar untuk mengenal kehendak Allah dan taat kepada-Nya.

Ketika Allah "memaksa" kita untuk melakukan apa yang benar, ini juga perlu kita lihat sebagai berkat pimpinan-Nya. Allah tahu apa yang terbaik bagi kita, dan ketaatan kepada-Nya akan membawa kita kepada kebaikan yang sejati. Oleh karena itu, mintalah kepada Tuhan ketaatan dan kerendahan hati untuk mengerti betapa berharganya kehendak-Nya.

Penutup: Mengandalkan Kehendak Allah

Dalam kehidupan sehari-hari, mari kita renungkan betapa berharganya kehendak Allah. Marilah kita berdoa meminta ketaatan dan kerendahan hati untuk mengikuti kehendak-Nya. Ketika kita menghadapi tantangan dan godaan untuk melawan atau menyimpang dari jalan-Nya, ingatlah bahwa kesombongan dan ketidaktaatan hanya akan membawa kita kepada kehancuran. Namun, dengan mengikuti pimpinan Allah, kita akan menemukan jalan yang benar dan penuh berkat.

Share:

Dunia yang Dipimpin oleh Si Jahat

Setelah kejatuhan manusia ke dalam dosa, dunia ini dikuasai oleh si jahat, sebagaimana disebutkan dalam 1 Yohanes 5:19, "Kita tahu bahwa kita berasal dari Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat." Dalam Efesus 2:1-2, Paulus menegaskan bahwa semua orang berdosa menaati penguasa kerajaan angkasa, roh yang sekarang sedang bekerja di antara orang-orang durhaka.

Sejak awal sejarah manusia, kejahatan sudah merajalela. Kain membunuh Habel, dan dunia menjadi begitu jahat sehingga Allah menurunkan air bah untuk menghukum manusia. Dalam nas bacaan kita hari ini, Nimrod, seorang keturunan Ham, tampil sebagai sosok yang berkuasa dan mendirikan kerajaan-kerajaan besar seperti Babel, Erekh, dan Akad di tanah Sinear, serta Niniwe, Rehobot-Ir, Kalah, dan Resen (Kejadian 10:6-12). Nimrod digambarkan sebagai "pemburu yang gagah perkasa di hadapan Tuhan" (Kejadian 10:9), tetapi kekuasaannya mencerminkan penentangan terhadap Allah, sebagaimana terlihat dalam peristiwa menara Babel (Kejadian 11:1-9).

Setelah kejatuhan manusia, Allah membuat permusuhan antara keturunan ular (keturunan orang tidak percaya, keturunan Kain) dengan keturunan perempuan (keturunan orang percaya, keturunan Set) (Kejadian 3:15). Keturunan yang dimaksudkan adalah keturunan rohani, bukan fisik, karena secara fisik semua manusia adalah keturunan Adam dan Hawa, dan setelah air bah, semua manusia adalah keturunan Nuh, yang menjadi 70 bangsa. Angka 70 melambangkan kepenuhan, menekankan bahwa seluruh umat manusia adalah keturunan Nuh.

Kita mungkin berpikir bahwa tidak ada lagi keturunan ular setelah keturunan Kain musnah. Namun, Alkitab menunjukkan bahwa keturunan Ham adalah keturunan ular. Hal ini terlihat dari kutukan terhadap ular, Kain, dan Kanaan karena dosa Ham (Kejadian 3:14, 4:11, 9:25). Nimrod, sebagai keturunan Ham, mendirikan kerajaan-kerajaan besar yang menentang Allah, dan dalam peristiwa menara Babel, semua orang dipimpin untuk menentang Allah.

Setelah menipu Adam dan Hawa, Iblis memegang kuasa atas dunia ini. Meski Iblis berada di bawah kendali Allah, ia tetap memegang pengaruh besar di dunia, sehingga dunia penuh dengan ketidakadilan dan kejahatan serta perlawanan terhadap orang benar. Sebagai orang percaya, kita dipanggil untuk melakukan apa yang diperkenan oleh Allah dengan dipimpin oleh Roh Kudus, karena musuh kita adalah penguasa kerajaan angkasa.

Peperangan Rohani dan Ketaatan pada Roh Kudus

Sebagai orang percaya, kita hidup di tengah dunia yang dikuasai oleh si jahat. Oleh karena itu, kita harus selalu siap untuk menghadapi peperangan rohani setiap hari. Kita harus berdoa kepada Bapa dan bersandar pada Roh Kudus untuk mendapatkan kekuatan dan hikmat dalam menghadapi tantangan yang ada. Dalam Efesus 6:10-18, Paulus memberikan panduan tentang perlengkapan rohani yang harus kita kenakan untuk melawan tipu muslihat Iblis.

Peperangan rohani ini bukanlah peperangan fisik, melainkan peperangan melawan penguasa-penguasa, penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, dan roh-roh jahat di udara. Kita harus menguatkan diri dengan kebenaran, keadilan, iman, keselamatan, firman Allah, dan doa. Hanya dengan bersandar sepenuhnya pada Allah dan memohon pertolongan-Nya, kita dapat bertahan dalam menghadapi serangan-serangan si jahat.

Doa dan Ketergantungan pada Allah

Dalam kehidupan sehari-hari, marilah kita selalu berdoa kepada Bapa dan memohon bimbingan Roh Kudus. Dengan bersandar pada Allah, kita dapat menghadapi setiap tantangan dengan keberanian dan hikmat yang datang dari-Nya. Janganlah kita berjuang dengan kekuatan kita sendiri, tetapi mari kita serahkan segala kekhawatiran dan ketakutan kita kepada Tuhan. Dengan demikian, kita dapat menjadi saksi yang setia dalam dunia yang penuh dengan kejahatan ini, membawa terang Injil kepada setiap orang yang kita temui.

Semoga kita selalu siap dalam peperangan rohani ini, mengenakan seluruh perlengkapan Allah, dan dengan demikian menjadi alat yang efektif dalam tangan-Nya untuk menyebarkan kasih dan kebenaran-Nya di dunia yang gelap ini.

Share:

Pujian Untuk Ibadah Minggu 9 Juni 2024

 


Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.