Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: Harapan Kristen
Tampilkan postingan dengan label Harapan Kristen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Harapan Kristen. Tampilkan semua postingan

Renungan Harian : " Jangan Gentar, Jangan Takut! "

Ilustrasi Musa berdiri di padang gurun di depan bangsa Israel, mengangkat tangan sambil berkata ‘Jangan gentar dan jangan takut,’ dengan latar langit bersinar lembut melambangkan penyertaan Tuhan.

Jangan Gentar, Jangan Takut!

📖 Ulangan 1:19–33

Ada dua wajah dari ketakutan. Ada ketakutan yang wajar, yang lahir dari kesadaran akan bahaya nyata — inilah yang disebut “gentar.” Namun, ada juga ketakutan yang tidak beralasan, yang tumbuh dari bayangan, dari bisikan ketidakpercayaan — inilah “fobia.”

Musa mengingatkan bangsa Israel akan kisah kelam generasi pertama yang keluar dari Mesir. Mereka pernah berdiri di ambang Tanah Perjanjian, namun gagal melangkah karena ketakutan. Mereka melihat negeri Kanaan yang kuat dan berperang, dan mereka pun gentar. Tetapi kegentaran itu segera berubah menjadi fobia, karena mereka mempercayai laporan menyesatkan dari sepuluh pengintai yang memperbesar ketakutan dan mengecilkan kuasa Allah.

Musa lalu berbicara kepada generasi baru — anak-anak mereka yang kini berdiri di perbatasan yang sama, di tanah orang Amori. Generasi pertama takut dan gagal; generasi kedua beriman dan menang. Bukan karena mereka lebih hebat, melainkan karena mereka percaya kepada TUHAN yang menyertai mereka.

Ketakutan itu manusiawi. Namun, iman menuntun kita untuk tidak berhenti di sana. Membuat rencana, mencari informasi, mempersiapkan diri — semua itu bukan tanda kurangnya iman, asalkan motivasinya benar. Orang yang takut mencari alasan untuk mundur. Orang beriman mencari cara untuk melangkah bersama Allah.

Mungkin hari-hari ini, kita pun sedang berdiri di depan “tanah Kanaan” kita — tantangan, masa depan, atau tugas yang terasa lebih besar dari kemampuan kita. Di atas kertas, mungkin kita memang kalah. Namun, Allah tidak pernah berhitung dengan cara manusia. Ia memampukan kita menaklukkan setiap “Amori” dalam hidup — ketidakpastian, kegagalan, bahkan rasa takut itu sendiri.

Dengarlah suara kasih itu hari ini:

“Jangan gentar, dan jangan takut, sebab Aku menyertai engkau.”

Mari kita berdoa agar Tuhan menukar setiap ketakutan dengan damai, dan mengganti kegentaran dengan keberanian iman. Bersama-Nya, kita melangkah — bukan dengan rasa takut, melainkan dengan keyakinan bahwa janji-Nya pasti digenapi.

Share:

Senjata Harapan

 "Ilustrasi Musa memberi pengharapan kepada bangsa Israel – Senjata Harapan (Ulangan 1:1–8)"

Senjata Harapan – Renungan dari Ulangan 1:1–8

Senjata Harapan

Bacaan: Ulangan 1:1–8

Ayat Kunci:
“TUHAN, Allahmu, telah berfirman kepada kita di Horeb demikian: Cukuplah kamu tinggal di gunung ini. Majulah, berangkatlah...”
Ulangan 1:6–7

Refleksi

Kitab Ulangan disebut Devarim oleh orang Ibrani — artinya “perkataan”. Nama ini mengingatkan kita bahwa firman Allah selalu dimulai dengan perkataan yang hidup. Seluruh kitab ini berisi wejangan terakhir Musa kepada bangsa Israel — generasi baru yang sedang bersiap melangkah ke Tanah Perjanjian.

Saat Musa berbicara, mereka sedang berada di tepi Sungai Yordan. Empat puluh tahun telah berlalu sejak mereka keluar dari Mesir. Generasi lama sudah tiada, dan kini berdirilah generasi baru — yang akan melanjutkan janji Tuhan. Di sinilah Musa berbicara bukan sekadar memberi perintah, tetapi menyalakan api pengharapan. Ia mengingatkan janji Allah yang pernah diucapkan: bahwa tanah perjanjian akan diberikan kepada mereka, sebagaimana Tuhan telah berfirman kepada nenek moyang mereka (ayat 7–8).

Namun, Musa tahu satu hal — sejarah bisa berulang. Generasi ini bisa saja jatuh ke dalam ketakutan dan ketidaktaatan seperti leluhur mereka. Karena itu, sebelum mereka berperang dengan pedang, mereka harus berperang dengan perkataan. Musa menanamkan firman, menyalurkan pengertian, dan membekali mereka dengan kebenaran. Perkataan yang lahir dari Allah menjadi senjata harapan yang menuntun mereka menembus ketidakpastian.

Refleksi Pribadi

Kita pun sedang berdiri di “tepi Yordan” kehidupan — menjelang babak baru, masa depan yang belum kita ketahui. Bulan-bulan berganti, tahun hampir berakhir. Di tengah harapan dan kecemasan, Tuhan juga berfirman kepada kita:

“Cukuplah kamu tinggal di gunung ini. Majulah...”

Ada waktu untuk berhenti, tetapi ada juga saatnya untuk melangkah. Ada masa untuk diam, tetapi ada pula saatnya untuk berbicara — menyampaikan firman pengharapan bagi generasi setelah kita.

Apa perkataan yang akan keluar dari mulut kita? Apakah ucapan kita menguatkan, meneguhkan, dan menyalakan iman di hati orang lain — terutama generasi muda yang sedang mencari arah hidupnya?

Musa tidak meninggalkan harta benda, tetapi warisan perkataan. Dan perkataan itu menuntun seluruh generasi menuju janji Tuhan.

Doa

Tuhan, ajarku untuk memperkatakan firman-Mu dalam setiap musim hidupku. Jadikan perkataanku sumber harapan bagi orang lain, terutama bagi generasi muda yang Engkau percayakan. Penuhi mulutku dengan kata-kata yang meneguhkan dan menyalakan iman. Biarlah melalui perkataan, aku ikut membawa mereka masuk ke dalam kehendak dan janji-Mu. Amin.

Renungan Singkat

Perkataan yang lahir dari iman adalah senjata harapan. Seperti Musa menuntun generasi muda Israel dengan firman, kita pun dipanggil untuk menyalakan pengharapan bagi generasi berikutnya melalui kata-kata yang menghidupkan.

Kategori: Renungan Harian | Firman Tuhan | Ulangan | Harapan Kristen

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.