Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Ketika Anda Butuh Dukungan

Setiap orang punya masalah, dan hal-hal yang kita alami membentuk cara kita memandang dunia, dan diri kita sendiri. Tapi kita tidak diciptakan untuk memikul beban sendirian.

Dalam Matius 11:28-30, Yesus berkata kepada orang-orang yang mengikuti Dia—

Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah gandar yang Kupasang … Sebab gandar yang Kupasang itu menyenangkan dan beban-Ku pun ringan (PBTB2)

Gandar adalah balok kayu berat yang diikat di atas sepasang lembu, membagi berat beban yang mereka bawa secara merata. Tetapi istilah itu juga digunakan oleh para rabi Yahudi. “Gandar hukum” melambangkan ketaatan penuh pada hukum Tuhan, dan para rabi mengajarkan bahwa dengan menjadi satu dengan kuk itu akan membebaskan orang Yahudi dari perbudakan dunia.

Yesus menggunakan ungkapan yang akan mudah dipahami oleh para pengikut-Nya dari kalangan Yahudi, tetapi Dia membalik ilustrasinya. Dia mengatakan kepada orang banyak itu bahwa mereka harus menaruh gandar hidup mereka kepada-Nya—karena Dialah yang menggenapi hukum mereka.

Jika mereka melakukan itu, beban yang mereka pikul tidak akan berat sama sekali—karena Dia akan menanggung beban mereka.

Paulus merujuk pada ajaran ini dalam suratnya kepada orang-orang Kristen Galatia:

“Bertolong-tolonganlah menanggung bebanmu! Demikianlah kamu memenuhi hukum Kristus.”

Galatia 6:2 PBTB2

Hukum Kristus adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa, akal budi, dan kekuatan kita, dan mengasihi sesama seperti diri kita sendiri (Matius 22:37-40). Tetapi satu-satunya cara agar kita dapat menggenapi hukum Kristus adalah jika kita mengikatkan diri kita kepada-Nya. Ketika kita menaruh gandar kepada Yesus, Dia yang menjadi sumber kekuatan kita.

Dia membantu kita bertahan dalam situasi sulit dan memungkinkan kita untuk meghindari keputusan yang buruk. Dia memenuhi kita dengan kasih-Nya sehingga kita dapat mengalirkan kasih-Nya kepada orang lain. Dia memberi kita kemampuan untuk menolong pengikut Kristus lainnya sebagaimana Dia menolong kita.

Sama seperti Yesus menanggung dosa dan penderitaan kita, kita dipanggil untuk menanggung penderitaan orang lain. Dengan cara ini, kita menunjukkan kasih Kristus kepada mereka dan menuntun mereka kepada Yesus.

Saat ini, luangkan beberapa menit untuk berbicara kepada Tuhan tentang beban Anda yang memerlukan pertolongan-Nya, kemudian izinkan Dia menunjukkan siapa yang Dia ingin untuk Anda tolong.


Share:

Kebesaran yang Allah Berikan

Pasal ini mengisahkan perang antara berbagai kerajaan yang membentuk dua kelompok besar. Dalam perang tersebut, kelompok raja Sodom, Gomora, Adma, Zeboim, dan Bela mengalami kekalahan. Musuh berhasil menjarah kota-kota yang kalah dan menawan penduduknya beserta harta benda mereka, termasuk Lot, keponakan Abram, yang pada saat itu tinggal di Sodom (Kejadian 14:12).

1. Abram Bertindak Menyelamatkan Lot

Ketika Abram mendengar kabar bahwa Lot ditawan, ia segera bertindak. Abram mengerahkan 318 budaknya yang terlatih dan mengejar musuh hingga ke Dan (Kejadian 14:13-14). Dengan strategi yang baik, ia membagi orang-orangnya ke dalam beberapa kelompok dan berhasil mengalahkan musuh, serta membebaskan para tawanan dan mengembalikan harta yang dijarah (Kejadian 14:15-16).

- Keberanian dan Kepemimpinan Abram: Abram menunjukkan kepemimpinan yang luar biasa dengan berani menghadapi pasukan gabungan dari beberapa kota kerajaan dengan jumlah tentara yang mungkin lebih besar. Tindakan ini menunjukkan kebesaran Abram tidak hanya dalam hal kekayaan, tetapi juga dalam hal keberanian dan kepemimpinan.

2. Signifikansi Kemenangan Abram

Pada zaman itu, banyak kota besar adalah kota kerajaan dengan rajanya masing-masing. Tentara setiap kota mungkin berjumlah ratusan orang saja, atau bahkan kurang. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika Abram dengan 318 budaknya dapat mengalahkan pasukan gabungan dari beberapa kota kerajaan tersebut. 

- Kebesaran yang Diberikan Allah: Kisah ini menekankan bahwa Allah mulai menggenapi janji-Nya kepada Abram, bahwa ia akan menjadi termasyhur dan menjadi berkat (Kejadian 12:2). Kemenangan ini menunjukkan bahwa Abram sudah menjadi besar, bahkan lebih besar daripada banyak raja pada masa itu. Allah menggunakan Abram untuk menjadi saluran berkat, khususnya bagi penduduk Sodom di mana Lot tinggal.

3. Pelajaran tentang Kebesaran

Kisah ini mengajarkan bahwa kebesaran sejati tidak terletak pada jabatan atau status yang diberikan oleh masyarakat, tetapi pada apa yang Allah berikan dan bagaimana kita digunakan sebagai saluran berkat bagi orang lain.

- Bukan Kebesaran yang Diberikan Manusia: Kebesaran yang paling penting bagi kita seharusnya bukan jabatan atau status yang diberikan oleh masyarakat. Jabatan dan status duniawi bersifat sementara dan dapat berubah seiring waktu.

- Kebesaran yang Allah Berikan: Yang lebih penting adalah kebesaran yang datang dari Allah. Allah memberikan kebesaran yang sejati sesuai dengan rencana-Nya dan bagaimana kita dapat menjadi alat-Nya untuk membawa berkat bagi orang lain.

4. Menjaga Fokus pada Allah

Sebagai orang percaya, kita harus menjaga fokus kita pada Allah dan kehendak-Nya. Kebesaran yang Allah berikan sering kali tidak sesuai dengan standar dunia, tetapi memiliki nilai yang kekal.

- Tidak Terpaku pada Status Dunia: Kita tidak boleh terlalu terpaku pada status atau nama yang mungkin orang lain berikan kepada kita. Status ini bisa berubah dan tidak selalu mencerminkan nilai sejati kita di hadapan Allah.

- Mencari Kebesaran dari Allah: Kita harus berdoa agar Allah memberi kita kebesaran yang sejati, sesuai dengan apa yang Dia ingin kita lakukan. Kebesaran yang datang dari Allah membawa berkat bagi kita dan orang-orang di sekitar kita.

5. Doa untuk Kebesaran yang Sejati

Berdoalah agar Allah memberikan kita kebesaran yang sejati, yang bukan berdasarkan penilaian manusia tetapi sesuai dengan kehendak-Nya. Mintalah kekuatan dan kebijaksanaan untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, sebagaimana Abram menjadi berkat bagi banyak orang melalui tindakan dan keimanannya.

Kisah Abram dan kemenangan melawan pasukan gabungan dari beberapa kota mengajarkan kita tentang pentingnya kebesaran yang datang dari Allah. Kebesaran sejati bukanlah tentang status atau jabatan yang diberikan oleh manusia, tetapi tentang bagaimana Allah menggenapi rencana-Nya melalui kita. Sebagai orang percaya, kita harus fokus pada Allah dan berusaha untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain, sambil menerima kebesaran yang diberikan Allah dengan penuh syukur dan kerendahan hati.


Share:

Jangan Selalu Ikuti Apa yang Kita Lihat


Kisah Abram (kemudian dikenal sebagai Abraham) dan Lot memberikan pelajaran penting tentang bahaya hidup berdasarkan apa yang kita lihat daripada berdasarkan iman dan petunjuk dari Allah. Kisah ini menyoroti bahwa keputusan yang diambil berdasarkan penampilan luar sering kali bisa menuntun pada konsekuensi yang menghancurkan. 

    1. Keadaan yang Mendorong Pilihan Lot

Allah memberkati Abram dan Lot dengan kekayaan yang besar, terutama dalam bentuk ternak yang berlimpah. Namun, berkah ini juga menimbulkan masalah baru: persaingan untuk lahan penggembalaan. Karena sumber daya yang terbatas, konflik mulai muncul antara para gembala Abram dan Lot (Kejadian 13:1-7). Untuk menghindari perselisihan, Abram dengan murah hati memberikan pilihan pertama kepada Lot mengenai wilayah yang ingin ditempati.

- Keputusan Lot Berdasarkan Penglihatan: Lot memilih lembah Yordan yang subur setelah melihatnya dengan mata kepala sendiri, sebuah daerah yang tampaknya lebih menguntungkan secara ekonomi (Kejadian 13:10-11). Dia tidak memikirkan kemungkinan moral dan spiritual dari pilihannya ini, hanya berfokus pada potensi kesuburan tanah tersebut.

    2. Konsekuensi dari Pilihan Lot

Setelah memilih lembah Yordan, Lot kemudian berkemah di dekat kota Sodom, yang terkenal dengan kejahatannya (Kejadian 13:12-13). Keputusan ini ternyata menjadi awal dari berbagai kesulitan yang harus dihadapinya:

- Pindah ke Sodom: Awalnya Lot tinggal di "dekat" Sodom, tetapi kemudian dia pindah untuk "tinggal" di dalam kota yang penuh dosa ini (Kejadian 14:12). Keputusan ini memperlihatkan kecenderungan Lot untuk mengabaikan tanda-tanda peringatan demi keuntungan material.  

- Kehancuran Sodom: Pada akhirnya, Sodom dihancurkan oleh Allah karena kejahatan penduduknya (Kejadian 19:24-25). Lot harus melarikan diri dan kehilangan segala miliknya. Dia hanya bisa menyelamatkan dirinya dan kedua putrinya (Kejadian 19:30). 

    3. Perbedaan Antara Hidup Berdasarkan Iman dan Penglihatan

- Hidup Berdasarkan Penglihatan: Lot mewakili seseorang yang membuat keputusan hidup berdasarkan apa yang terlihat secara kasat mata, mengejar keuntungan materi tanpa mempertimbangkan dampak moral dan spiritual. Keputusan ini sering kali membawa pada kesulitan dan penyesalan jangka panjang.

- Hidup Berdasarkan Iman: Sebaliknya, hidup berdasarkan iman berarti mempercayakan diri pada petunjuk Allah, bahkan ketika hasilnya tidak terlihat jelas atau langsung. Iman adalah "bukti dari segala sesuatu yang tidak dilihat" (Ibrani 11:1). Ini berarti kita harus percaya pada Allah dan petunjuk-Nya, bukan hanya pada apa yang tampak menguntungkan atau mudah di mata kita.

    4. Pelajaran untuk Hidup Kita

- Tidak Terjebak Penampilan: Kisah Lot adalah peringatan untuk tidak selalu mengikuti apa yang terlihat baik di permukaan. Apa yang tampaknya menguntungkan bisa jadi menuntun pada kehancuran. Kita harus berhati-hati agar tidak tergoda oleh penampilan luar atau keuntungan sementara.

- Meminta Bimbingan Allah: Sebagai orang percaya, kita harus selalu mencari bimbingan dari Allah dalam membuat keputusan, terutama keputusan besar yang akan mempengaruhi masa depan kita. Ini berarti melibatkan doa dan pencarian kehendak Allah, serta tidak terburu-buru dalam mengambil keputusan berdasarkan penampilan luar saja.

- Memprioritaskan Kehidupan Spiritual: Keputusan yang didasarkan pada pertimbangan spiritual dan moral, meskipun mungkin tidak selalu tampak menguntungkan secara materi, akan membawa berkat dan kedamaian yang sejati. Kehidupan spiritual harus menjadi prioritas utama dalam setiap keputusan kita.

    5. Doa dan Kesimpulan

Mari kita berdoa agar Bapa di Surga memampukan kita untuk hidup berdasarkan iman, bukan hanya berdasarkan apa yang terlihat saja. Semoga kita selalu diberikan kebijaksanaan untuk memahami dan memilih jalan yang sesuai dengan kehendak-Nya, meskipun jalan itu mungkin tidak selalu tampak menguntungkan atau mudah di mata dunia. 

Kisah Lot adalah peringatan penting bagi kita untuk tidak selalu mengikuti apa yang terlihat menguntungkan di mata kita. Sebagai orang percaya, kita harus hidup berdasarkan iman, mempercayakan diri sepenuhnya kepada Allah, dan memilih jalan yang sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan demikian, kita akan menghindari kesalahan yang dapat menghancurkan dan menjalani kehidupan yang diberkati oleh Tuhan.

Share:

Keyakinan pada Pemeliharaan Allah

Musa memasukkan kisah Abram untuk menyoroti relevansi pemeliharaan Allah bagi Abram dengan pemeliharaan Allah bagi umat yang keluar dari Mesir.

Terlihat paralel antara kondisi Abram dan umat di Mesir. Pertama, seperti Abram pergi ke Mesir karena kelaparan (10), keturunan Yakub juga berada di Mesir karena kelaparan pada zaman Yusuf. Kedua,Allah mengirimkan tulah kepada Firaun dan keluarganya (17), sebagaimana juga Allah mengirimkan sepuluh tulah kepada Mesir pada zaman Musa. Ketiga, karena tulah yang Allah berikan, Firaun melepaskan Sarai dan Abram pergi dengan banyak kekayaan (20), sebagaimana karena sepuluh tulah, Firaun melepaskan Israel (keturunan Sarai) dengan kekayaan (Kel. 12:35).

Musa mencantumkan kisah ini untuk menyatakan bahwa sebagaimana Allah menuntun Abram dari Mesir ke Kanaan, demikian juga Allah yang telah membawa umat keluar dari Mesir pasti akan menuntun mereka ke Kanaan.

Mengapa Musa menekankan pemeliharaan Allah? Umat merasa telah melakukan kesalahan dengan keluar dari Mesir. Berulang kali mereka berkata: "Apakah tidak ada kuburan di Mesir sehingga engkau membawa kami untuk mati di padang gurun ini?" (Kel. 14:11). Melalui apa yang sudah Allah lakukan kepada Abram, Musa ingin meyakinkan umat untuk percaya kepada pemeliharaan Allah dan mengikuti tuntunan-Nya sampai mereka tiba di Kanaan.

Ketika membaca suatu bagian dalam Alkitab, penting untuk memahami tujuan penulisnya. Jika tidak, kita mungkin fokus pada tema yang salah. Penekanan dalam bagian ini bukanlah tentang kebohongan Abram, melainkan pemeliharaan Allah bahkan saat Abram berbohong. Abram belum lama mengenal Allah, dan karena itu, Allah ingin menunjukkan kepada Abram bahwa Ia mampu memelihara Abram dalam situasi apa pun.

Share:

Nama Masyhur dari Allah

 Kejadian 12:1-9  memberikan kita wawasan mendalam tentang bagaimana Allah berinteraksi dengan Abram (kemudian dikenal sebagai Abraham), dan bagaimana Allah berjanji untuk membuat namanya masyhur. Ini memberikan kontras yang tajam dengan tindakan manusia di masa sebelumnya yang mencari nama besar melalui cara-cara yang tidak dikehendaki Allah.

1.  Keturunan Ular dan Pencarian Nama 

Keturunan ular, seperti yang dijelaskan dalam kehidupan Kain, memiliki beberapa karakteristik utama:

-  Kekerasan dan Pembunuhan:  Kain membunuh saudaranya Habel, menunjukkan permusuhan yang mendalam terhadap keturunan perempuan (Kejadian 4:8).

-  Mendirikan Kota:  Kain mendirikan kota dan menamainya dengan nama anaknya, menunjukkan kecenderungan untuk menciptakan warisan yang berpusat pada diri sendiri (Kejadian 4:17).

-  Mencari Nama:  Dalam Kejadian 11:4, manusia di Menara Babel ingin membangun sebuah kota dengan menara yang puncaknya mencapai langit untuk membuat nama mereka terkenal. Ini menunjukkan upaya manusia untuk mencari kemuliaan sendiri dan menentang perintah Allah untuk tersebar dan memenuhi bumi.

2.  Allah Membuat Nama Abram Masyhur 

Dalam Kejadian 12:2, Allah berjanji kepada Abram bahwa Ia akan membuat namanya masyhur:

-  Janji yang Berasal dari Allah:  Berbeda dengan usaha manusia di Menara Babel yang ingin mencari kemuliaan sendiri, janji untuk membuat nama masyhur datang langsung dari Allah. Ini menunjukkan bahwa kehormatan dan kemuliaan yang sejati datang dari Tuhan, bukan dari upaya manusia sendiri.

-  Konteks yang Kudus:  Setelah menerima panggilan dari Tuhan, Abram mematuhi perintah-Nya dan pergi ke tanah Kanaan. Di sana, ia membangun mezbah bagi Tuhan dan “memanggil nama TUHAN” (Kejadian 12:8). Tindakan ini menunjukkan fokus Abram pada penyembahan dan ketundukan kepada Allah, bukan pada pencarian kemuliaan pribadi.

3.  Memanggil Nama TUHAN vs. Mencari Nama Sendiri 

-  Keturunan Ular:  Keturunan ular, seperti Kain dan pembangun Menara Babel, berusaha mencari nama mereka sendiri dan mendirikan kota sebagai simbol kekuasaan dan ketenaran mereka.

-  Keturunan Perempuan:  Sebaliknya, keturunan perempuan, yang diwakili oleh Abram dan keturunan Set, memanggil nama TUHAN. Mereka fokus pada hubungan yang benar dengan Tuhan dan mencari kehormatan yang berasal dari-Nya, bukan dari upaya mereka sendiri (Kejadian 4:26).

4.  Nama dan Kehendak Allah 

-  Tidak Menentang Nama yang Masyhur:  Allah tidak menentang manusia memiliki nama yang masyhur, tetapi cara dan alasan di balik pencapaian nama itulah yang penting. Kehormatan yang sejati diberikan oleh Allah kepada mereka yang setia kepada-Nya dan yang memanggil nama-Nya dengan benar.

-  Fokus pada Memuliakan Allah:  Sebagai orang percaya, tugas utama kita adalah memuliakan Bapa di Surga (Matius 5:16). Kehidupan kita seharusnya mencerminkan kemuliaan Tuhan dan kita harus berusaha untuk memanggil nama-Nya dalam segala sesuatu yang kita lakukan. Kehormatan dan nama besar akan diberikan oleh Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya, bukan karena kita mencarinya dengan ambisi pribadi.

5.  Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari 

-  Mengutamakan Kehendak Allah:  Kita harus fokus pada kehendak Allah dalam hidup kita, bukan pada mencari kemuliaan atau nama besar bagi diri kita sendiri. Hal ini berarti kita harus berusaha untuk taat kepada Tuhan dan mengikuti jalan-Nya, seperti yang dilakukan oleh Abram.

-  Menjaga Kerendahan Hati:  Kita harus tetap rendah hati dan menyadari bahwa segala kehormatan yang kita terima datang dari Allah. Oleh karena itu, kita harus bersyukur atas segala yang telah diberikan-Nya dan menggunakan setiap kesempatan untuk memuliakan nama-Nya.

-  Memuliakan Tuhan dalam Segala Hal:  Setiap aspek hidup kita harus diarahkan untuk memuliakan Tuhan. Ini termasuk pekerjaan kita, hubungan kita, dan bagaimana kita melayani orang lain. Dengan fokus ini, kita dapat hidup dengan penuh integritas dan kesetiaan, mengetahui bahwa Tuhan yang berkuasa atas segala sesuatu akan memberikan kita nama yang sesuai dengan kehendak-Nya.

Kejadian 12:1-9  mengajarkan kita bahwa kehormatan dan kemuliaan yang sejati datang dari Allah. Sebagai orang percaya, kita harus fokus pada memuliakan nama Tuhan, bukan mencari nama besar bagi diri kita sendiri. Melalui ketundukan dan kesetiaan kepada Tuhan, kita dapat menjalani kehidupan yang berkenan kepada-Nya dan menerima nama yang sesuai dengan kehendak-Nya. Dengan demikian, hidup kita akan menjadi kesaksian bagi dunia tentang kuasa dan kasih Tuhan yang besar.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.