Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Penderitaan Sudah di Depan Mata

.
Firman Tuhan mengajarkan kerendahan hati seperti anak kecil, agar kita layak menerima Kerajaan Allah dan hidup dalam iman yang murni.

Yesus untuk ketiga kalinya memberitahukan kepada murid-murid-Nya tentang penderitaan yang akan Ia alami: ditangkap, dihina, dicambuk, dibunuh, tetapi pada hari ketiga Ia akan bangkit. Namun, murid-murid tidak mengerti maksud Yesus. Pikiran mereka masih terpaku pada harapan duniawi—tentang kuasa, kejayaan, dan kebesaran Yerusalem.

Yesus berjalan menuju Yerusalem dengan penuh kepastian, sementara murid-murid berjalan bersama-Nya tanpa benar-benar memahami. Inilah sering kali gambaran kita juga: kita mengikut Yesus, tetapi pikiran kita tidak searah dengan-Nya. Kita berharap kemudahan, berkat, dan kemenangan, tetapi lupa bahwa salib adalah bagian dari perjalanan iman.

Refleksi

Penderitaan adalah kenyataan yang tidak bisa dihindari ketika kita setia pada Kristus. Namun, kabar baiknya: penderitaan bukan akhir. Kebangkitan Yesus menjadi jaminan bagi kita bahwa kesetiaan tidak sia-sia.

Pertanyaannya:
👉 Apakah kita tetap mau berjalan bersama Yesus meski harus melewati jalan penderitaan?
👉 Apakah kita rela meninggalkan cara berpikir kita sendiri untuk mengikuti jalan dan kehendak-Nya?

Doa Penutup

“Tuhan Yesus, ajarilah kami untuk tidak takut berjalan bersama-Mu, meski ada penderitaan dan salib yang harus kami pikul. Ingatkan kami bahwa kebangkitan-Mu adalah jaminan kemenangan kami. Kuatkan hati kami supaya setia hingga akhir. Dalam nama-Mu kami berdoa. Amin.”

Share:

Kuputuskan Mengikut Yesus

Kuputuskan mengikut Yesus adalah langkah iman sejati. Firman Tuhan menuntun kita setia, taat, dan hidup bagi kemuliaan-Nya sampai akhir.
(Lukas 18:28–30)

Setelah perjumpaan Yesus dengan seorang pemimpin yang kaya, Petrus angkat bicara: “Kami telah meninggalkan apa yang kami miliki dan mengikut Engkau” (ayat 28). Menurut Petrus dan teman-temannya, mereka memang sudah meninggalkan pekerjaan, rumah, dan keluarganya demi mengikuti Yesus. Walau mereka bukan orang kaya, mereka merasa sudah berkorban banyak.

Yesus memahami isi hati murid-murid-Nya. Ia pun menjawab: “Setiap orang yang karena Kerajaan Allah meninggalkan rumah, istri, saudara, orang tua, atau anak-anaknya, akan menerima kembali berlipat ganda pada masa ini, dan pada zaman yang akan datang ia akan menerima hidup yang kekal” (ayat 29–30).

Refleksi

Mengikut Yesus berarti keputusan besar yang menuntut pengorbanan. Tidak selalu soal meninggalkan harta, tapi juga kesediaan mengubah cara hidup, pola pikir, karakter, kebiasaan, bahkan kenyamanan kita. Mengikut Yesus bukan untuk mencari keuntungan pribadi, melainkan karena kita sungguh-sungguh merindukan Kerajaan Allah.

Kadang kita berpikir: “Apakah pengorbananku sia-sia?” Yesus menegaskan bahwa tidak ada satu pun pengorbanan yang sia-sia. Mungkin kita tidak menjadi kaya raya, tetapi kita diberi berkat rohani: damai sejahtera, penghiburan, kekuatan, komunitas iman, dan yang terpenting: hidup kekal.

Aplikasi

  • Mengikut Yesus bukan sekadar ucapan, melainkan komitmen hidup.

  • Kita diajak meneladani kerendahan hati, kesederhanaan, dan pengorbanan Yesus.

  • Keputusan untuk mengikut Yesus menuntut kita siap menghadapi penderitaan demi kebenaran, tetapi juga mengingatkan kita bahwa janji Allah pasti: hidup kekal.

Doa Penutup

“Ya Tuhan Yesus, terima kasih karena Engkau memanggil kami untuk mengikut Engkau. Ajarlah kami agar setia, bukan hanya dengan mulut, tetapi dengan seluruh hidup kami. Tolong kami meninggalkan kelekatan pada harta, ego, atau kenyamanan yang menjauhkan kami dari-Mu. Berilah kami hati yang berani memikul salib, meneladani pengorbanan-Mu, dan yakin bahwa mengikut Engkau tidak pernah sia-sia. Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa. Amin.”

Share:

Pujian Ibadah GKKK Tepas | 21 September 2025

Share:

Banyak Harta, Salahkah?

Banyak harta bukanlah dosa, namun firman Tuhan menegur agar hati tidak terpaut padanya, melainkan setia dan mengutamakan Kerajaan Allah.
Lukas 18:18–25

Lubang jarum adalah sebuah nama pintu gerbang yang sangat kecil di Yerusalem. Hanya seekor unta yang bisa lewat, itu pun tanpa muatan. Jika seseorang ingin masuk melalui pintu ini, ia harus melepaskan semua barang bawaannya agar dapat masuk ke dalam.

Tuhan Yesus berkata, “Alangkah sukarnya orang yang memiliki banyak harta masuk ke dalam Kerajaan Allah. Sebab, lebih mudah seekor unta masuk melalui lubang jarum daripada seorang kaya masuk ke dalam Kerajaan Allah” (ay. 24–25). Perkataan ini disampaikan-Nya setelah seorang pemimpin muda yang kaya datang dan bertanya bagaimana memperoleh hidup kekal (ay. 18). Ia mengaku telah melakukan semua perintah Allah sejak masa mudanya (ay. 21).

Namun Yesus berkata, “Tinggal satu kekuranganmu: Juallah segala yang kaumiliki dan bagikanlah kepada orang miskin, maka engkau akan memiliki harta di surga. Kemudian datanglah, ikutlah Aku” (ay. 22). Mendengar ini, pemimpin itu menjadi sedih. Ia tidak siap melepaskan hartanya, mungkin karena ia bekerja keras untuk mendapatkannya.

Sering kali kita pun menilai kesuksesan dari banyaknya harta. Tidak kaya berarti tidak sukses. Maka banyak orang mengejar kekayaan demi gengsi dan harga diri. Celakanya, kekayaan bisa menjadi “tuan” yang membuat kita bergantung padanya, bukan pada Tuhan.

Padahal, kekayaan bukan dosa—tetapi menjadi masalah ketika kita mencintainya lebih dari Tuhan, atau menahannya hanya untuk diri sendiri. Kekayaan adalah titipan, bukan tujuan akhir. Tuhan ingin kita berbagi: menolong orang yang kekurangan, mendukung pelayanan, dan menjadi saluran berkat bagi sesama.

💭 Refleksi:
Maukah kita melepaskan genggaman kita atas harta dan mempercayakan hidup sepenuhnya pada Tuhan? Apakah kita menjadikan harta sebagai tujuan, atau sebagai sarana untuk memuliakan Tuhan dan menolong sesama?

📌 Ingat:
Yang Tuhan cari bukan banyaknya harta kita, tetapi hati yang rela. Sukses sejati bukan tentang berapa yang kita kumpulkan, tetapi tentang berapa yang kita berikan dengan kasih.

Doa Penutup

Tuhan Yesus yang penuh kasih,
Terima kasih atas segala berkat dan kecukupan yang telah Engkau percayakan dalam hidup kami. Ajari kami agar tidak menggenggam harta dunia ini terlalu erat, tetapi memakai semua yang kami miliki untuk memuliakan nama-Mu dan menolong sesama.
Lunakkan hati kami agar tidak sombong karena kekayaan, tetapi rendah hati dan murah hati.
Tolong kami agar tidak menjadikan harta sebagai tuan, melainkan hanya Engkau satu-satunya Tuhan dalam hidup kami.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa.
Amin.

Share:

Ada Apa dengan Anak Kecil?

Firman Tuhan mengajarkan kerendahan hati seperti anak kecil, agar kita layak menerima Kerajaan Allah dan hidup dalam iman yang murni.
(Lukas 18:15–17)

Seorang ibu menggendong anak kecilnya naik bus pulang ke rumah. Ketika kernet menghitung penumpang, ia berkata, "Anaknya dipangku saja ya Bu, bebas tiket." Umumnya, anak kecil sering dianggap lemah, belum mengerti apa-apa, masih bergantung pada orang tua, belum dianggap penting dalam lingkungan sosial, bahkan kehadirannya tidak dihitung.

Ketika orang-orang membawa anak-anak kecil kepada Yesus, murid-murid-Nya memarahi orang-orang itu (ay.15). Alasannya, Yesus sudah lelah karena sepanjang hari berjalan dan mengajar tentang Kerajaan Allah, sedangkan anak-anak itu belumlah mengerti tentang pengajaran Yesus. Biarlah nanti orang dewasa yang mengajarkannya kepada anak-anak mereka masing-masing. Tidak harus Yesus yang turun tangan mengajar anak kecil. Sekarang, jangan halangi Yesus dalam perjalanan-Nya.

Melihat perbuatan murid-murid-Nya itu, Yesus memanggil orang-orang yang membawa anak-anak itu dan berkata, "Biarkanlah anak-anak itu datang kepada-Ku, dan jangan halang-halangi mereka, sebab orang-orang seperti inilah yang memiliki Kerajaan Allah" (ay.16). Sepertinya Yesus tidak mengindahkan perbuatan murid-murid-Nya, Dia mengajar mereka dengan menyuruh orang-orang itu membawa anak-anak kepada-Nya. Lalu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "... Siapa saja yang tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya" (ay.17). Bagi Yesus anak-anak itu sangat berharga, bukan penghalang untuk menyatakan Kerajaan Allah. Mereka berhak mendapatkan berkat Yesus dan harus dihitung keberadaannya.

Ada dua anggapan orang dewasa terhadap anak-anak, menganggap penting dan menganggap tidak penting. Namun, Yesus menunjukkan kepada kita pentingnya menyambut Kerajaan Allah seperti anak-anak itu. Anak-anak memiliki karakter jujur, polos, mudah berteman, dan mudah mengampuni. Gambaran Kerajaan Allah itu mau berteman dengan siapa saja, rela mengampuni, dan hidup damai. Kita pun dapat meneladan orang-orang yang membawa anak-anak kepada Yesus.


Doa Penutup

Tuhan yang penuh kasih,
terima kasih karena Engkau mengasihi anak-anak kecil
dan menegaskan bahwa mereka pun berharga di mata-Mu.

Ajarlah kami memiliki hati yang jujur, polos, dan penuh kasih seperti anak-anak,
agar kami dapat menyambut Kerajaan-Mu dengan rendah hati
dan hidup dalam damai sejahtera bersama sesama.

Dalam nama Yesus Kristus kami berdoa.
Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.