![]() |
"Fanatisme: Garang atau Teduh?" mengajak kita menilai sikap iman lewat firman Tuhan—apakah mencerminkan kasih atau justru menjauhkan dari kebenaran. |
Orang yang fanatik sering kali mudah tersulut emosi. Mereka bisa langsung bertindak anarkis tanpa melakukan klarifikasi, hanya karena merasa "membela Tuhan". Inilah yang dialami oleh Rasul Paulus. Ia dianiaya secara brutal bukan karena kesalahan yang nyata, tetapi karena kesalahpahaman dan hasutan massa (ay. 27–29).
Orang-orang menyangka bahwa Paulus telah membawa Trofimus, seorang bukan Yahudi, ke dalam Bait Allah—padahal tidak! Namun, karena informasi setengah benar ini, Paulus diseret, dipukul, dan dirantai (ay. 30–33). Ironisnya, massa yang menyerangnya pun tidak tahu pasti alasan mereka marah (ay. 34).
🔁 Paulus: Dulu Pelaku, Kini Korban
Sebelum mengalami kekerasan ini, Paulus sendiri pernah menjadi pelaku fanatisme. Dia adalah orang yang paling bersemangat menganiaya jemaat mula-mula, karena dia pikir sedang berbakti kepada Allah (bdk. Kis. 9:4-5). Tapi kemudian, ia disadarkan oleh kasih Kristus dan berbalik arah.
👥 Dua Wajah Umat Beragama
Dari kisah ini kita belajar bahwa umat Tuhan bisa memiliki dua wajah:
-
Wajah Garang
-
Mudah tersinggung atas nama Tuhan.
-
Cepat menghakimi tanpa cinta kasih.
-
Cenderung keras dalam menyikapi perbedaan.
-
Menyalahgunakan semangat agama untuk membenarkan kekerasan.
-
-
Wajah Teduh
-
Lembut dan rendah hati, sekaligus tegas dalam iman.
-
Mampu membedakan antara kebenaran dan emosi pribadi.
-
Menghadirkan damai karena sadar bahwa Allah adalah kasih (1 Yoh. 4:8).
-
Mewujudkan iman melalui sikap pengampunan dan pelayanan.
-
🧠 Fanatisme vs Iman Sejati
Fanatisme sering lahir karena agama dijadikan arena persaingan kesalehan, bukan ruang penerimaan anugerah. Ketika fokus iman bergeser dari Kristus yang penuh kasih kepada ego pembuktian diri, maka kekerasan menjadi hal yang "suci". Padahal, iman sejati menuntun kepada kasih, bukan keributan (lih. Gal. 5:22–23).
💬 Refleksi
Dalam kehidupan beriman kita,
Apakah kita lebih cepat menuduh atau lebih cepat mengasihi?
Apakah kita mendengar suara kasih Allah atau justru amarah dari dalam diri sendiri?
Ingat, Allah tidak memanggil kita untuk menjadi tentara fanatik, tapi menjadi duta kasih-Nya di tengah dunia yang penuh luka.
🙏 Doa
Tuhan, jauhkanlah aku dari semangat fanatisme yang membabi buta. Bentuklah hatiku untuk mencintai-Mu dengan benar, dan mencintai sesama dengan kasih yang sejati. Beri aku hikmat agar tidak menjadi hakim atas orang lain, melainkan pembawa damai dan terang Kristus di mana pun aku berada. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar