Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

🌿 Renungan Harian : " Memperkuat Relasi dengan Allah "

Ilustrasi refleksi iman dan membangun relasi dengan Allah dari Ulangan 12:15-28

Ulangan 12:15-28

Memperkuat Relasi dengan Allah

Ketika kita berbicara tentang relasi dengan Allah, sering kali kita membayangkannya sebagai sebuah perasaan. Padahal, Alkitab menunjukkan bahwa relasi yang benar dibangun melalui ketaatan dan kesungguhan. Itulah yang kembali ditekankan Tuhan dalam bagian ini dari Ulangan 12.

Setelah pada ayat 1–14 Tuhan menegaskan pentingnya menjaga kekudusan ibadah, kini Ia menjelaskan lebih dalam mengenai cara hidup yang menyenangkan hati-Nya. Israel boleh menikmati makanan di kota mereka, tetapi persembahan yang kudus harus dibawa dan dimakan di hadapan Tuhan, di tempat yang Ia tentukan (ayat 15–18). Ibadah bukan sekadar pribadi, tetapi juga komunal—dilakukan bersama keluarga, hamba, dan orang Lewi, dengan sukacita yang mempersatukan mereka dalam hadirat Tuhan.

Peraturan-peraturan ini bukan sekadar ritual, melainkan sarana untuk menjaga hati umat tetap dekat kepada Allah. Tuhan ingin mereka belajar bahwa relasi dengan-Nya dibangun melalui ketaatan yang konkret, bukan hanya perasaan yang hangat sesaat.

Hal yang sama berlaku bagi kita hari ini.
Kita mungkin tidak lagi membawa kurban ke tempat tertentu, tetapi Tuhan tetap memanggil kita untuk membangun hubungan dengan-Nya melalui:

Ketaatan yang konsisten, bukan hanya saat suasana hati kita baik.
Kesucian hidup, yang memisahkan kita dari pola dunia.
Ketekunan, meski imannya diuji.
Kesetiaan, bahkan ketika tidak ada yang melihat.

Relasi dengan Tuhan bertumbuh bukan hanya karena kita sering berdoa, tetapi karena kita belajar menjalani hidup sebagai persembahan yang hidup bagi-Nya—di rumah, di pekerjaan, di pelayanan, maupun dalam kehidupan sehari-hari.

Ketika kita dengan sungguh-sungguh memperkuat hubungan dengan Tuhan, Ia pun memberikan berkat-Nya. Dan berkat itu bukan hanya materi, tetapi kekuatan, hikmat, dan kemampuan untuk menjadi saksi-Nya di mana pun kita ditempatkan.

Hari ini, mari bertanya dengan jujur kepada diri sendiri:
Apakah relasiku dengan Tuhan sedang dikuatkan, atau justru semakin melemah karena kurangnya ketaatan?
Jika lemah, Tuhan tidak menolak kita. Ia justru mengundang kita kembali untuk mendekat dengan hati yang tulus.

Doa Penutup

Ya Tuhan, ajar aku untuk memperkuat relasiku dengan-Mu melalui ketaatan, kesucian, dan kesetiaan. Berikan aku hati yang lembut untuk mengikuti firman-Mu, serta kekuatan untuk hidup sebagai persembahan yang memuliakan nama-Mu. Tuntun aku agar selalu hidup dekat dengan-Mu. Amin.

Share:

Pujian Ibadah GKKK Tepas | 30 November 2025


Lirik
Ku Masuk Ruang Maha Kudus

Kumasuk ruang Maha KudusDengan darah Anak DombaKumasuk dengan hati tulusMenyembah Yang Maha Kuasa
Kumasuk ruang Maha KudusDengan darah Anak DombaKumasuk dengan hati tulusMenyembah Yang Maha Kuasa
Kumenyembah—MuKusembah—MuKumenyembah—MuKusembah—Mu
S'bab nama—Mu kudusKudus, TuhanS'bab nama—Mu kudusKudus, TuhanKumasuk ruang Maha Kudus
Dengan darah Anak Domba
Kumasuk dengan hati tulusMenyembah Yang Maha KuasaKumenyembah—Mu
Kusembah—MuKumenyembah—MuKusembah—MuS'bab nama—Mu kudus
Kudus, TuhanS'bab nama—Mu kudusKudus, TuhanKumenyembah—Mu
Kusembah—MuDan kumenyembah—Mu, yea yeahKusembah—MuS'bab nama—Mu kudusKudus, Tuhan
Oh, s'bab nama—Mu kudusKau kudus, TuhanS'bab nama—Mu kudusKudus, TuhanS'bab nama—Mu kudus
Kudus, Tuhan

Ingat KasihNya

Begitu besar kasihMu BapaKau b'rikan anakMu yang tunggalDi saat aku percayaKasih menyelamatkanku
Bukan sebagai hakim duniaTapi peny'lamat yang berkorbanUntuk diriku Kau tebuskuKasih menyelamatkanku
Ingat kasihNya yang mengubah hidupkuIngat kasihNya yang selalu adaKasih Yesus kasih Yesus bagikuIngat bilurNya yang sembuhkan lukakuIngat salibNya yang menebus akuKasih Yesus kasih Yesus bagiku
Hanya kasihmu Tuhan hu hu
Begitu besar kasihMu BapaKau b'rikan anakMu yang tunggalDi saat aku percayaKasih menyelamatkanku
Bukan sebagai hakim duniaTapi peny'lamat yang berkorbanUntuk diriku Kau tebuskuKasih menyelamatkanku
Ingat kasihNya yang mengubah hidupkuIngat kasihNya yang selalu adaKasih Yesus kasih Yesus bagikuIngat bilurNya yang sembuhkan lukakuIngat salibNya yang menebus akuKasih Yesus kasih Yesus bagiku
KasihMu bebaskankuLepaskan dari belenggu dosakuDarahMu sucikankuHanya YesusHanya Yesus
KasihMu bebaskankuLepaskan dari belenggu dosakuDarahMu sucikankuHanya YesusHanya Yesus
Ingat kasihNya yang mengubah hidupkuIngat kasihNya yang selalu adaKasih Yesus kasih Yesus bagikuIngat bilurNya yang sembuhkan lukakuIngat salibNya yang menebus akuKasih Yesus kasih YesusKasih Yesus kasih YesusKasih Yesus kasih YesusBagiku

Tuhan Selalu Menolongku

Musim akan selalu bergantiKasih Tuhan tetap abadiTak akan berubah, sampai selamanyaKu tetap percaya
Kuyakin Tuhan memberkatiKu yajin Tuhan melindungiBurung di udara Tuhan peliharaKarena kasih-Nya.
Tuhan selalu menolongkuSelalu menjagakuSehelai di rambutkuTak akan terjatuh tanpa seizin-Mu.
Tuhan selalu menolongkuSelalu menjagakuDia mengenyangkanku dan peliharakuSeumur hidupkuwo-wo oo hu wo-wo i-ye
Tuhan selalu menolongkuSelalu menjagakuSehelai di rambutkuTak akan terjatuh tanpa seizin-Mu
Tuhan selalu menolongkuSelalu menjagakuDia mengenyangkanku dan peliharakuSeumur hidupku
Dia mengenyangkanku dan peliharakuSeumur hidupkuha-aa ha-ya

Terhubung

Kasih-Mu layakkan s'luruh hidupkuMampukan ku melakukan yang Kau inginkan
Tak bisa ku terlepasKau menggenggam tangankuIngin lebih mengenal pribadi-Mu
Ku terhubung dengan-MuS'lalu melekat di hati-MuFirman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atasku
Kasih-Mu layakkan s'luruh hidupkuMampukan ku melakukan yang Kau inginkan (yang Kau inginkan)
Tak bisa ku terlepas (aku tak bisa)Kau menggenggam tangankuIngin lebih mengenal pribadi-Mu
Ku terhubung dengan-Mu (dengan-Mu)S'lalu melekat di hati-Mu (di hati-Mu)Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atas
Ku terhubung dengan-Mu (dengan-Mu)S'lalu melekat di hati-Mu (di hati-Mu)Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atasku
Hm, ooh-hoo-uuh-uuuTak mau ku terpisahkan dari-MuAku tak bisa apa-apa tanpa-MuOoh-uu-oohBawaku lebih dekat, lebih dalam lagi, huu-hoo-hoo
Ku terhubung dengan-Mu, Tuhan (terhubung dengan-Mu)S'lalu melekat di hati-Mu (di hati-Mu)Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atas
Ku terhubung dengan-MuS'lalu melekat di hati-Mu (di hati-Mu)Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atasku
Firman-Mu, itulah dasar hidupkuYang berdaulat atasku

Berkat Anak Cucu

Begitu besar kasih Allah pada kitaDiberkatilah anak cucu kita di mana-manaTuhan mengubah miskin dan menjadikan kayaDia merendahkan dan meninggikan juga
Berbahagialah bagi orang yang percayaAnak cucunya pasti tidak akan meminta-mintaKarna Allah menggenapi firmanNyaTiada yang mustahil bagi orang percaya
Begitu besar kasih Allah pada kitaDiberkatilah anak cucu kita di mana-manaTuhan mengubah miskin dan menjadikan kayaDia merendahkan dan meninggikan juga
Berbahagialah bagi orang yang percayaAnak cucunya pasti tidak akan meminta-mintaKarna Allah menggenapi firmanNyaTiada yang mustahil bagi orang percaya
Share:

🌿 Renungan Harian - Menjaga Kesucian Hidup sebagai Ibadah

Ilustrasi ibadah dan kekudusan hidup berdasarkan Ulangan 12:1-14.

Ulangan 12:1-14

Menjaga Kesucian Hidup sebagai Ibadah

Ada kalanya kita mengambil keputusan untuk meninggalkan hidup lama—hidup yang penuh dengan pola dan kebiasaan yang menjauhkan kita dari Tuhan. Namun pertanyaannya: apakah kita sungguh menjaga komitmen itu? Renungan hari ini dari Ulangan 12 mengajak kita kembali menata hati dan hidup di hadapan Tuhan.

Dalam bagian ini, Tuhan memberikan Israel ketetapan yang harus dijalani dengan setia. Melalui ketetapan itu, Allah mengingatkan bahwa menjaga kesucian hidup bukanlah sesuatu yang dilakukan setengah hati. Ada empat hal besar yang Ia minta dari umat-Nya:

  1. Menghancurkan segala bentuk berhala yang bisa merebut hati mereka (ayat 1-3).

  2. Menyembah TUHAN saja, satu-satunya Allah yang hidup (ayat 4-7).

  3. Meninggalkan kebiasaan-kebiasaan lama, hidup yang berpusat pada diri sendiri dan dosa (ayat 8-12).

  4. Menjaga kekudusan ibadah, agar ibadah benar-benar menjadi persembahan yang berkenan kepada Tuhan (ayat 13-14).

Israel tidak mungkin melakukan semua ini tanpa komitmen, ketekunan, dan kesabaran. Tetapi ketika mereka taat, hidup mereka menjadi ibadah yang sejati di hadapan Allah.

Dan sekarang, Tuhan bertanya hal yang sama kepada kita:
Apakah kita sudah sungguh-sungguh meninggalkan kebiasaan lama yang tidak sesuai dengan firman-Nya?
Ataukah kita masih membiarkannya hidup, memengaruhi pilihan, pikiran, bahkan ibadah kita?

Menjaga kesucian hidup membutuhkan:
Keberanian untuk meninggalkan yang lama.
Ketekunan untuk tetap taat ketika godaan datang.
Hati yang fokus pada kebaikan Tuhan, agar kita terus ingat siapa yang kita layani.

Ketika hati kita tertuju pada kasih dan kebaikan Tuhan, perintah-perintah-Nya bukan lagi beban, tetapi menjadi bentuk ibadah yang indah. Kita belajar menjalani kekudusan bukan karena terpaksa, tetapi karena rindu menyenangkan hati-Nya.

Kiranya kita terus belajar, terus bertumbuh, dan tidak menyerah dalam menjaga kekudusan hidup sebagai ibadah sejati kepada Tuhan.

Doa Penutup

Tuhan, ajar aku untuk hidup suci dan tulus di hadapan-Mu. Berikan aku keberanian meninggalkan kebiasaan lamaku, dan berilah ketekunan untuk taat pada firman-Mu setiap hari. Jadikan hidupku sebuah ibadah yang memuliakan nama-Mu. Amin.

Share:

Renungan Harian : Setia Menjaga Perintah Allah

🙏 Setia Menjaga Hati: Kunci Kehidupan yang Melimpah

Ulangan 11:8-32

Seringkali, saat badai kesulitan menerpa atau ketika semangat hidup meredup, kita cenderung menyalahkan keadaan. Namun, firman Tuhan dari Ulangan hari ini mengingatkan kita dengan lembut namun tegas: kesulitan seringkali berakar dari kelalaian kita dalam menjaga perintah-Nya.

Bagi umat Israel kuno—dan bagi kita hari ini—kunci untuk menikmati janji dan berkat Tuhan bukanlah pada kekuatan kita sendiri, melainkan pada kesetiaan yang tulus. Tuhan merindukan kita untuk:

  1. Mengingat Perjanjian-Nya: Tidak pernah melupakan janji dan kasih-Nya.

  2. Menjaga Perintah-Nya: Menjadikan Firman-Nya pedoman mutlak dalam setiap keputusan.

  3. Menjauhi Berhala Duniawi: Tidak menggantikan-Nya dengan ambisi, harta, atau kepentingan fana.

Singkatnya, kesetiaan adalah mata uang surga. Di dalamnya terletak berkat, kekuatan, dan kemampuan kita untuk menjadi saluran kasih-Nya bagi sesama.

Ambillah waktu sejenak dan tarik napas dalam.

  • Jujur di Hadapan Tuhan: Kapan terakhir kali saya merasa jauh atau lesu? Apakah itu mungkin karena saya telah tanpa sadar mengganti Tuhan dengan "berhala" modern—pekerjaan, uang, hiburan, atau validasi dari orang lain?

  • Arah Kompas: Apakah perintah Tuhan masih menjadi kompas utama yang menentukan arah hidup saya, ataukah saya membiarkannya hanyut oleh arus kepentingan pribadi dan tekanan duniawi?

  • Pilihan Hari Ini: Berkat dan kutuk berada di hadapan kita. Pilihan kita untuk taat atau lalai menentukan jalan mana yang kita injak. Berkat sejati datang bukan dari apa yang kita dapatkan, tetapi dari hubungan yang utuh dengan Sumber Berkat itu sendiri.

Marilah kita tidak hanya membaca, tetapi juga melakukan. Jangan biarkan hati kita keras.

Tindakan Harian: Pilih satu area dalam hidup Anda hari ini—mungkin cara Anda menggunakan waktu, cara Anda berbicara, atau cara Anda menghadapi godaan—dan putuskan untuk menjadikannya bukti nyata dari ketaatan Anda kepada perintah-Nya.

Doa Hati: Ya Bapa yang Mahakasih, aku mengakui bahwa seringkali aku gagal menjaga perintah-Mu. Kepentingan duniawi telah mencuri fokus dan menghancurkan keintiman dengan-Mu.

Aku mohon, karuniakanlah kepadaku kesetiaan dan keteguhan hati yang baru. Bantu aku untuk menjadikan Firman-Mu sebagai pelita kakiku dan kompas jiwaku. Kuatkan aku agar aku tidak menggantikan Engkau dengan apa pun.

Teguhkan hatiku, agar melalui ketaatanku, berkat-Mu melimpah dan aku dapat membagikan kasih-Mu kepada setiap orang yang Engkau tempatkan dalam hidupku. Amin.

Share:

Renungan Harian : " Ingatlah Kebesaran-Nya "

Ingatlah Kebesaran-Nya

Ada masa-masa dalam hidup ketika kita begitu mudah melupakan apa yang telah Tuhan lakukan. Kita sibuk, kita lelah, kita tertekan, dan tanpa sadar hati kita menjauh dari sumber kekuatan sejati. Dalam bagian ini, Musa memanggil Israel—dan juga kita hari ini—untuk tidak lupa akan kebesaran Tuhan yang sudah mereka alami sendiri.

Bangsa Israel bukan hanya mendengar cerita tentang kuasa Allah; mereka menyaksikan dengan mata kepala sendiri bagaimana Tuhan memelihara mereka di padang gurun, melindungi mereka dari bahaya, dan menunjukkan kuasa-Nya melalui perbuatan yang dahsyat (ay. 2–5). Jika mereka pernah ragu, seharusnya pengalaman itu cukup untuk meneguhkan iman mereka.

Namun Musa juga mengingatkan sisi lain dari kebesaran Allah—keadilan-Nya. Pemberontakan Datan dan Abiram bukan sekadar gerakan melawan Musa, tetapi penolakan terhadap Allah sendiri. Tuhan pun bertindak tegas: tanah terbelah dan menelan mereka beserta keluarga dan segala kepunyaannya (ay. 6–7). Sebuah pengingat bahwa Allah yang kita sembah bukan hanya penuh kasih, tetapi juga suci dan layak ditaati.

Bagi kita, pesan ini sangat penting.
Orang yang benar-benar mengenal Tuhan akan terdorong untuk mengasihi, menaati, dan berpegang pada ketetapan-Nya dengan tulus. Mengapa? Karena ia tahu siapa Tuhan itu—besar, setia, adil, dan penuh kuasa.

Mungkin kamu juga punya pengalaman pribadi bersama Tuhan. Saat Ia memeliharamu. Saat Ia menguatkanmu waktu kamu jatuh. Saat Ia membuka jalan yang tidak mungkin. Atau ketika Ia menegurmu dan membawa kamu kembali.

Semua itu bukan sekadar kenangan.
Itu adalah undangan untuk hidup lebih dekat dengan-Nya hari ini.

Ingatlah kebesaran-Nya.
Biarlah ingatan itu menjadi energi baru untuk tetap setia, tetap mengasihi, dan tetap hidup menurut jalan-Nya.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.