Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: Inspirasi Iman
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi Iman. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Inspirasi Iman. Tampilkan semua postingan

Renungan Harian : " Bukan Sekadar Ritual "

Bukan Sekadar Ritual – Ulangan 16

Ulangan 16:1–17

Bukan Sekadar Ritual

Ritual keagamaan sering kali menjadi sesuatu yang kita lakukan secara otomatis. Kita mengikuti alurnya, hadir secara fisik, namun hati kita mungkin tidak sepenuhnya terlibat. Namun, melalui firman hari ini, Tuhan kembali mengingatkan kita bahwa ibadah bukanlah sekadar ritus—melainkan undangan untuk mengingat kasih-Nya dan meresponsnya dengan seluruh hidup.

Dalam Ulangan 16, Tuhan menegaskan tiga hari raya penting bagi Israel, masing-masing membawa makna rohani yang mendalam.

1. Hari Raya Roti Tidak Beragi (1–8)

Perayaan ini mengingatkan Israel akan penderitaan di Mesir dan pembebasan yang Tuhan kerjakan. Roti tak beragi melambangkan kelepasan yang cepat—meninggalkan belenggu dosa dan memulai hidup baru bersama Tuhan.
Perayaan ini adalah ajakan untuk kembali mengingat dari mana kita diselamatkan, dan siapa yang menyelamatkan kita.

2. Hari Raya Tujuh Minggu (9–12)

Ini adalah perayaan panen, sebuah momen untuk bersyukur atas berkat Tuhan. Syukur mereka diwujudkan dengan persembahan yang tulus, sesuai berkat yang diterima masing-masing.
Tuhan ingin mengajar mereka—dan kita—bahwa syukur sejati selalu terlihat dalam tindakan, bukan sekadar kata-kata.

3. Hari Raya Pondok Daun (13–15)

Selama tujuh hari, umat Israel tinggal di pondok-pondok sederhana sebagai pengingat akan penyertaan Tuhan selama di padang gurun. Perayaan ini menjadi waktu untuk bersukacita atas kelimpahan dan pemeliharaan Tuhan yang tidak pernah berhenti.
Yang indah, semua orang—tanpa kecuali—diundang untuk ikut serta, termasuk mereka yang terpinggirkan. Ibadah selalu bersifat merangkul, bukan memisahkan.

Apa artinya bagi kita?

Firman ini mengingatkan bahwa segala bentuk ibadah—liturgi, ritual, kebiasaan rohani—harus selalu kembali pada satu pusat:
Kasih dan karunia Allah yang sudah kita alami.

Setiap ibadah adalah undangan untuk:

  • Mengingat karya keselamatan dalam Kristus

  • Merayakan penyertaan Tuhan dalam perjalanan hidup

  • Menyatakan syukur melalui tindakan nyata

  • Merangkul sesama dalam komunitas yang inklusif

  • Menempatkan Tuhan sebagai pusat setiap persembahan, bukan rutinitas

Pertanyaannya untuk kita hari ini:
Apakah ibadah kita masih lahir dari hati yang menyadari kasih Tuhan, atau sudah berubah menjadi sekadar kebiasaan?

Doa

Tuhan, tolonglah aku agar setiap ibadah yang aku lakukan bukan sekadar ritual belaka. Ajari aku mengingat kasih-Mu, merayakan penyertaan-Mu, dan bersyukur dengan segenap hati. Jadikan hidupku persembahan yang tulus, dan mampukan aku merangkul sesama seperti Engkau telah merangkulku. Dalam nama Yesus aku berdoa. Amin.

Share:

🌿 Renungan Harian : Dialah Allah di Dalam Hidupku

 
“Seseorang berdoa di bawah sinar matahari terbit, melambangkan penyerahan diri dan kesetiaan kepada Allah.”

(Ulangan 4:30–40)

Ketika hidup membawa kita menjauh dari Tuhan—karena kesibukan, kesalahan, atau keinginan diri—kita sering lupa bahwa di balik semua itu, ada Allah yang tetap setia menantikan kita kembali.
Seperti bangsa Israel yang pernah berpaling, hati Tuhan tidak berubah. Ia tetap menunggu, tetap mengasihi, tetap memanggil, “Kembalilah kepada-Ku.”

Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka akan tersesat bila melupakan Tuhan, bahkan kehilangan arah dan pengharapan. Namun, di balik teguran itu, tersimpan kasih yang dalam: “Apabila engkau mencari TUHAN, Allahmu, maka engkau akan menemukannya, asal engkau mencari Dia dengan segenap hati dan jiwamu” (ayat 29).
Betapa luar biasa kasih setia Allah—Dia tidak pernah menyerah terhadap umat-Nya, bahkan ketika mereka menyerah terhadap diri sendiri.

Allah kita adalah Allah yang penyayang, setia, dan tidak pernah melupakan janji-Nya. Ia memilih umat-Nya bukan karena mereka sempurna, melainkan karena kasih-Nya yang sempurna. Ia berbicara, menuntun, dan mengangkat kembali mereka yang mau kembali kepada-Nya.

Hari ini, Tuhan juga berbicara kepada kita:

“Akulah satu-satunya Allah dalam hidupmu. Jangan ada yang lain di hadapan-Ku.”

Mari berhenti sejenak dan merenung—siapakah yang benar-benar bertahta dalam hidupku hari ini?
Apakah Tuhan masih menjadi pusat segala hal yang kulakukan, ataukah sudah tergantikan oleh hal lain yang tampak lebih penting?

Kesetiaan kepada Tuhan bukan sekadar kewajiban rohani, melainkan jalan menuju kebaikan hidup yang sejati. Di dalam ketaatan, ada damai. Di dalam kasih Tuhan, ada kekuatan untuk bertahan.

Kiranya hari ini kita datang kembali kepada-Nya dengan hati yang lembut dan berkata:

“Tuhan, Engkaulah satu-satunya Allah dalam hidupku. Aku ingin Engkau tetap bertahta, selamanya.”

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.