Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: Pertobatan
Tampilkan postingan dengan label Pertobatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Pertobatan. Tampilkan semua postingan

🌿 Renungan Harian : Dialah Allah di Dalam Hidupku

 
“Seseorang berdoa di bawah sinar matahari terbit, melambangkan penyerahan diri dan kesetiaan kepada Allah.”

(Ulangan 4:30–40)

Ketika hidup membawa kita menjauh dari Tuhan—karena kesibukan, kesalahan, atau keinginan diri—kita sering lupa bahwa di balik semua itu, ada Allah yang tetap setia menantikan kita kembali.
Seperti bangsa Israel yang pernah berpaling, hati Tuhan tidak berubah. Ia tetap menunggu, tetap mengasihi, tetap memanggil, “Kembalilah kepada-Ku.”

Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka akan tersesat bila melupakan Tuhan, bahkan kehilangan arah dan pengharapan. Namun, di balik teguran itu, tersimpan kasih yang dalam: “Apabila engkau mencari TUHAN, Allahmu, maka engkau akan menemukannya, asal engkau mencari Dia dengan segenap hati dan jiwamu” (ayat 29).
Betapa luar biasa kasih setia Allah—Dia tidak pernah menyerah terhadap umat-Nya, bahkan ketika mereka menyerah terhadap diri sendiri.

Allah kita adalah Allah yang penyayang, setia, dan tidak pernah melupakan janji-Nya. Ia memilih umat-Nya bukan karena mereka sempurna, melainkan karena kasih-Nya yang sempurna. Ia berbicara, menuntun, dan mengangkat kembali mereka yang mau kembali kepada-Nya.

Hari ini, Tuhan juga berbicara kepada kita:

“Akulah satu-satunya Allah dalam hidupmu. Jangan ada yang lain di hadapan-Ku.”

Mari berhenti sejenak dan merenung—siapakah yang benar-benar bertahta dalam hidupku hari ini?
Apakah Tuhan masih menjadi pusat segala hal yang kulakukan, ataukah sudah tergantikan oleh hal lain yang tampak lebih penting?

Kesetiaan kepada Tuhan bukan sekadar kewajiban rohani, melainkan jalan menuju kebaikan hidup yang sejati. Di dalam ketaatan, ada damai. Di dalam kasih Tuhan, ada kekuatan untuk bertahan.

Kiranya hari ini kita datang kembali kepada-Nya dengan hati yang lembut dan berkata:

“Tuhan, Engkaulah satu-satunya Allah dalam hidupku. Aku ingin Engkau tetap bertahta, selamanya.”

Share:

Renungan Harian : Kekudusan Hidup

Ilustrasi Musa mengingatkan bangsa Israel tentang kekudusan Allah, dengan cahaya api melambangkan hadirat Tuhan yang kudus.

Kekudusan Hidup

📖 Ulangan 4:21–29

Kita sering lupa bahwa hidup yang kita miliki ini bukan sekadar milik kita sendiri. Sama seperti bangsa Israel, kita pun dipilih oleh Allah bukan karena kita sempurna, melainkan karena kasih dan anugerah-Nya. Israel bukan bangsa yang selalu taat, bahkan sering menyakiti hati Tuhan. Namun, kasih-Nya begitu besar—Ia menuntun mereka keluar dari perbudakan dan memberi mereka tanah yang dijanjikan.

Namun, bahkan Musa—seorang hamba Tuhan yang begitu setia—tidak luput dari teguran. Ketika ia gagal menghormati kekudusan Tuhan dengan memukul batu bukannya berbicara kepadanya (Bil. 20:2–13), Tuhan menegaskan: kekudusan-Nya tidak bisa diabaikan. Musa boleh memimpin umat, tapi ia tidak boleh melupakan bahwa Tuhan adalah Allah yang kudus, yang tak bisa dipermainkan.

Di hadapan bangsa Israel, Musa memperingatkan mereka agar tidak melupakan perjanjian dengan Tuhan. Jangan beralih kepada ilah lain, sebab Allah Israel adalah “api yang menghanguskan”—kekudusan-Nya membakar setiap dosa dan ketidaktaatan. Bila Israel berpaling, mereka akan mengalami penderitaan, tercerai-berai, dan kehilangan hadirat Tuhan. Namun di balik teguran itu, ada kasih yang besar: Allah ingin memurnikan umat-Nya, agar mereka kembali berseru kepada-Nya dengan hati yang tulus.

Sobat rohani, Tuhan yang sama juga berbicara kepada kita hari ini. Ia masih Allah yang kudus—yang mengasihi, namun juga membenci dosa. Kita tidak bisa bersandiwara di hadapan-Nya. Kita bisa tampak saleh di mata manusia, tetapi Tuhan mengenal isi hati kita. Kekudusan bukan sekadar tidak berbuat dosa, melainkan hidup dengan hati yang terus melekat kepada Tuhan.

Hari ini, mari berhenti sejenak dan bertanya:
Apakah hidup kita mencerminkan kekudusan Allah?
Apakah kita masih menyimpan dosa yang belum kita lepaskan?

Allah memanggil kita untuk kembali. Ia rindu kita hidup kudus, sebab hanya dalam kekudusanlah kita dapat tinggal dekat dengan-Nya. Mari kita bersihkan hati kita di hadapan Tuhan dan memilih untuk hidup bagi Dia saja.
“Kuduslah kamu, sebab Aku kudus.” (1 Petrus 1:16)

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.