Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: Renungan Reflektif
Tampilkan postingan dengan label Renungan Reflektif. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Renungan Reflektif. Tampilkan semua postingan

Renungan Harian : ✨Ajaran Paling Utama bagi Seorang Anak

Ilustrasi seorang anak dan orang tua yang berjalan bersama dalam cahaya hangat, melambangkan pengajaran untuk mengasihi Tuhan.

Ajaran Paling Utama bagi Seorang Anak

Di zaman ini, banyak orang tua merasa bahwa tugas terbesar mereka adalah memastikan anak memperoleh nilai terbaik di sekolah. Rapor seakan menjadi ukuran utama keberhasilan. Namun bila kita menelusuri Firman Tuhan, ada sebuah prioritas yang jauh lebih penting daripada prestasi akademis.

Tuhan berkata, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu, dengan segenap jiwamu, dan dengan segenap kekuatanmu” (Ul. 6:5).
Inilah ajaran yang paling utama—ajaran yang Tuhan sendiri ingin orang tua tanamkan dalam hati anak-anak mereka.

Tuhan meminta agar ajaran ini diajarkan berulang-ulang. Bukan hanya lewat kata-kata, tetapi juga dibicarakan dalam setiap situasi: saat duduk, saat berjalan, sebelum tidur, dan ketika bangun. Firman ini harus “diikatkan pada tangan dan dahi,” tanda bahwa apa pun yang kita kerjakan, pikirkan, dan putuskan harus mengalir dari kasih kita kepada Allah.

Ajaran ini pun harus “pada tiang pintu” dan “pintu gerbang”—artinya menjadi nilai yang mempengaruhi kehidupan keluarga, komunitas, bahkan seluruh aspek kehidupan kita. Anak-anak bukan hanya membutuhkan penjelasan, tetapi teladan nyata. Mereka lebih mudah meniru tindakan orang tua dibanding mendengar perkataan mereka.

Tanpa disadari, ketika orang tua lebih fokus pada nilai sekolah, mereka sedang mengajarkan kepada anak bahwa prestasi lebih penting daripada mengasihi Tuhan.
Padahal, pengajaran iman yang paling kuat adalah hidup yang mencerminkan kasih kepada Allah.

Karena itu, marilah kita sebagai orang tua, pengasuh, atau pribadi dewasa, menuntun generasi berikutnya dengan kehidupan yang sungguh-sungguh mengasihi Tuhan.
Ketika kasih kepada Allah nyata dalam perkataan dan tindakan kita, anak-anak pun belajar untuk mengasihi Tuhan dan sesama dengan hati yang murni.


Doa Penutup

Puji syukur bagi-Mu ya Tuhan, atas kasih dan kuasa-Mu yang melampaui segala kuasa. Sertailah hidup kami, lindungilah keluarga kami, anak-anak dan cucu-cucu kami, pekerjaan kami, usaha kami, sawah dan ladang kami, studi kami, kantor dan pelayanan kami. Biarlah berkat-Mu mengalir atas rumah kami dan seluruh karya tangan kami.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami mohon hikmat untuk melangkah, kekuatan untuk bertahan, dan hati yang taat agar hidup kami seturut kehendak-Mu.
Amin.

Share:

🌿 Renungan Harian : Dialah Allah di Dalam Hidupku

 
“Seseorang berdoa di bawah sinar matahari terbit, melambangkan penyerahan diri dan kesetiaan kepada Allah.”

(Ulangan 4:30–40)

Ketika hidup membawa kita menjauh dari Tuhan—karena kesibukan, kesalahan, atau keinginan diri—kita sering lupa bahwa di balik semua itu, ada Allah yang tetap setia menantikan kita kembali.
Seperti bangsa Israel yang pernah berpaling, hati Tuhan tidak berubah. Ia tetap menunggu, tetap mengasihi, tetap memanggil, “Kembalilah kepada-Ku.”

Musa mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka akan tersesat bila melupakan Tuhan, bahkan kehilangan arah dan pengharapan. Namun, di balik teguran itu, tersimpan kasih yang dalam: “Apabila engkau mencari TUHAN, Allahmu, maka engkau akan menemukannya, asal engkau mencari Dia dengan segenap hati dan jiwamu” (ayat 29).
Betapa luar biasa kasih setia Allah—Dia tidak pernah menyerah terhadap umat-Nya, bahkan ketika mereka menyerah terhadap diri sendiri.

Allah kita adalah Allah yang penyayang, setia, dan tidak pernah melupakan janji-Nya. Ia memilih umat-Nya bukan karena mereka sempurna, melainkan karena kasih-Nya yang sempurna. Ia berbicara, menuntun, dan mengangkat kembali mereka yang mau kembali kepada-Nya.

Hari ini, Tuhan juga berbicara kepada kita:

“Akulah satu-satunya Allah dalam hidupmu. Jangan ada yang lain di hadapan-Ku.”

Mari berhenti sejenak dan merenung—siapakah yang benar-benar bertahta dalam hidupku hari ini?
Apakah Tuhan masih menjadi pusat segala hal yang kulakukan, ataukah sudah tergantikan oleh hal lain yang tampak lebih penting?

Kesetiaan kepada Tuhan bukan sekadar kewajiban rohani, melainkan jalan menuju kebaikan hidup yang sejati. Di dalam ketaatan, ada damai. Di dalam kasih Tuhan, ada kekuatan untuk bertahan.

Kiranya hari ini kita datang kembali kepada-Nya dengan hati yang lembut dan berkata:

“Tuhan, Engkaulah satu-satunya Allah dalam hidupku. Aku ingin Engkau tetap bertahta, selamanya.”

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.