Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Konsekuensi


Bilangan 20:22-29

Setiap tindakan yang kita ambil pasti disertai konsekuensi. Banyak orang sering lupa atau tidak menghiraukan dampak dari tindakan yang dibuat sampai akhirnya diperhadapkan pada kenyataan pahit. Mari kita belajar tentang konsekuensi tindakan dari kisah hidup Harun.

Setelah permintaan bangsa Israel untuk melewati negeri Edom ditolak, mereka mengambil jalur lain. Mereka berangkat dari Kadesh dan tiba di gunung Hor, di perbatasan tanah Edom. Di tempat inilah Tuhan menyatakan bahwa tugas Harun di dunia sudah selesai dan ia akan dikumpulkan bersama leluhurnya (24, 26) dan jabatan imam akan digantikan oleh anaknya, Eleazar (25-28).

Sebelum Harun meninggal, ada pesan penting yang diberikan Tuhan kepada Musa dan Harun. Mungkin pesan ini bukan sesuatu yang ingin didengar Harun. Pesan ini mengatakan bahwa Musa dan Harun tidak akan masuk ke Tanah Perjanjian, sebagai akibat ketidaktaatan mereka dalam peristiwa mata air Meriba (24).

Musa dan Harun telah melanggar perintah Tuhan dan mereka harus menanggung konsekuensinya. Ketidaktaatan kepada Tuhan merupakan persoalan serius. Hal ini harus benar-benar diperhatikan oleh setiap anak-Nya.

Dalam hidup ini tentu kita ingin merasakan manfaat positif dari apa yang kita lakukan. Namun, kita sering lalai terhadap perintah Tuhan yang sebenarnya dimaksudkan untuk kebaikan kita. Kita justru tidak menghiraukannya dan malah memilih jalan sendiri. Barangkali untuk sesaat jalan yang kita pilih memberikan kenikmatan, tetapi kita tidak menyadari bahwa pencobaan dan maut menanti di depan mata (lih. Yak 1:14-15).

Teladan seperti apa yang ingin kita wariskan kepada orang-orang yang kita kasihi? Tentu, kita tidak ingin diingat sebatas hal-hal yang berhubungan dengan materi duniawi saja. Sebaliknya, kita ingin dikenang sebagai pribadi yang taat kepada Tuhan sampai akhir.

Mari kita mewaspadai konsekuensi dari setiap tindakan yang kita lakukan. Jangan sampai ketaatan kita kepada Tuhan berkurang karena kecerobohan kita. [RUD]

DOA. Ya Tuhan kami bersyukur dan berterima kasih atas anugerahmu yang kau berikan dalam hidupku dimana setiap apapun yang terjadi dalam hidupku konsekuinsi itulah yg kuterima. Amin
Share:

MENANG ATAS PENCOBAAN


Matius 4:1-11.

“Maka Yesus dibawa oleh Roh ke padang gurun untuk dicobai Iblis. ” (ayat 1)

            Setiap kita pasti rindu untuk menang atas setiap pencobaan. Itulah sebabnya kita sering berdoa agar dimampukan untuk mengalahkan pencobaan yang datang. Namun kita harus sadar bahwa kita tidak akan pernah menang atas pencobaan dengan kekuatan kita sendiri. Mari kita lihat pengalaman hidup Yesus yang sudah menang atas pencobaan. Apa yang Yesus perbuat sehingga Ia menang atas pencobaan?

Hidup-Nya dipimpin oleh Roh Kudus

Kehidupan Yesus dalam pencobaan itu bukan dari diri-Nya sendiri tetapi atas pimpinan Roh Kudus. Hal inilah yang menyebabkan Yesus bisa menang atas pencobaan.                                                 Kita pun bisa menang atas pencobaan kalau kita memberikan hidup kita dipimpin oleh Roh Kudus. Kalau kita merelakan diri untuk dipimpin oleh Roh Kudus, maka bukan kekuatan kita lagi yang berperang dengan pencobaan. Roh Kuduslah yang memampukan kita untuk mengalahkan pencobaan itu. Jadi tidak ada kamus untuk kalah atas pencobaan jika Roh Kudus yang memimpin hidup kita.

Hidup-Nya dikuasai oleh firman Allah

Ketika Iblis datang dengan menawarkan kebutuhan materi, menggugah kelemahannya dan menawarkan kekayaan dan kuasa, Dia menghadapinya dengan firman Allah (ayat 3-10). Yesus menang atas pencobaan karena hidupnya dikuasai oleh firman Allah. Dan kitapun akan mampu menangkal semua pencobaan yang datang kalau kita dikuasai oleh Firman Tuhan. Firman Tuhan adalah pedang yang dapat mematahkan semua siasat atau tipu daya si Iblis (Efesus 6:17).

Hidupnya tunduk hanya kepada Allah        

Ketika iblis mencoba menawarkan kemewahan dan kuasa dunia kepada Yesus tetapi dengan syarat menyembah Iblis, maka dengan tegas Yesus menolaknya (ayat 8-10). Di sinilah kita melihat bahwa Yesus memiliki kehendak yang tunduk pada Allah.

Ketika Allah berada dalam posisi utama di hidup kita, maka dalam hidup kita tidak ada hal yang lain selain menyembah dan berbakti kepada-Nya. Kalau dengan sadar kita menyerahkan hak kita untuk mentaati-Nya, maka tidak ada pencobaan yang mendapat tempat. Sebab ketaatan kepada Allah adalah kunci utama untuk menang atas pencobaan. (MS)
Kalau dengan sadar kita menyerahkan hak kita untuk mentaati-Nya, maka tidak ada pencobaan yang mendapat tempat.

DOA. TUHAN yesus ajar kami untuk tetap berserah kepadamu saat cobaan hidup melanda. Amin
Share:

Tahirkan Dirimu!


Bilangan 19


Jika sebuah sabun batangan jatuh ke dalam lumpur, dapatkah sabun itu digunakan kembali? Mungkin saja bisa! Namun, bukankah ia harus dibersihkan terlebih dahulu? Jika tidak, kita tentu akan merasa jijik untuk memakainya lagi, bukan?

Allah menghendaki agar bangsa Israel hidup kudus dan menjauhi segala yang najis. Untuk itu Allah memberikan berbagai aturan praktis yang wajib dipatuhi bangsa Israel. Aturan itu dimulai dari kasus tersentuh mayat.

Aturannya sangat jelas bahwa orang yang tersentuh mayat akan menjadi najis selama tujuh hari (11) dan harus tinggal di luar perkemahan. Tidak hanya orang itu saja, semua yang disentuhnya dan lingkungan sekitarnya menjadi najis (22). Hal ini memperlihatkan bahwa kenajisan merupakan persoalan serius bagi Allah jika dikaitkan dengan kekudusan hidup. Sebab, kenajisan bisa menjadi "virus" yang menggerogoti kerohanian seseorang. Jika kehidupan rohani seseorang sakit, berarti kemanusiaannya pun ikut sakit.

Karena itu, orang yang terjangkiti kenajisan membutuhkan penahiran dari Allah. Dalam hal ini, Allah memberikan solusinya, yaitu penyembelihan lembu betina merah dan air penahiran sebagai penghapus dosa. Jika seseorang menjadi najis karena menyentuh mayat, imam harus menyembelih lembu betina merah, memercikkan air penahiran kepada orang tersebut, lalu membasuh pakaiannya dengan air. Dengan begitu, orang tersebut akan menjadi tahir kembali saat matahari terbenam.

Kematian dan kebangkitan Yesus telah menyempurnakan ritual kurban dan Hukum Taurat pada Perjanjian Lama. Pengurbanan Yesus terjadi sekali untuk selamanya, dan berkuasa membersihkan siapa pun yang percaya kepada-Nya dari segala dosa.

Kita seharusnya sungguh-sungguh hidup kudus dan tidak menajiskan diri dengan dosa, baik dalam perkataan maupun perbuatan. Hidup suci karena mengasihi Tuhan semestinya kita wujudkan setiap waktu di dalam keluarga, gereja, dan masyarakat. [SDL]

Doa: Tuhan terimalah diriku ini karena orang berdosa dan tahirkan diriku dari segala sakit penyakit dosa dalam diriku. Amin
Share:

KETAATAN MEMBAWA KEMENANGAN


Yosua 8:18-29

Berdasarkan nas renungan kita hari ini, kita melihat bahwa betapa kuasa dan kasihnya Tuhan terhadap Yosua. Kita mungkin sudah bisa menebak alasan kasih dan penyertaan yang
 diperoleh oleh Yosua. Tuhan menyertai Yosua sebab ia adalah orang yang berkenan di hadapan Tuhan. Dan Yosua selalu bertindak bukan dengan akal namun dengan iman dan meminta pertolongan Tuhan untuk menyelesaikan setiap pekerjaannya. Pendek kata si Yosua adalah pribadi yang taat pada perintah Allah. Dan upah ketaatan adalah berkat kemenangan baginya dan bagi Israel.
Hari-hari ini bayak orang ingin berkat, tetapi tidak taat. Padahal, berkat datang dari ketaatan pada perintah Tuhan, sedangkan kutuk datang dari ketidaktaatan. Ketaatan adalah sebuah kualitas karakter yang menentukan masa depan seseorang. Sejauh mana saudara diberkati adalah tergantung sejauh mana saudara taat pada Tuhan. Namun lebih dari sekedar berkat, yang lebih penting adalah apakah Tuhan masih menyertai kita atau tidak dalam segala yang hal yang kita lakukan.
Perlu saya ingatkan bahwa jika kita tidak taat, jangan-jangan sebenarnya kita tidak mengasihi Tuhan. Tida taat artinya kita lebih mengasihi diri kita, mengasihi daging kita, mengasihi kenikmatan dosa, sekalipun kita menyanyi ”aku cinta Yesus” berulang-ulang di ibadah. Kasih diekspresikan dengan menghormati Tuhan. Menghormati Tuhan diekspresikan dengan menuruti perintah-perintahNya. Taat tidak bisa dipaksa. Ketaatan yang lahir karena terpaksa atau takut, hanya akan bertahan sementara. Disaat covid 19 sedang melanda kehidupan ketaatan tetap perlu di laksanakan.  Taat pada Tuhan perlu dibangun di atas hati yang mengasihi dan menghormati Tuhan. Ketika kita mengasihi Tuhan, kita tidak akan kesulitan untuk melakukan perintah-perintahNya.
Allah sangat menghargai “ketaatan”. Tuhan tidak mau hidup kita tidak taat, karena ketidaktaatan akan melahirkan pemberontakan dan orang tersebut akan diserang oleh kuasa gelap. Anak-anak kita mengalami sakit penyakit. Usaha kita gagal atau ‘dimakan’ orang. Pernikahan kita di ambang bahaya, dan sebagainya. Kompromi terhadap dosa membuat kita tidak akan peka lagi kepada suara Tuhan. Tuhan menghargai ketaatan saudara. Dan Ia mau bukan hanya memberkati tetapi menyertai saudara. Menolong di kala sulit, memberi hikmat di kala buntu, menguatkan di kala lemah, memberi kemenangan di kala menghadapi peperangan. Untuk mengalami semua itu, pilihlah taat kepada suara Tuhan dan firmanNya.
Ketaatan Yosua sebagai pemimpin telah menunjukkan sikap yang taat. Sikap ini ia tunjukkan baik kepada seniornya (Musa) maupun terlebih kepada TUHAN Allahnya. Yosua membuktikan diri sebagai hamba, pahlawan dan pemimpin yang taat kepada Allah. Ketaatan Yosua kepada Allah menyebabkan pengaruhnya meningkat. Kita adalah hamba dan pemimpin. Seperti Yosua, biarlah kita juga menunjukkan sikap yang taat kepada Allah. Pengaruh kita sebagai pemimpin hanya bisa dimungkin melalui ketaatan kita kepada Allah dan firman-Nya. Mari kita bangun kemitraan yang kuat dengan Allah, sebab melalui kemitraan yang kuat dengan Allah, kita akan memperoleh kemenangan seperti Yosua dan bangsa Israel menaklukkan musuh-musuh mereka. Melalui kemitraan yang kuat dengan Allah, Yosua dan bangsa Israel mencapai tujuan mereka, yaitu memasuki tanah Kanaan. Pemimpin yang berhasil adalah pemimpin yang bisa membawa orang-orang yang dipimpin mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk itu, kemitraan yang kuat dengan Allah harus kita lakukan sebagai pemimpin. Dari sinilah kita mendapatkan pengaruh kepemimpinan. Lebih dari itu, kita sebagai pemimpin, dimungkinkan untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan. Saudara dan saya adalah pemimpin, mari teladani Yosua. AMIN!

Doa: Tuhan terima Kasih atas anugerahmu. Ajari hamba dan seluruh jemaat untuk selalu hidup taat kepada Mu. Amin.
Share:

KETAATAN BARU


Ibrani 10:1-18

“Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka
dan menuliskannya dalam akal budi mereka ….”
(Ibrani 10:16)
 

Saudara ku yang terkasih. setiap orang tentu pernah melakukan kesalahan. Demikian juga kita. Ketika melakukan kesalahan, semestinya kita segera menyadari dan dengan rendah hati meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan; orang yang berjiwa besar sudah semestinya tidak malu meminta maaf. Tetapi, sering terjadi, orang enggan meminta maaf karena tidak mau malu akibat kesalahannya terus dibicarakan atau diungkit; atau, menganggap pihak yang dimintai maaf tidak tulus memberi maaf, meskipun sudah berusaha meminta maaf dengan sungguh-sungguh.

Penulis Surat Ibrani mencoba menilai secara kritis makna kurban yang dipersembahkan berulang kali. Ia mengatakan, “Justru oleh korban-korban itu setiap tahun orang diperingatkan akan adanya dosa” (ayat 3). Betul juga, ya. Berbeda dengan Kristus. “Sebab oleh satu kurban saja Ia telah menyempurnakan untuk selama-lamanya mereka yang Ia kuduskan” (ayat 14). Melalui pengurbanan Kristus, kita mengerti arti kasih dan pengampunan yang begitu besar. Sekarang kita semakin mengerti makna perkataan Tuhan, “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka.” Sekali lagi tentang hati dan akal budi. Keduanya melekat dalam hidup kita. Mana mau kita disebut “orang yang tak punya hati” kan? Atau, kita dilabeli “tak berakal budi.” Mana ada manusia yang tak punya hati dan otak? Dari sini kita mengerti, bahwa kurban Kristus telah membuat umat Allah menyatu dengan dirinya sendiri, dengan hati dan akal budinya. Ketaatan timbul bukan lagi karena paksaan dari luar, melainkan timbul dari segenap keberadaan diri seorang manusia.
Jemaat saatnya kita mengubah model ketaatan kita. Kita taat kepada Tuhan bukan karena takut, atau berharap mendapatkan berkat. Kita taat karena kita mengerti dengan baik kasih-Nya yang sangat besar atas kita. Kita taat sebagai ungkapan syukur dan hormat kita atas pengurbanan Kristus. Kita taat karena kita tahu itulah yang terbaik buat hidup kita.

Doa; Tuhan ajari kami untuk hidup Taat dengan seturut kehendakmu. Agar dapat menjadi figur yang hidup dan berkenan kepadaMu. Amin.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.