Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: Hubungan dengan Tuhan
Tampilkan postingan dengan label Hubungan dengan Tuhan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Hubungan dengan Tuhan. Tampilkan semua postingan

Renungan Harian " Hidup dalam Perjanjian "

Ilustrasi perjanjian dan kesetiaan Tuhan melalui simbol tangan yang memegang erat di padang gurun.
 
Bukan Sekadar Janji, Tapi Penyerahan Hati

Pernahkah kita menoleh ke belakang dan menyadari bahwa setiap jengkal langkah kaki kita sebenarnya adalah jejak pemeliharaan Tuhan?

Dalam Ulangan 29, Musa membawa bangsa Israel ke sebuah "ruang hening" sebelum mereka melangkah lebih jauh. Ia mengingatkan mereka tentang 40 tahun di padang gurun—masa di mana kasut mereka tidak rusak dan pakaian mereka tidak hancur. Bukan karena mereka kuat, tapi karena ada pribadi yang berdaulat yang menuntun mereka.

Dipanggil untuk Berdiri di Hadapan-Nya

Hal yang paling menyentuh dari bab ini adalah betapa "inklusifnya" panggilan Tuhan. Dia tidak hanya memanggil para pemimpin atau imam besar. Dia memanggil semua orang: laki-laki, perempuan, anak-anak, bahkan hingga tukang belah kayu dan penimba air.

Di hadapan Tuhan, status sosial kita luruh. Kita semua berdiri di level yang sama—sebagai penerima anugerah. Tuhan ingin mengikat Berit (perjanjian) bukan karena Dia membutuhkan kita, tetapi karena Dia begitu mengasihi kita. Dia ingin menjadi Allah kita, dan Dia ingin kita menjadi umat-Nya. Sebuah hubungan yang intim, mengikat, dan kekal.

Mengapa Kita Sering Berpaling?

Musa memberikan peringatan yang lembut namun tegas: jangan sampai ada akar pahit yang menghasilkan racun atau empedu di antara kita. Sering kali, setelah mengalami keajaiban Tuhan, hati kita perlahan mengeras dan kita mulai merasa "mampu" tanpa-Nya. Kita mulai melirik "ilah-ilah" modern—entah itu ambisi, harta, atau pengakuan manusia—yang kita pikir bisa memberi keamanan lebih dari Tuhan.

Padahal, rahasia dari hidup yang diberkati bukanlah tentang seberapa keras kita berusaha, melainkan seberapa setia kita tinggal dalam perjanjian-Nya.

Respon Pribadi untuk Hatimu

Hari ini, mari kita berhenti sejenak dari hiruk-pikuk pencapaian dunia dan bertanya pada diri sendiri:

  • Jika aku menoleh ke belakang, sanggupkah aku melihat tangan Tuhan yang menjaga "kasut dan pakaian" hidupku hingga hari ini?

  • Adakah "ilah" lain di hatiku yang saat ini lebih aku andalkan daripada janji Tuhan?

  • Maukah aku hari ini kembali berdiri di hadapan-Nya, bukan sebagai pekerja-Nya, tapi sebagai anak kesayangan-Nya yang menyerahkan ketaatan sepenuhnya?

Tuhan tidak meminta kesempurnaan kita. Dia meminta kesetiaan kita.

Doa Hari Ini
Bapa yang Mahakasih, terima kasih karena Engkau telah memilihku menjadi umat kesayangan-Mu, bukan karena kehebatanku, melainkan murni karena anugerah-Mu. Terima kasih untuk penyertaan-Mu yang tak pernah putus, bahkan di masa-masa padang gurun dalam hidupku.

Tuhan, selidikilah hatiku. Jika ada akar pahit atau berhala yang mulai tumbuh dan menjauhkanku dari-Mu, cabutlah hingga ke akarnya. Berikanlah aku hati yang teguh untuk memegang perjanjian-Mu. Ajarlah aku untuk taat, bukan karena takut, melainkan karena aku tahu betapa besarnya kasih-Mu kepadaku. Biarlah seluruh hidupku, mulai hari ini, menjadi kesaksian akan kesetiaan-Mu. Amin.

Share:

Renungan Harian " Ngerinya Upah Ketidaksetiaan "

Ilustrasi pilihan hidup antara jalan ketaatan dan ketidaksetiaan.
Di Balik Ketidaksetiaan: Saat Jiwa Kehilangan Perlindungan-Nya

Kita sering berbicara tentang berkat, namun jarang sekali kita berani menatap wajah "akibat" dari pilihan kita sendiri. Dalam Ulangan 28:15-46, kita dihadapkan pada sebuah realitas yang menggetarkan hati: bahwa ketidaksetiaan bukan sekadar kesalahan kecil, melainkan langkah kaki yang menjauh dari satu-satunya sumber kehidupan.

Sebuah Kehilangan yang Menyeluruh Bayangkan sebuah kehidupan di mana setiap sudut yang kita tempuh terasa gersang. Alkitab menggambarkan kutukan ketidaksetiaan menjamah segala lini—dari tempat kita bekerja (ladang), tempat kita menyimpan rezeki (bakul), hingga langkah kaki saat kita masuk dan keluar.

Ini bukan tentang Tuhan yang ingin menghukum dengan kejam, melainkan tentang apa yang terjadi ketika kita memutuskan untuk "berjalan sendiri" di luar naungan-Nya. Tanpa Tuhan, usaha kita menjadi sia-sia, dan keberhasilan kita berubah menjadi kehampaan. Saat kita tidak setia, kita sebenarnya sedang membangun tembok yang menghalangi aliran kasih karunia-Nya dalam hidup kita.

Kasih yang Memanggil Melalui Keadilan Mungkin kita bertanya: "Mengapa Tuhan yang pengasih membiarkan hal semengerikan itu terjadi?" Saudaraku, Tuhan terlalu mengasihi kita untuk membiarkan kita terus tersesat dalam pemberontakan. Rasa sakit, kekecewaan, dan "upah" dari ketidaksetiaan seringkali adalah cara Tuhan "mencubit" nurani kita agar kita sadar: di luar Dia, kita benar-benar tidak memiliki apa-apa. Keadilan-Nya memastikan ada konsekuensi, namun kasih-Nya selalu menyediakan jalan untuk pulang.

Respon Pribadi: Dimana Hatiku Berada? Mari sejenak masuk ke dalam keheningan dan bertanya pada diri sendiri:

  • Apakah ada bagian dari hidupku—pekerjaan, keluarga, atau hobi—yang sedang aku jalankan tanpa melibatkan Tuhan?

  • Apakah aku lebih takut pada kesulitan hidup daripada takut mendukakan hati Tuhan?

Kesetiaan bukanlah tentang melakukan peraturan dengan kaku, melainkan tentang menjaga hubungan cinta dengan Dia. Hari ini, Tuhan tidak sedang menudingkan jari-Nya untuk menghakimimu, melainkan membentangkan tangan-Nya agar kau kembali setia.

Doa untuk Melangkah

Bapa yang Kudus dan Adil,

Tunduk di hadapan-Mu, aku menyadari betapa seringnya hatiku tidak setia. Aku sering berjalan menurut keinginanku sendiri, seolah-olah aku mampu mengatur hidupku tanpa-Mu. Ampuni aku jika ketidaksetiaanku telah mendukakan hati-Mu.

Tuhan, aku tidak ingin hidup dalam "kekeringan" karena jauh dari-Mu. Lembutkanlah hatiku agar aku senantiasa mendengar suara-Mu. Berikanlah aku kekuatan dan keteguhan hati untuk tetap setia, baik dalam suka maupun duka, di kota maupun di ladang, saat masuk maupun saat keluar.

Biarlah hidupku menjadi bukti bahwa kasih-Mu memulihkan dan keadilan-Mu membimbingku di jalan yang benar. Aku ingin bersandar sepenuhnya hanya pada-Mu.

Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.