Manusia mudah lupa. Waktu berlalu, pergumulan baru datang, dan perlahan ingatan akan pertolongan Tuhan yang lampau bisa memudar. Karena itulah bangsa Israel diperintahkan Musa untuk membuat batu peringatan—sebuah tanda yang terus mengingatkan mereka akan karya Tuhan yang membawa mereka keluar dari Mesir menuju tanah perjanjian.
Batu-batu itu bukan sekadar tumpukan materi. Di sanalah hukum Tuhan dituliskan dengan jelas. Di sanalah mazbah didirikan, korban dipersembahkan, dan syukur dinaikkan. Batu peringatan itu menjadi saksi bisu bahwa mereka sampai di tempat itu bukan karena kekuatan sendiri, melainkan semata-mata karena pertolongan Tuhan.
Menariknya, peristiwa ini juga disertai dengan pengucapan berkat dan kutuk. Bangsa Israel dibagi ke dua gunung—Gunung Gerizim dan Gunung Ebal. Firman Tuhan disuarakan dengan lantang. Setiap orang mendengarnya. Setiap orang diingatkan bahwa hidup bersama Tuhan selalu membawa pilihan: taat dan diberkati, atau mengabaikan firman dan menanggung akibatnya.
Dari kisah ini, kita diajak belajar dua hal penting.
Pertama, buatlah “batu peringatan” dalam hidup kita sendiri. Kita mungkin tidak lagi menulis di atas batu, tetapi kita bisa mencatatnya dalam jurnal doa, kesaksian, catatan pribadi, atau bahkan membagikannya sebagai ungkapan syukur. Semua itu menolong kita untuk tidak melupakan karya Tuhan yang nyata.
Kedua, firman Tuhan perlu diucapkan dan dibagikan. Saat kita menyampaikannya kepada orang lain, firman itu juga berbicara kembali kepada diri kita. Seperti pedang bermata dua, firman menegur, meneguhkan, dan membentuk, baik bagi pendengar maupun penyampainya.
Renungan ini mengajak kita bertanya:
Apa “batu peringatan” dalam hidupku hari ini?
Karya Tuhan mana yang hampir kulupakan, tetapi seharusnya terus kuingat dan kusyukuri?
Biarlah ingatan akan pertolongan Tuhan tetap hidup, bukan hanya di masa lalu, tetapi menguatkan langkah kita hari ini dan ke depan.
Ampuni kami bila kami sering lupa akan karya-Mu yang besar.
Ajari kami membuat “batu peringatan” dalam hidup kami,
agar iman kami tetap kuat dan pengharapan kami tidak goyah.
Biarlah firman-Mu selalu hidup dalam hati dan perkataan kami.
Di dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa. Amin.








Tidak ada komentar:
Posting Komentar