Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: Ulangan 18
Tampilkan postingan dengan label Ulangan 18. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ulangan 18. Tampilkan semua postingan

Renungan Harian : " Hentikan Abuse of Power "

Gambar tangan yang menggenggam pedang, setengah pedang bersinar ke atas melambangkan kebaikan, setengahnya gelap ke bawah melambangkan penyalahgunaan kekuasaan.

Ketika Kuasa Menjadi Ujian Terberat: Menghentikan Abuse of Power dalam Hidup Kita 

Ulangan 18:9-22

“Kekuasaan tidak merusak; ia hanya menyingkapkan siapa diri kita sebenarnya.”

🌪️ Hening Sejenak: Mengapa Kekuasaan Begitu Memabukkan?

Sahabat yang terkasih, mari kita jujur: Siapa di antara kita yang tidak pernah merasakan sedikit kekuasaan? Mungkin bukan kekuasaan politik, tetapi kekuasaan sebagai orang tua, sebagai pemimpin proyek, sebagai senior di kantor, atau bahkan sebagai pemilik akun media sosial. Kekuasaan, seperti yang disinggung Abraham Lincoln, adalah ujian karakter yang paling jujur.

Hari ini, firman Tuhan melalui Ulangan 18:9-22 menantang kita untuk menghentikan kebiasaan buruk yang sudah mendarah daging: Penyalahgunaan Kekuasaan (Abuse of Power).

🔍 Melihat ke Dalam: Kejahatan Tersembunyi di Balik Jaminan Ilahi

Ketika Israel akan memasuki tanah perjanjian, Tuhan tidak hanya memberikan janji, tetapi juga peringatan keras (ayat 9-12). Mengapa? Karena kekuasaan atas negeri baru itu berisiko membuat mereka lupa daratan. Mereka bisa saja mengandalkan sihir, tenung, atau nabi palsu (ayat 20) — mencari petunjuk di luar Tuhan—demi mengamankan posisi dan kekuasaan mereka.

Tuhan tahu, memiliki kekuasaan adalah godaan terkuat untuk:

  1. Mengambil jalan pintas: Mencari shortcut melalui praktik terlarang (tenung, sihir) demi keuntungan.

  2. Memanipulasi Kebenaran: Nabi palsu menggunakan otoritas suci untuk kepentingan pribadi, menyampaikan pesan yang bukan dari Tuhan tetapi mengatasnamakan Tuhan.

Inilah inti persoalannya: Kekuasaan memberi kita ilusi bahwa kita tidak lagi membutuhkan Tuhan. Kita merasa bisa mengatur segalanya, bahkan menundukkan kebenaran demi ambisi kita.

💖 Cermin Tanggung Jawab: Area Mana Kita Berkuasa?

Mari kita terapkan kebenaran ini dalam hidup sehari-hari. Kita semua memegang kekuasaan dalam lingkaran tertentu:

Kekuasaan KitaPenggunaan untuk Kebaikan (Berkat)Penyalahgunaan (Penyakit)
Orang TuaMemberikan rasa aman, pendidikan terbaik, kasih tanpa syarat.Memaksa anak memenuhi ambisi, melukai, atau kekerasan emosional.
Pemimpin/AtasanMengarahkan dengan jelas, memberdayakan, memotivasi, mengapresiasi.Memberi perintah tanpa petunjuk, mencuri ide/hasil kerja bawahan.
Orang yang Lebih Tahu (Guru/Senior)Membimbing dengan rendah hati, membangun kepercayaan diri.Merendahkan, menindas, atau membuat orang lain merasa bodoh.

Renungan ini adalah panggilan untuk menarik kembali pedang kekuasaan kita dan membersihkannya. Sudahkah kekuasaan di tangan kita menjadi berkat atau justru beban bagi orang di bawah kita?

🧭 Panggilan untuk Respons Pribadi (Refleksi Hati)

Mari kita hadapi tantangan ini dengan hati yang terbuka dan siap diubah:

  1. Pengakuan Dosa Kuasa: Dalam satu minggu terakhir, area mana dalam hidup saya (di rumah, di tempat kerja, di pelayanan) di mana saya telah menyalahgunakan power saya, sekecil apa pun itu? Apakah saya memaksakan kehendak? Apakah saya mencari keuntungan pribadi?

    Tuliskan satu insiden spesifik yang harus Anda akui sebagai penyalahgunaan kuasa.

  2. Resolusi Nabi Sejati: Apa yang dapat saya lakukan hari ini untuk memastikan bahwa otoritas yang saya miliki (sebagai orang tua, pemimpin, atau penasehat) selalu berasal dari hikmat dan kasih Tuhan, bukan dari ambisi egois saya?

    Tentukan satu cara untuk lebih sering berkonsultasi dengan hati nurani dan Tuhan sebelum mengambil keputusan.

  3. Hidup yang Membebaskan: Bagaimana saya dapat menggunakan kekuasaan saya hari ini untuk memberdayakan, mengangkat, dan memberi rasa aman kepada seseorang yang berada di bawah otoritas atau pengaruh saya?

    Jadikan diri Anda jembatan, bukan tembok, bagi orang lain.

🙏 Doa: Memohon Karakter yang Murni dalam Kuasa

Mari kita tutup dengan doa, memohon agar kita selalu bijaksana dan rendah hati saat memegang kuasa.

Ya Allah, sumber segala otoritas yang benar,

Kami bersyukur atas kepercayaan yang telah Engkau berikan—kekuasaan atas anak-anak, pekerjaan, atau pelayanan kami. Kami mengakui betapa rapuhnya hati kami ketika dihadapkan pada kekuasaan, dan betapa seringnya kami menyalahgunakan anugerah itu.

Tolonglah kami hari ini, ya Tuhan, untuk selalu mengingat peringatan-Mu. Jauhkanlah kami dari godaan mencari jalan pintas atau menggunakan nama-Mu untuk kepentingan kami sendiri. Karuniakanlah kami karakter yang murni agar kekuasaan di tangan kami menjadi pedang yang tajam untuk kebaikan dan keadilan.

Berilah kami hikmat untuk mengarahkan, kesabaran untuk mengajar, dan kerendahan hati untuk melayani orang-orang yang Engkau tempatkan di bawah pengaruh kami. Biarlah kepemimpinan kami, sekecil apa pun itu, menjadi cerminan kasih dan kebenaran-Mu.

Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, kami berdoa, memohon hati yang bersedia diajar dan tangan yang penuh berkat. Amin.

Share:

Renungan Harian : " Hidup Tanpa Tanah Milik? "

Ilustrasi tangan yang terbuka menerima tetesan air atau benih dari atas, melambangkan penyerahan dan penerimaan pemeliharaan Ilahi.

Melepaskan Kepemilikan, Menggenggam Pemeliharaan: Belajar dari Kehidupan Orang Lewi 

Ulangan 18:1-8

“Ketenangan sejati bukan ditemukan dalam seberapa banyak yang kita miliki, tetapi dalam seberapa tulus kita percaya pada yang memelihara segala sesuatu.”

🌊 Hening Sejenak: Mengapa Kita Begitu Takut Kekurangan?

Sahabat seperjalanan yang dikasihi, dalam arus kehidupan modern, kepemilikan—terutama tanah dan rumah—seringkali disamakan dengan rasa aman dan harga diri. Kisah generasi milenial dan tantangan memiliki rumah pribadi sungguh meresap dalam kegelisahan kita. Kita berjuang, bekerja keras, sebab rasa aman kita seolah terikat erat pada sertifikat kepemilikan.

Namun, mari kita alihkan pandangan sejenak pada kisah kuno yang menyimpan hikmat abadi: Kisah Orang Lewi.

💎 Kedalaman Makna: Mereka yang Dijamin Tanpa Jaminan

Bayangkan: Seluruh suku di Israel mendapat tanah pusaka, kecuali mereka. Mereka adalah kaum yang tidak memiliki tanah milik. Mereka hidup terpisah, tanpa ladang untuk ditanami, tanpa properti untuk diwariskan (Ulangan 18:1). Dalam logika dunia, mereka adalah kaum yang paling rentan, paling tidak terjamin.

Tetapi, justru di sinilah keindahan ajaran ini bersemi.

Tuhan memilih jalan yang "tidak logis" untuk memelihara mereka:

  1. Imbalan Ilahi: Penghidupan mereka datang langsung dari persembahan umat. Tuhan sendiri adalah pusaka dan warisan mereka. (Ulangan 18:2). Pekerjaan mereka bukan di ladang, melainkan di Bait Suci—pusat kehidupan rohani bangsa itu.

  2. Jembatan Berbagi: Pemeliharaan orang Lewi menjadi ujian dan pelajaran bagi seluruh bangsa. Setiap suku harus berbagi hasil pertama dari panen dan ternak mereka (Ulangan 18:3-4).

Ini mengajarkan dua pelajaran mendalam yang menyentuh jiwa kita hari ini:

  • Pelajaran 1: Pemeliharaan Melampaui Materi. Tuhan tidak terikat pada cara dunia menjamin hidup. Ia bisa memelihara kita bahkan tanpa aset yang terdaftar atas nama kita. Rasa aman yang sejati bukanlah saldo bank kita, melainkan iman kita.

  • Pelajaran 2: Iman yang Mendorong Kedermawanan. Seluruh Israel dipanggil untuk melepaskan kepemilikan mereka dengan tulus. Mereka harus yakin: Berbagi tidak akan membuatku kekurangan. Hanya keyakinan pada Pemeliharaan Ilahi yang memungkinkan kita melepaskan harta kita dengan sukacita.

🧭 Panggilan untuk Respons Pribadi

Sekarang, cermin ini diarahkan kepada Anda, kepada saya. Mari kita jawab dengan kejujuran hati:

  1. Ketakutan Saya: Apa tanah pusaka yang paling saya takuti untuk lepaskan—bukan hanya materi, tetapi mungkin kontrol, jabatan, atau citra diri? Bagaimana ketakutan akan kehilangan milik ini menghalangi saya untuk melihat jaminan Tuhan?

    Ambillah waktu sejenak, sebutkan satu ketakutan terbesar Anda terkait kepemilikan atau masa depan finansial.

  2. Aksi Berbagi: Mengingat Tuhan adalah Pemelihara sejati, adakah saya menahan diri untuk berbagi karena keraguan bahwa nanti saya akan kekurangan? Tindakan berbagi kecil apa yang dapat saya lakukan hari ini sebagai pernyataan iman bahwa saya tidak akan kehabisan?

    Satu tindakan nyata: memberi, membantu, atau melepaskan waktu Anda untuk orang lain.

  3. Penggantian Pusaka: Dapatkah saya hari ini mendeklarasikan, seperti orang Lewi, bahwa Tuhanlah yang menjadi warisan dan jaminan hidup saya? Dapatkah saya menjalani hari ini dengan ringan, karena saya tahu Pemeliharaan-Nya tidak pernah gagal?

🙏 Doa: Memohon Iman untuk Melepaskan dan Bertindak

Mari kita akhiri refleksi ini dengan menaikkan doa permohonan, agar kita diberi kekuatan untuk hidup dengan iman yang sejati.

Ya Tuhan, Sumber segala Pemeliharaan,

Kami datang dengan hati yang sering terbebani oleh ketakutan akan kekurangan dan kegelisahan akan kepemilikan. Ampuni kami karena kami sering lebih percaya pada saldo di rekening kami daripada pada janji setia-Mu.

Hari ini, kami memohon, ajarilah kami hikmat Orang Lewi: untuk hidup sepenuhnya bersandar pada-Mu. Lepaskanlah cengkeraman ketakutan dari tangan kami agar kami berani berbagi dan berani melepaskan kontrol.

Biarlah seluruh hidup kami, pekerjaan kami, studi kami, keluarga kami, dan pelayanan kami, mengalir dalam kesadaran bahwa Engkaulah warisan kami yang sejati.

Tumbuhkanlah dalam diri kami hikmat, keberanian, dan terobosan untuk sukses seturut kehendak-Mu. Biarlah berkat-Mu yang melimpah (yang bukan hanya materi, tetapi juga damai sejahtera, kasih, dan harapan) mengalir dalam setiap aspek hidup yang Engkau percayakan kepada kami.

Dalam Nama Tuhan Yesus Kristus, kami berserah dan mengucap syukur. Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.