Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar: empati Kristen
Tampilkan postingan dengan label empati Kristen. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label empati Kristen. Tampilkan semua postingan

Renungan Harian : Menumbuhkan Kepekaan

Ilustrasi tangan yang berbagi hasil panen sebagai simbol kepedulian terhadap sesama.

Ruang Bagi Mereka: Saat Kepekaan Menjadi Ibadah yang Nyata

Pernahkah kita menyadari bahwa setiap keberuntungan yang kita miliki hari ini sering kali membuat kita lupa pada rasa sakit di masa lalu? Di dalam Ulangan 24, Tuhan tidak sekadar memberikan sederet aturan hukum yang kaku. Ia sedang membisikkan sebuah pengingat lembut bagi jiwa kita: "Ingatlah, engkau pun dahulu adalah budak di Mesir."

Refleksi Keheningan: Antara Batu Kilangan dan Napas Sesama Tuhan melarang umat-Nya mengambil "batu kilangan" sebagai jaminan hutang. Mengapa? Karena bagi mereka yang kekurangan, batu itu adalah alat penyambung nyawa untuk mengolah makanan. Mengambilnya berarti merampas hak seseorang untuk bertahan hidup.

Sering kali, tanpa sadar kita melakukan hal yang sama. Kita mengejar keuntungan maksimal, menuntut hak kita secara penuh, hingga tak sengaja "mengambil batu kilangan" orang lain—mungkin dalam bentuk memotong upah, menunda pembayaran, atau sekadar menutup mata terhadap lingkungan sekitar demi kenyamanan pribadi. Kita begitu sibuk mempercantik "bait" dan menimbun saldo, hingga lupa bahwa fungsi utama kita adalah menjadi saluran berkat, bukan wadah penampung yang egois.

Menyisakan "Sudut Ladang" di Hati Kita Tuhan juga meminta agar saat panen tiba, janganlah kita mengambil semuanya hingga bersih. Sisakanlah sedikit bagi mereka yang asing, yatim, dan janda. Ini bukan tentang sisa-sisa yang tak berharga, melainkan tentang ruang di dalam hati.

Apakah di dalam rencana keuangan kita, di dalam waktu kita, dan di dalam ambisi kita, masih ada ruang bagi "orang-orang miskin" yang Tuhan tempatkan di sekitar kita? Ataukah ladang hidup kita sudah begitu bersih dipanen oleh keserakahan, sehingga tak ada lagi remah kasih yang bisa dipungut oleh mereka yang lapar?

Sebuah Respon Pribadi Sahabat, mari sejenak melihat ke dalam:

  • Sudahkah gereja atau diri kita sendiri hanya menjadi "megah di dalam," namun "asing bagi lingkungan sekitar"?

  • Adakah "batu kilangan" milik sesama yang tanpa sengaja sedang kita genggam erat hari ini?

Kepekaan tidak lahir dari kelimpahan, tetapi dari ingatan akan anugerah. Kita bisa memberi karena kita sadar bahwa kita pun pernah berada di "Mesir" dan Tuhanlah yang membebaskan kita.

Doa untuk Menumbuhkan Empati

Ya Tuhan, Sang Pemilik Kehidupan, Terima kasih telah mengingatkanku melalui firman-Mu hari ini. Ampuni aku jika selama ini hatiku mulai mengeras oleh keserakahan dan kenyamanan duniawi. Aku sering lupa bahwa semua yang kumiliki adalah titipan-Mu untuk dibagikan, bukan untuk ditimbun.

Lembutkanlah hatiku, ya Bapa. Berikan aku mata yang mampu melihat penderitaan sesamaku, dan tangan yang ringan untuk mengulurkan bantuan. Mampukan aku untuk menyisakan "sudut ladang" dalam hidupku bagi mereka yang membutuhkan. Biarlah hidupku—dan gereja-Mu—tidak hanya menjadi terang di atas mimbar, tetapi menjadi pelayan yang nyata di tengah kegelapan dunia.

Ajari aku untuk setia menghargai nyawa dan martabat sesama lebih dari sekadar materi. Biarlah belas kasihan-Mu mengalir melaluiku hari ini.

Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.