Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Fokus dalam Hidup

Matius 12:15-21 

Dalam masyarakat, pada umumnya orang yang dipandang baik adalah orang yang taat dan tunduk pada peraturan-peraturan yang ada. Demikian halnya dengan orang-orang Farisi, mereka adalah orang-orang yang dikenal tidak hanya baik tetapi juga kudus di masanya.

Banyak orang mengikuti Yesus dan Dia menyembuhkan semua orang sakit, namun Dia dengan keras melarang mereka memberitahukan siapa Dia (15b, 16). Yesus sungguh tahu bahwa misi-Nya di dunia adalah "... memaklumkan hukum kepada bangsa-bangsa. Ia tidak akan berbantah dan tidak akan berteriak dan orang tidak akan mendengar suara-Nya di jalan-jalan" (17-19).

Nubuat Mesianik Nabi Yesaya (lih. Yes 42:1-4) digenapi dengan sempurna di dalam diri Yesus. Yesus bekerja bukan untuk popularitas. Di dalam Pribadi-Nya, orang-orang yang lemah akan menemukan kekuatan, sebab Dia tidak akan membiarkan "buluh yang patah terkulai" atau "sumbu yang pudar nyalanya menjadi padam" (20). Dan, pada Yesus ada pengharapan bagi bangsa-bangsa (21).

Jelas bahwa Yesus mengambil pilihan yang berbeda dari orang Farisi. Orang Farisi memilih untuk sibuk memastikan diri sendiri dan orang lain agar tidak melanggar aturan hukum Taurat, sehingga dibutakan hatinya untuk melihat kesulitan, penderitaan, dan teriakan tolong dari sesamanya. Yesus memberikan pengajaran yang berbeda dari orang Farisi, yaitu bahwa hukum Taurat sebenarnya diberikan untuk menolong manusia agar semakin mengasihi Allah, diri sendiri, dan sesamanya.

Ajaran Yesus sungguh menyatu dengan tindakan dan karya-Nya. Lalu, bagaimana dengan kita? Berita apakah yang kita wartakan? Apakah kita mewartakan Kristus ataukah kehebatan kita sendiri?

Sebagai orang Kristen, kita sering kali menilai dan menghakimi orang lain sehingga justru menjauhkan mereka dari kasih Kristus. Marilah kita lebih berfokus dalam hidup dengan melihat kebutuhan, kesulitan, dan penderitaan orang lain. Kasih kita kepada sesama seharusnya mengikuti teladan Yesus dan diwujudkan melalui tindakan yang nyata. Amin
Share:

Yang Lemah tetapi Berbahagia

Matius 11:20-30 

Setiap orang tidak ingin dipandang kecil, lemah, dan kurang pandai. Orang cenderung berjuang untuk menjadi lebih kuat, pandai, hebat, dan besar dengan berani membayar harga yang sangat besar.

Yesus banyak mengadakan mukjizat di kota-kota Israel, tetapi orang-orang tetap saja bebal dan tidak mau percaya. Oleh sebab itu, Yesus mengecam beberapa kota yang tidak bertobat, menyindir kebebalannya, dan membandingkannya dengan kota Tirus dan Sidon (20, 21). Menyedihkan sekali, bahkan dikatakan nasib kota Sodom akan lebih baik dari Kapernaum di hari penghakiman (24). Hal ini terjadi, mungkin karena bangsa Israel merasa bangga sebagai bangsa pilihan yang istimewa. Bangsa Israel sudah banyak mengalami mukjizat Tuhan yang hebat di sepanjang sejarahnya.

Selanjutnya, Tuhan Yesus bersyukur tentang hal yang disembunyikan Allah dari orang bijak dan pandai, tetapi dinyatakan kepada orang kecil (25). Mereka ini mengenal Bapa melalui Anak sehingga menjadi milik Yesus. Merekalah orang-orang yang mendapat anugerah. Mereka inilah yang akan mendapat kelegaan dan ketenangan (28-29).

Allah menghendaki kita menjadi orang-orang yang rendah hati. Anugerah Allah dinyatakan justru kepada orang yang lemah, kurang pandai, dan kecil. Keangkuhan justru menandakan bahwa masih ada orang-orang yang belum menyadari anugerah Allah di dalam hidup mereka.

Menjadi lemah, kurang pandai, dan kecil tidak mudah. Padahal, itu ciri kemanusiaan, ditambah lagi kerapuhan dan keterbatasan pada dirinya. Berani jujur terhadap kerentanan, kelemahan, kekurangan, dan keburukan kita adalah langkah awal untuk belajar rendah hati. Caranya?

Pertama, kita belajar jujur dan sadar atas kerentanan kita serta mendoakannya kepada Tuhan. Kedua, kita belajar untuk saling percaya dengan berbagi kepada beberapa orang. Ketiga, kita belajar memberi diri untuk mendengarkan kelemahan dan kelebihan orang lain tanpa menghakimi. Mari kita akui dan terima segala kelemahan diri dan sesama kita dengan rendah hati. Amin

Share:

Jawablah dengan Hikmat!

Matius 9:1-17 

Tidak selalu apa yang kita lakukan dengan benar mendapat dukungan orang lain. Mungkin, beberapa orang tidak mengerti, tidak sepakat, atau tidak menyukainya sama sekali. Kita perlu memberi penjelasan kepada mereka?


Dalam teks bacaan hari ini kita melihat tindakan Yesus mengadakan mukjizat, menyatakan dosa orang telah diampuni, serta bersosialisasi dan makan dengan orang-orang berdosa (2, 10). Sekalipun semua itu baik adanya, ternyata tindakan-tindakan itu mendapat tentangan dari orang-orang yang menyaksikannya. Orang-orang yang menentang itu adalah ahli Taurat dan orang Farisi (3, 11), serta murid-murid Yohanes yang menyangsikan tindakan Yesus (14).


Pertanyaan ahli Taurat dijawab oleh Yesus dengan memberikan pertanyaan retorik kepada mereka. Kepada orang Farisi yang selalu menganggap diri mereka paling benar karena ketaatan legalistik, Yesus memberikan jawaban tentang hal yang paling mendasar dari hukum Taurat, yaitu belas kasih, bukan formalitas. Murid-murid Yohanes mungkin tidak terlalu mengerti alasan berpuasa. Mungkin juga mereka berpuasa karena mengikuti kebiasaan orang-orang Farisi. Yesus memberi jawaban kepada para murid Yohanes bahwa puasa yang sesungguhnya didasarkan atas perasaan dukacita atau kesusahan hati, bukan karena ritus dan kewajiban agama semata.


Sebagaimana Yesus menjawab, kita seharusnya juga memberikan jawaban-jawaban yang penuh hikmat berdasarkan pada kebenaran firman atas pertanyaan atau pertentangan yang kita hadapi. Yesus berkata, "Jadi pergilah dan pelajarilah arti firman ..." Jadi, sebaiknya kita belajar melakukan firman Tuhan secara serius agar lebih benar dan berhikmat dalam menjawab setiap pertanyaan yang diajukan kepada kita.


Allah memberikan hikmat kepada orang yang sungguh-sungguh mencari hikmat dari-Nya. Firman Allah jauh lebih berharga daripada emas dan permata yang paling mahal sekalipun. Dengan demikian, mari kita memohon dan mencari hikmat dari-Nya agar perkataan kita juga penuh hikmat Allah.

Biarlah Allah di puji dan di tinggikan melalui kita. Amin

Share:

Tuhan di Setiap Rencana Hidup

Baca: Yakobus 4:13-17

"Jika Tuhan menghendakinya, kami akan hidup dan berbuat ini dan itu." (Yakobus 4:15)

Perencanaan adalah hal penting dalam menjalani sebuah kehidupan. Dengan perencanaan yang baik dan matang langkah hidup seseorang akan semakin teratur dan makin terarah kepada suatu sasaran yang hendak dituju. Hidup yang terencana adalah bukti bahwa seseorang sangat menghargai waktu dan semua potensi yang Tuhan berikan. Namun sebuah perencanaan jika tidak disertai tekad dan usaha mewujudkannya tidak akan lebih dari sekedar moto dan angan-angan belaka, karena orang yang berhasil adalah yang hidupnya terencana dengan baik dan punya kemauan keras mewujudkan rencananya.


Sebuah perencanaan hidup akan semakin sempurna apabila Tuhan terlibat di dalamnya. Yakobus mengingatkan agar jangan pernah kita melupakan Tuhan dalam setiap perencanaan hidup. Di zaman yang serba modern ini kebanyakan orang tidak lagi melibatkan Tuhan dalam setiap perencanaan hidup, karena merasa diri mampu menentukan langkah hidupnya. Dengan pengalaman, kepintaran, kekuatan, kecanggihan teknologi, uang atau kekayaan yang dimiliki mereka mengira bahwa semua yang direncanakan pasti akan berhasil. "Segala jalan orang adalah bersih menurut pandangannya sendiri, tetapi Tuhanlah yang menguji hati." (Amsal 16:2). Orang yang melupakan Tuhan dalam setiap rencana hidupnya sama artinya meremehkan Tuhan, mengabaikan kehadiran-Nya, menganggap seolah-olah Tuhan tidak ada dan tidak punya kuasa. Yang menjadi akar persoalan adalah kesombongan.


Orang yang sombong dan angkuh meyakini bahwa ia mampu mengatasi semua persoalan hidupnya dengan kekuatan yang dimiliki, padahal ada banyak hal di dunia ini yang tak dapat diprediksi. Apa yang akan terjadi esok, lusa, minggu depan, bulan depan, tahun depan? Tak seorang pun tahu. "Janganlah memuji diri karena esok hari, karena engkau tidak tahu apa yang akan terjadi hari itu." (Amsal 27:1). Kehidupan ini tidak selurus dan semulus yang kita bayangkan, terkadang ada "kejutan-kejutan" yang tidak pernah kita harapkan, sementara kita hanya bisa menduga-duga dan mengira.


"Banyaklah rancangan di hati manusia, tetapi keputusan Tuhanlah yang terlaksana." (Amsal 19:21)

Share:

Percayakan pada Tangan yang Berkuasa

Matius 8:1-27 

Dari manakah datangnya pertolongan saat kita mengalami sakit yang berat dan berkepanjangan? Dari manakah datangnya keselamatan, saat kita terancam bahaya?

Setelah memberikan khotbah-Nya, Yesus turun dari bukit dan menyembuhkan seorang yang sakit kusta. Hanya dengan mengulurkan tangan dan berkata, "Aku mau, jadilah engkau tahir", seketika orang itu sembuh (2, 3). Begitu juga ketika menyembuhkan hamba dari seorang perwira di Kapernaum, Yesus tidak perlu menemuinya, hanya dengan berfirman, hamba itu pun sembuh. Saat Yesus pergi ke rumah Petrus, Dia juga menyembuhkan ibu mertua Petrus dari sakit demam. Selain atas penyakit, Yesus berkuasa juga atas setan. Hanya dengan sepatah kata saja, Yesus mengusir setan-setan dari banyak orang sekaligus (13-16). Bahkan alam pun tunduk atas perintah-Nya (26).

Jelas sekali dalam pelayanan-Nya, Yesus tidak hanya menyampaikan firman yang berisi petunjuk-petunjuk hidup agar orang-orang hidup dalam kebenaran. Ia juga mengadakan banyak mukjizat. Yesus menyatakan kuasa-Nya agar orang-orang memuliakan-Nya. Ia berkuasa atas segala sesuatu. Oleh sebab itu, ada begitu banyak orang yang datang kepada-Nya. Mereka kagum oleh pengajaran Yesus. Mereka juga minta disembuhkan atau ingin melihat mukjizat.

Ketika kita menghadapi masa-masa sulit dan tidak tahu ke mana harus meminta pertolongan, datanglah kepada Yesus. Saat penyakit membuat kita menderita dan putus asa, percayalah bahwa Yesus yang sanggup menyembuhkan segala penyakit akan menolong kita. Begitu juga saat kita berada dalam ketakutan terhadap bahaya yang mengancam hidup kita, berharaplah akan pertolongan dan keselamatan dari-Nya. Kita perlu berharap dengan iman ketika memohon anugerah Allah dan kemurahan hati-Nya.

Percayalah, segala sesuatu ada dalam kekuasaan tangan Allah. Jika pada masa lalu Dia berkuasa menyembuhkan orang sakit dan meredakan badai, hari ini pun Dia masih berkuasa. Mari kita bersyukur sebab tangan kuasa Allah menyertai umat-Nya. Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.