Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Jangan Khawatir

Ketika terjadi kecelakaan pesawat, tidak sedikit orang yang membatalkan rencana penerbangannya karena khawatir mengalami hal serupa. Ini hanya sebuah contoh, di tengah keadaan yang serba tidak pasti, kekhawatiran gampang menyusup ke dalam hidup kita.

Namun, Yesus berkata, "Janganlah khawatir akan hidupmu." (Matius 6:25). Pernyataan-Nya ini mengajak kita untuk melihat kehidupan secara menyeluruh. Melalui ilustrasi burung di langit dan bunga bakung di ladang (Matius 6:26-29), Dia menyatakan kesempurnaan Allah sebagai pencipta dan pemelihara kita. Jika Allah memelihara alam semesta dengan kelimpahan perhatian dan kasih-Nya sebagai seorang Bapa, tidakkah Dia akan terlebih lagi memelihara umat yang telah ditebus-Nya dengan kematian Anak-Nya?

Pertanyaan tantangan Yesus, "Siapakah di antara kamu yang karena kekhawatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?" (Matius 6:27), mengandung arti tentang pemeliharaan Bapa yang pasti dan rutin atas hidup kita. Hal itu juga mengarah pada pemahaman akan hakikat hidup seorang Kristen. Bahwa Allah telah meletakkan batasan dalam hidup kita, telah mempersiapkan pekerjaan baik untuk kita lakukan, dan telah berjanji bahwa dalam pemeliharaan-Nya, kita tidak akan berkekurangan.

Setelah mengetahui hal-hal tersebut, barulah kita dapat memahami betapa tidak bergunanya kekhawatiran itu. Juga, betapa pentingnya penyerahan diri kepada-Nya. Nah, sudahkah kita mengenal dan mempercayakan hidup kita kepada-Nya? Amin

Share:

Dosa Memikat Hati

Baca: Yakobus 1:12-18
"Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Dan apabila keinginan itu telah dibuahi, ia melahirkan dosa; dan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut." (Yakobus 1:14-15)

Pernah terdengar dari syair lagu dosa memikat hatiku.. Memikat hatiku memikat hatiku. Karena dosa itu timbul dari hati yang paling dalam untuk itu bagaimana hati kita ini kita isi. Apakah diisi dengan kebanaran apakah kejahatam
Tidak ada orang yang mendadak jatuh ke dalam dosa tanpa melalui proses atau tahapan. Dosa masuk ke dalam hidup seseorang melalui proses yang seringkali tidak disadari. Alih-alih mengakui dengan jujur bahwa ia telah melakukan dosa, orang berkilah, mencari alasan, menyalahkan situasi atau keadaan, menyalahkan orang lain, dan bahkan berani menyalahkan Tuhan. Ketika memakan buah terlarang, Adam dan Hawa berdalih dan saling melempar tanggung jawab ketika ditanya Tuhan. "Manusia itu menjawab: 'Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.' Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: 'Apakah yang telah kauperbuat ini?' Jawab perempuan itu: 'Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.'" (Kejadian 3:12-13).

Penyebab dari dosa adalah keinginan-keinginan manusia sendiri, sedangkan Iblis adalah si pemicu yaitu menggoda manusia. Iblis selalu mencari celah kelemahan seseorang dengan menggunakan situasi, orang lain, uang atau materi untuk menggoda. Pada saat godaan datang, keputusan dan pilihan ada pada kita sendiri, apakah kita akan menerima hal-hal yang ditawarkan oleh Iblis tersebut, atau kita bersikap tegas untuk menolaknya. Kalau kita menerima dan terus mengimajinasi apa yang ditawarkan Iblis, maka keinginan-keinginan kita akan menjadi semakin kuat. Akhirnya kita terpikat dan terseret untuk mewujudkan keinginan-keinginan tersebut dan menghasilkan buah dosa.

Yakobus mengatakan bahwa dosa yang dilakukan secara berulang-ulang (matang) akan mengakibatkan maut atau kematian. Sukacita menjadi mati, harapan menjadi mati, pintu berkat menjadi tertutup, dan sebagainya. Jalan keluarnya? Kita harus mengatasi godaan sejak awal, ketika imajinasi yang salah itu muncul. "Karena itu matikanlah dalam dirimu segala sesuatu yang duniawi, yaitu percabulan, kenajisan, hawa nafsu, nafsu jahat dan juga keserakahan, yang sama dengan penyembahan berhala, semuanya itu mendatangkan murka Allah (atas orang-orang durhaka)." (Kolose 3:5-6).
Berjaga-jaga dalam doa adalah langkah awal agar terhindar dari pencobaan!
Amin
Share:

Karya Terbaik dengan Cara Baik

1 Raja-raja 5:1-18 

Persiapan pembangunan Bait Suci menarik disimak. Salomo meminta kepada Hiram, raja Tirus, untuk mengirimkan pohon-pohon aras dari gunung Libanon (6). Pada masa itu kayu aras terkenal sangat keras, tidak mudah lapuk, dan tahan rayap. Serat kayunya begitu padat sehingga bagus untuk ukir-ukiran dan baunya sungguh khas.

Harganya pun tidak main-main. Salomo membayar dengan 322.500 kg gandum dan 4.400 ltr minyak zaitun asli per tahunnya (11). Jika harga gandum terbaik Rp 45 ribu per kg dan harga minyak zaitun terbaik Rp 300 ribu sekarang ini, maka setiap tahunnya Salomo mesti mengeluarkan sekitar Rp 16 miliar! Jika pembangunan Bait Suci itu memakan waktu 7 tahun, maka harganya menjadi sekitar Rp 112 miliar.

Harga yang lumrah mengingat kayu-kayu itu harus ditebang di pegunungan, dibawa ke Tirus, dan melalui Laut Tengah kayu-kayu itu dialirkan dalam bentuk rakit ke pelabuhan terdekat dengan Yerusalem (kemungkinan besar Yope), lalu dibawa kembali masuk ke pedalaman, dan ke dataran tinggi di Yerusalem (9). Kita mungkin bertanya, mengapa Salomo mengimpor dan tidak menggunakan bahan bangunan lokal? Sepertinya Salomo ingin memberi yang terbaik bagi Allah. Untuk fondasinya, Salomo menggunakan batu-batuan pilihan dalam negeri sendiri (17). Itu berarti Salomo tak hanya berorientasi impor.

Karya terbaik mesti dilakukan dengan cara baik. Itulah yang dilakukan Salomo. Dia tidak meminta kayu dari Tirus, tetapi sungguh-sungguh mau membayarnya dengan harga wajar dan tidak berutang.

Kita dapat belajar dari Raja Salomo. Saat mempunyai hajat membangun gedung gereja atau gedung pelayanan lainnya, adalah baik jika semua itu dibangun dengan semangat memberi yang terbaik. Namun, harus juga dengan cara terbaik. Jangan sampai belum apa-apa panitia sudah meminta diskon dari penyuplai dengan alasan untuk pekerjaan rohani. Kita perlu meminta harga yang wajar. Tentu kita senang jika mereka turut berdonasi, namun jangan dipaksakan! Sehingga "gedung rohani" itu sungguh rohani dalam pengerjaannya. Amin
Share:

Berbagi Hikmat

1 Raja-raja 4:1-34 

Pada masa pemerintahan Raja Salomo, Israel mengalami zaman keemasan. Raja membuat pemerintahan yang lebih efisien. Maka, penulis Kitab 1 Raja-raja mencatat: "Orang Yahudi dan orang Israel jumlahnya seperti pasir di tepi laut. Mereka makan dan minum serta bersukaria" (20). Negara dalam keadaan aman dan makmur. Penulis menyatakan untuk persedian makanan di istana, dibutuhkan 5.000 liter tepung halus dan 10.000 liter tepung kasar, belum lagi dengan kebutuhan daging per harinya.

Tak sekadar makmur. Penulis menyatakan bahwa kerajaan-kerajaan di sekitar Israel menyampaikan upeti sebagai tanda ketaklukan kepada Salomo (21). Itu berarti Israel pada masa Salomo dihormati, juga ditakuti banyak bangsa. Sungguh masuk akal jika melihat bahwa Salomo memiliki 40.000 kandang kuda untuk kereta-kereta perangnya. Jika satu kereta ditarik empat ekor kuda, maka Israel mempunyai 10.000 kereta kuda. Bandingkanlah itu dengan Indonesia yang memiliki 315 buah tank pada 2019.

Namun, di atas semuanya itu, penulis mencatat bahwa Allah memberikan hikmat dan pengetahuan yang luar biasa kepada Salomo (29). Hikmat itu yang membedakannya dari raja-raja yang ada pada masa itu, sehingga banyak orang datang untuk menimba ilmu darinya.

Apa yang dapat kita pelajari dari nas Alkitab hari ini? Pertama, betapapun tinggi prestasi manusia, semua itu hanyalah anugerah Allah. Persoalannya memang ada yang mengakui, namun ada pula yang tidak. Pengakuan itu menjadi logis karena manusia tidak begitu saja muncul di muka bumi ini. Allah menciptakan dan memperlengkapi manusia dengan akal budi, sehingga kita pun dipanggil untuk memuliakan Allah. Itu merupakan hal yang logis.

Kedua, kita dipanggil pula untuk tidak menikmati kepandaian itu sendirian, namun mau membagikannya kepada orang lain. Uniknya, saat berbagi ilmu kita tidak akan pernah kehabisan ilmu itu sendiri. Berbagi membuat kita makin mumpuni. Oleh karena itu, marilah kita berbagi ilmu agar dunia semakin dipenuhi dengan banyak orang yang berhikmat. Amin
Share:

Kasih Harus Diekspresikan

Baca: 1 Yohanes 3:11-18
"Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran." (1 Yohanes 3:18)
Hari hati ini masih hangatnya hari kasih sayang yang disebut dengan valentine day. Apakah kasih hanya sekedar teori tentu tidak kasih harus di exspresikan di tengah kehidupan nyata. 
Alkitab menyatakan bahwa di masa-masa akhir ini "...kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin." (Matius 24:12). Orang tidak lagi punya kepedulian terhadap sesamanya karena fokus hidupnya adalah untuk diri sendiri. Kata "kasih" acapkali hanya sekedar slogan yang tak berhenti digembar-gemborkan tapi tak ada wujud nyata. Ada kalimat bijak yang mengatakan bahwa kasih yang dipendam itu tak lebih dari sebuah kebohongan. Jadi kasih itu harus diekspresikan dalam sebuah tindakan nyata.

Dalam kehidupan kristiani mengasihi itu bukanlah perbuatan pilihan atau perbuatan manasuka yang ditawarkan oleh Tuhan, tetapi perbuatan wajib yang harus menjadi bagian hidup kita. Pada dasarnya perbuatan kasih meliputi tiga kepedulian yaitu peduli pada penderitaan orang lain, peduli pada kebutuhan orang lain dan peduli pada keselamatan orang lain.
Bagaimana seharusnya kita mengekspresikan kasih itu? Pertama, jangan membalas kejahatan dengan yang jahat. "Janganlah kamu heran, saudara-saudara, apabila dunia membenci kamu. Kita tahu, bahwa kita sudah berpindah dari dalam maut ke dalam hidup, yaitu karena kita mengasihi saudara kita. Barangsiapa tidak mengasihi, ia tetap di dalam maut." (ayat 13-14). Kalau orang dunia berprinsip bahwa pembalasan lebih kejam dari perbuatan, firman Tuhan mengajarkan: "...supaya jangan ada orang yang membalas jahat dengan jahat, tetapi usahakanlah senantiasa yang baik, terhadap kamu masing-masing dan terhadap semua orang." (1 Tesalonika 5:15). Kehendak Tuhan adalah kalahkanlah kejahatan dengan kebaikan (baca Roma 12:21).

Yang kedua adalah suka menolong orang lain. "Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?" (ayat 17). Banyak orang suka menunda-nunda menolong orang lain, dengan alasan untuk kebutuhan sendiri saja belum cukup. "Janganlah menahan kebaikan dari pada orang-orang yang berhak menerimanya, padahal engkau mampu melakukannya." (Amsal 3:27).

Orang percaya yang tidak memraktekkan kasih sama seperti gong yang berkumandang dan canang yang gemerincing (baca 1 Korintus 13:1).
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.