Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Hati yang Lamban

Halllo gimana kabar Bpk ibu jenaat di hari ini masih ada semangat dan sukacita bersama selamat bekerja dan beraktifitas sambil nikmati firman-nya hari ini

Lukas 24:13-35 

Ada satu ironi pada zaman post truth sekarang ini. Di satu sisi, orang-orang mudah percaya kepada hoaks dan dengan cepat menyebarkannya tanpa pertimbangan. Namun, di sisi yang lain, mereka lamban untuk percaya kepada firman Tuhan.

Perikop ini terjadi setelah Tuhan Yesus bangkit. Kedua murid tidak dengan mudah percaya kepada berita tersebut. Bahkan mereka masih tidak percaya setelah ditunjukkan beberapa indikasi kebangkitan Yesus. Indikasi-indikasi tersebut tampak secara terang-terangan ketika mereka berjalan bersama-sama dengan Yesus (15), bercakap-cakap dengan-Nya (17), dan mendengar kabar kebangkitan-Nya (22-23). Bahkan kebenaran tentang kabar itu telah terkonfirmasi melalui tidak adanya tubuh Yesus di dalam kubur (24), dan mereka diajar oleh Yesus sendiri tentang Mesias yang harus menderita dan bangkit (26). Dari sederet indikasi tersebut, kedua murid masih saja belum percaya, sampai-sampai Tuhan Yesus menyebut mereka sebagai orang bodoh dengan hati yang lamban (25).

Dalam iman Kristen, kita setuju bahwa Allahlah yang berinisiatif mencari manusia. Manusia tidak mampu mencari Allah, bahkan kemauan pun tidak ada. Kita membaca bahwa Yesuslah yang mencari murid-murid-Nya, bahkan dengan penuh kesabaran dalam memberikan pengertian kepada kedua murid mengenai kebangkitan-Nya.

Kelambanan hati kedua murid menjadi gambaran hati kita semua. Kita lebih senang mendengar berita yang menyenangkan telinga daripada firman Tuhan. Mungkin saja Tuhan telah memberikan indikasi-indikasi dalam kehidupan, agar kita percaya kepada firman-Nya. Namun, kita sering kali mengeraskan hati.

Tuhan memang senantiasa mencari kita serta memberi kita pengertian. Namun, kita juga harus peka. Kita harus mempunyai hati yang mudah percaya. Jika kita dapat dengan mudah percaya kepada berita hoaks dan tulisan purbakala, mengapa kita sulit memercayai Alkitab? Jika kebebalan seperti itu terus berlanjut, maka tak salah jika Tuhan menyebut kita sebagai orang bodoh dengan hati yang lamban. 

Janganlah kendor tetap prokes pakai masker, cuci tangan, tidak bersalaman jauhi kerumunan dan demi menyelamatkan orang lain.
Share:

Kebangkitan Yesus

Halllo gimana kabar Bpk ibu jenaat di hari ini masih ada semangat dan sukacita bersama selamat bekerja dan beraktifitas sambil nikmati firman-nya hari ini


Matius 28:1-10
Hari minggu adalah hari yang spesial bagi anak Tuhan. Hari ini menjadi spesial bukan 
karena kita libur, tidak melakukan pekerjaaan apapun. Tetapi hari ini menjadi hari yang 
spesial karena Yesus, Allah yang kita yakini dan percayai bangkit dari kematian. Bahkan 
dalam catatan Kisah Para Rasul hari minggu dikatakan sebagai hari pertama dalam minggu 
ini. Jadi kebangkitan Kristus menjadi momen dan tonggak penting dalam ziarah iman kita.
Hari yang ketiga, para murid wanita yang pertama kali datang ke kubur Yesus. 
Alangkah terkejutnya mereka ketika sampai di kubur gurunya, jenasah gurunya sudah tidak 
ada lagi di sana. Mereka bisa saja berpikir bahwa jenasah guru mereka telah dicuri. Akan 
tetapi, peristiwa yang terjadi, yaitu: gempa bumi dan kehadiran Malaikat yang 
menyampaikan bahwa Yesus telah bangkit membuat para murid ini menjadi bersukacita 
dan bergembira. Kebangkitan Kristus disaksikan oleh para murid wanita.
Selain para wanita, kebangkitan Yesus juga disaksikan oleh para penjaga kubur yang 
notabene adalah bukan pengikut Kristus. Mereka menjadi takut dan menjadi seperti orang￾orang yang mau mati. Kita tidak tahu apa yang terjadi dengan para penjaga ini setelah 
mereka berjumpa dan melihat peristiwa kebangkitan Yesus dalam hidupnya. 
Sebagai orang yang percaya dan beriman kepada Yesus, iman kita akan kebangkitan 
Yesus bukanlah iman yang membabi buta. Iman kita bukan didasarkan atas kata 
“pokoknya.” Namun, iman kita didasarkan atas sebuah fakta kebangkitan Yesus Kristus. 
Dari peristiwa kebangkitan yang dicatat oleh Matius, kita dapat melihat bahwa fakta 
kebangkitan tidak pernah ditentukan bahkan diubah oleh respon dari penerima fakta. 
Renungan hari ini saya tutup dengan mengutup sebuah lagu yang menegaskan akan 
kebangkitan Kristus. Kiranya refrain dari lagu KPPK 134 ini sekali lagi boleh meneguhkan 
iman dan pengharapan kita.
Kristus, hidup! Kini tetap hidup.
Ia dekatku, Ia sertaku, jalan yang kutempuh.
Kristus, hidup! 'Ku memasyurkan-Nya,
kau bertanya, "Ia hidupkah?"
Benar, Kristus hidup!
Soli Deo Gloria.


Janganlah kendor tetap prokes pakai masker, cuci tangan, tidak bersalaman jauhi kerumunan dan demi menyelamatkan orang lain.
Share:

Kesunyian dari Lubang Kubur

Halllo gimana kabar Bpk ibu jenaat di hari ini masih ada semangat dan sukacita bersama selamat bekerja dan beraktifitas sambil nikmati firman-nya hari ini

Matius 27:57-66
Setelah Yesus dipastikan mati di atas kayu salib, maka jenasah Yesus segera 
diturunkan dan diserahkan kepada Yusuf Arimatea, seorang murid Yesus untuk mengurus 
jenasah Yesus. Hal ini dilakukan karena Ulangan 21:22-23 yang mengharuskan supaya 
jenasah orng yang dihukum mati dikubur pada hari itu juga. Peraturan ini berbeda dengan 
tradisi orang Romawi yang membiarkan jenasah orang yang dihukum mati tergantung 
diatas kayu salib sampai membusuk atau dimakan hewan buas/burung. Selain itu, jenasah 
Yesus harus segera dikuburkan karena sesaat lagi mereka akan masuk ke dalam hari sabat, 
di mana mereka tidak dapat melakukan beragam aktivitas.
Di saat-saat seperti inilah, Yusuf Arimatea, seorang murid Yesus meminta ijin supaya 
ia mengurusi jenasah dari gurunya. Ia adalah seorang Yahudi yang baik dan benar. Lukas 
juga mencatat bahwa ia adalah seorang yang menantikan Kerajaan Allah (Luk. 23:50-51). Ia 
jarang diketahui sebagai murid Yesus, karena ia mengikut Yesus secara diam-diam dan 
takut kepada orang-orang Yahudi (Yoh. 19:38). Ia adalah seorang yang kaya, karena ia 
memiliki kuburan pribadi yang belum pernah dipakai dan ia menggunakan kuburannya 
untuk meletakkan jenasah dari gurunya. 
Setelah proses penguburan Yesus selesai, kubur Yesus tidak dibiarkan tanpa penjaga. 
Hal ini dikarenakan ketakutan dari para pemimpin Agama akan pernyataan tegas dari Yesus 
bahwa Ia akan bangkit pada hari yang ketiga. Selain itu, ketakutan terhadap pencurian 
jenasah Yesus juga telah diantisipasi oleh para pemimpin agama. Atas seijin Pilatus, maka 
kubur Yesus telah dijaga untuk mencegah penyesatan yang lebih buruk akan terjadi.
Dalam peringatan paskah ini, kita mengingat akan kisah penguburan Tuhan Yesus dan 
melihat bagaimana seorang murid Yesus masih memberikan perhatian kepada guru-Nya. Di 
masa-masa akhir hidup guru-Nya, ia masih memberikan pelayanan yang baik kepada guruNya. Di sabtu yang sunyi ini, mari kita coba melihat pelayanan apa yang saat ini dapat kita 
lakukan untuk mengingat akan kematian Yesus? Apakah kita semakin giat dalam melayani 
Dia, raja di atas segala raja? Atau kita semakin mundur dalam melayani Tuhan? Mari kita 
belajar dari Yusuf Arimatea, murid Yesus yang mau melayani guru-Nya sampai pada 
akhirnya.


Janganlah kendor tetap prokes pakai masker, cuci tangan, tidak bersalaman jauhi kerumunan dan demi menyelamatkan orang lain.
Share:

Kehendakku atau Kehendak-Mu?

Halllo gimana kabar Bpk ibu jenaat di hari ini masih ada semangat dan sukacita bersama selamat bekerja dan beraktifitas sambil nikmati firmannya hari ini

Lukas 22:39-46

Ada sebuah lagu dalam Kidung Puji-pujian Kristen (KPPK) yang berjudul Pimpin ke 
Kalvari. Dalam bagian refrain lagu ini terdapat kalimat yang indah, yaitu: 
Jangan lupa getsemani, 
Jangan lupa sengsara-Nya. 
Jangan lupa cinta Tuhan, 
Pimpin ke Kalvari
Peristiwa khusus apa yang membuat pencipta lagu ini mengajak kita untuk tidak 
melupakan Getsemani? Padahal Getsemani hanyalah sebuah taman yang dipakai oleh 
Yesus untuk bergumul sebelum Ia disalibkan. 
Ya, di taman Getsemani ada sebuah peristiwa yang tidak mungkin untuk dilupakan, 
yaitu pergumulan Tuhan Yesus ketika Ia hendak naik ke atas kayu salib untuk 
menggenapkan misi Allah, yaitu: menebus dosa umat manusia. Pergumulan ini tidak sama 
dengan pergumulan kita yang saat ini mungkin mengalami kesusahan karena kanaikan 
harga minyak goreng yang diikuti oleh kenaikan harga beberapa barang kebutuhan pokok. 
Pergumulan ini tidak sama dengan pergumulan kita yang mau menghadapi ujian dan 
penilaian-penilaian dalam studi kita. Pergumulan ini adalah pergumulan ketika Yesus akan 
ditinggalkan oleh Allah Bapa untuk menerima cawan murka dari Allah atas dosa umat 
manusia. 
Pergumulan berat yang Yesus alami membuat peluh-Nya menjadi titik-titik darah 
yang bertetesan ke tanah. Dalam pergumulannya yang berat ini, Yesus tidak mengandalkan 
kekuatan-Nya sendiri. Ia datang dalam doa kepada Bapa. Ia memohon sekiranya boleh 
cawan ini lalu dari pada-Nya. Apakah yang terjadi ketika Yesus Berdoa? Lukas mencatat 
bahwa ada Malaikat dari langit yang menampakkan diri kepada-Nya untuk memberi 
kekuatan kepada-Nya. Kekuatan itu menjadi nyata ketika Ia memilih taat kepada kehendak 
Bapa dan bukan kepada kehendak diri-Nya. Ia tahu dan sadar bahwa kedatangan-Nya ke 
dalam dunia ini adalah untuk menjalankan dan menyelesaikan misi dari Bapa-Nya.
Dalam memperingati akan kematian Kristus esok hari, mari kita merenungkan 
kembali kehidupan kita. Apakah setiap kali kita menghadapi pergumulan dan kesulitan 
hidup kita, kita datang kepada-Nya dalam doa-doa kita? Apakah kita benar-benar 
mengharapkan kekuatan yang berasal dari pada-Nya? Jika kita berdoa, apakah kita dengan 
berani mengatakan biarlah kehendak-Mu yang jadi bukan kehendakku? Kiranya Tuhan 
menolong setiap kita sekalian.

Janganlah kendor tetap prokes pakai masker, cuci tangan, tidak bersalaman jauhi kerumunan dan demi menyelamatkan orang lain.
Share:

Teladan dari sang Hamba

Halllo gimana kabar Bpk ibu jenaat di hari ini masih ada semangat dan sukacita bersama selamat bekerja dan beraktifitas sambil nikmati firmannya hari ini

Yohanes 13:1-20
Sebuah peribahasa “Gajah mati meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan 
belang, manusia mati meninggalkan nama” adalah sebuah peribahasa yang kita ketahui. 
Peribahasa ini mengajarkan kepada kita bahwa setiap kali hal baik atau perbuatan baik 
yang kita lakukan akan diingat oleh orang yang pernah berinteraksi dengan kita. Bukan 
hanya hal baik, tetapi juga hal buruk yang kita pernah perbuat. Sebagai seorang guru, Yesus 
telah meninggalkan sebuah teladan yang baik ketika Ia membasuh kaki para murid-Nya. 
Pembasuhan kaki pada waktu itu adalah sebuah kegiatan yang umum dilakukan oleh 
setiap orang Israel pada waktu itu. Hal ini dilakukan karena orang-orang Israel, seperti 
semua orang-orang Timur lainnya, tidak menggunakan sepatu tertutup dalam aktivitas 
mereka melainkan memakai sandal. Bahkan, mereka terbiasa untuk berjalan di rumah 
tanpa menggunakan alas khaki. Oleh karena itu ketika orang Israel diundang untuk 
menghadiri sebuah perjamuan atau pesta, maka tugas pertama dari tuan rumah untuk 
memberikan air kepada tamu-tamu undangannya untuk mencuci kakinya (Kej. 18:4, 19:2, 
24:32; Hak. 19:21). Ketika si tuan rumah tidak menyediakan air cuci untuk mencuci kaki, ini 
adalah pertanda tidak bersahabat.
Pembasuhan kaki dari para tamu tidak dilakukan oleh Sang tuan rumah. Ia dapat 
meminta budaknya untuk membasuh khaki para tamu yang datang pada perjamuan atau 
pesta yang diadakan. Sebuah kegiatan yang “umum” menjadi istimewa karena dilakukan 
dalam kondisi yang tidak umum. Yesus yang menjadi guru seharusnya tidak melakukan 
pembasuhan itu, mengingat Ia bukanlah seorang budak. Kaki-Nya yang seharusnya dicuci 
oleh para murid, tapi Ia yang mencuci kaki para murid-Nya. Kisah pembasuhan kaki yang 
dilakukan oleh Yesus tidak hanya dilihat sebagai sebuah kisah yang menunjukkan 
kerendahan hati dari Tuhan Yesus semata, namun kisah ini bertujuan untuk mengajak para 
pembaca kitab Yohanes melihat Yesus sebagai korban yang akan mati di atas kayu salib 
untuk menebus dosa umat manusia. 
Hari ini, ketika kita merenungkan akan kisah mengenai pembasuhan kaki yang 
dilakukan oleh Tuhan Yesus kepada murid-muridNya, apa yang menjadi refleksi bagi diri 
kita. Ketika kita mengikut Tuhan dan melayani-Nya, apa yang telah kita “korbankan” bagi 
diri-Nya? Waktu, tenaga, pikiran, uang, apa lagi? Pengorbanan yang kita lakukan bukanlah 
sesuatu yang layak untuk dipuji melainkan adalah sebuah keharusan yang kita lakukan 
karena kita adalah murid-murid-Nya.

Janganlah kendor tetap prokes pakai masker, cuci tangan, tidak bersalaman jauhi kerumunan dan demi menyelamatkan orang lain.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.