Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

MENGASIHI DI SAAT KRISIS

Yohanes 13:1-17, 31b-35
“Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamu pun wajib saling membasuh kakimu ….”
(Yoh. 13:14).
Perayaan hari Kamis Putih adalah awal dari Triduum, yaitu Trihari Paskah yang meliputi: Kamis Putih, Jumat Agung, Sabtu Sunyi, Paskah. Dengan demikian, liturgi Kamis Putih merupakan penutup masa Prapaskah. Dalam liturgi Kamis Putih, gereja merayakan Perjamuan Malam Terakhir yang dilakukan Yesus bersama para murid-Nya dengan terlebih dahulu membasuh kaki para murid-Nya.
Mengetahui saat ajal akan tiba tidaklah mudah. Tak seorang pun siap menghadapi kematiannya. Makna Yesus “tahu” dalam konteks ini adalah Ia mengetahui dengan persis bahwa saat kematian-Nya sudah mendekat. Yohanes 13:1 menyatakan, “Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa.” Kata “tahu” (eidos) berarti: mengerti, melihat, menyadari. Semua arti tersebut dipakai untuk menunjuk kesadaran Yesus yang tahu dengan persis bahwa kematian-Nya akan segera terjadi.
Pergumulan batin Yesus, selaku manusia yang mengetahui dengan persis akan kematian-Nya, tidak menghalangi-Nya untuk melakukan sesuatu yang terbaik. Yesus memilih untuk membasuh kaki para murid-Nya. Yohanes 13:15 menyatakan bahwa apa yang dilakukan oleh Yesus adalah memberi teladan kepada murid-murid-Nya. Keteladanan yang dimaksud adalah para murid dipanggil untuk saling merendahkan diri, saling peduli dan mengasihi walau mereka berada di tengah-tengah bahaya atau kematian.
DOA:
Tuhan Yesus mampukanlah kami bersiap seperti Engkau yang mampu
mengasihi walau kami sedang menghadapi beban yang berat. Amin.

 
Share:

Mengasihi Walau Terluka

Matius 5:43 48
Apabila kamu mengasihi orang yang mengasihi kamu, apakah upahmu? Bukankah pemungut cukai juga berbuat demikian?
Matius 5:46
Satu kali saya bertanya kepada seorang bapak, Kalau Bapak asalnya dari mana? Keluarga Bapak di mana? Lalu bapak ini menjawab, Apa yang Bapak maksud dengan keluarga? Kadang keluarga kita juga tidak seperti keluarga. Dari jawaban bapak ini tersirat adanya permasalahan dengan keluarganya. Banyak cerita sedih di dalam keluarga: suami istri yang pernah berjanji akan saling mencintai dalam keadaan apa pun menjadi saling menyakiti, orangtua yang sudah belasan tahun tidak berbicara dengan anaknya, anak yang membenci orangtuanya, belum lagi kakak beradik saling beradu di pengadilan karena masalah warisan. Sedih sekali melihat keluarga yang seharusnya menjadi tempat di mana kasih bersemi, sekarang gersang akan kasih.
Perhatikan ayat emas di atas. Pemungut cukai sangat dipandang buruk pada saat itu, seorang penjilat, pengkhianat bangsa, orang egois yang rakus harta. Dikatakan pemungut cukai bisa mengasihi kalau orang lain mengasihi dia. Kalau ada orang yang menguntungkan dia, dia pun akan mengasihi orang itu. Nah, orang orang yang dicap jahat dan seperti tidak punya perasaan pun bisa mengasihi. Namun, cara murid Kristus berbeda. Kita bukan berprinsip:
lu baik, gua baik; kalau lu jahat, gua bisa lebih jahat. Tuhan Yesus menegaskan, Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. (ay. 44). Inilah prinsip orang percaya, sekalipun orang lain jahat terhadap kita, kita tetap harus mengasihi dan berdoa bagi mereka. Apa bisa? Apa mungkin? Apa masuk akal?
Lihatlah Tuhan Yesus. Dia mati di kayu salib saat kita berdosa, masih jadi seteru, musuh Nya. Tuhan punya segala kemampuan untuk menghukum kita yang seharusnya dihukum, tetapi Kristus memberikan diri Nya, mengasihi kita bukan hanya sampai terluka, bahkan sampai mati untuk menanggung seluruh hukuman dosa supaya kita tidak dihukum. Ini fondasi bagi kita untuk bisa mengasihi orang yang jahat kepada kita karena ketika kita jahat pun kita sudah dikasihi Nya.
Mungkin Anda ditempatkan di dalam keluarga yang menyusahkan, menyebalkan, dan menyakitkan. Kasihilah mereka di dalam kasih Kristus. Sekalipun berkali kali mereka sudah menyakiti, mintalah pertolongan Roh Kudus untuk mengasihi mereka. Biarlah keluarga Anda menyaksikan kasih Kristus melalui Anda.

Refleksi Diri:
Apa yang seringkali membuat Anda sulit mengasihi seseorang?
Bagaimana Anda mau belajar untuk mengasihi mereka yang sudah menyakiti Anda?
Share:

Penyakit dan hukuman

Mazmur 38
Selidikilah aku, ya Allah, dan kenallah hatiku, ujilah aku dan kenallah pikiran pikiranku; lihatlah, apakah jalanku serong, dan tuntunlah aku di jalan yang kekal!
Mazmur 139:23 24
Tidak semua penyakit diakibatkan dosa. Benar! Akan tetapi, tidak berarti dosa dan penyakit sama sekali tidak berkaitan. Kenyataannya, ada penyakit yang disebabkan oleh dosa. Harus diakui penentuan apakah penyakit itu karena dosa atau tidak bersifat subjektif, yaitu oleh si penderita itu sendiri, bukan oleh orang lain. Kesadaran ini muncul dari refleksi dan kepekaan diri, bukan karena dihakimi oleh orang lain. Dalam Mazmur 38, pemazmur menyadari bahwa dosalah yang membuatnya menderita. Oleh karena itu, pengakuan dosa yang dilakukannya adalah tindakan yang tepat. Ia rendah hati dan membuka diri di hadapan Tuhan. Ia tidak membela diri atau merasa diri benar.

Saat menderita sakit adalah waktu yang tepat untuk berdiam diri dan memeriksa diri seperti menginjak rem ketika kehidupan kita sedang melaju kencang. Bagaimana kehidupan saya selama ini di hadapan Allah? Apakah yang saya perbuat atau jalani sudah benar? Penderitaan bisa menjadi pengeras suara (megafon) Allah bagi dunia yang tuli, kata C.S. Lewis. Maksudnya, seringkali kita begitu asyik dengan jalan kehidupan yang kita pikir normal, wajar, dan benar, serta tidak mendengar suara Allah yang berbicara kepada kita. Dalam keasyikan tersebut, suara Allah seperti berbisik bisik dan tenggelam oleh suara kebisingan keseharian kita. Tiba tiba datanglah penyakit. Itu seperti megafon yang bersuara keras menyadarkan kita bahwa Allah sedang berbicara. Pasti ada pesan dari Allah kepada kita melalui sakit penyakit tersebut. Kadangkala Allah mengoreksi kita agar kembali ke tujuan yang benar karena selama ini kita sudah melenceng. Adakalanya juga Dia mengarahkan kita ke tujuan baru. Selama ini jalan hidup kita sudah benar, tetapi Tuhan menghendaki kita mengambil jalan baru yang lebih baik dalam pandangan Nya.

Jika hari ini Anda sedang menderita sakit, jangan tenggelam dalam susah ataupun sedih hati. Jumpailah Allah di dalam penderitaan Anda. Ambil waktu sejenak untuk menyendiri, undur sejenak dari kegiatan keseharian. Selami isi hati Nya, temukan kehendak Nya.

Refleksi Diri:
Apa yang Anda lakukan ketika sedang menderita? Apakah Anda mengambil waktu untuk refleksi atau bercermin diri?
Apa manfaat yang Anda rasakan dari refleksi atau bercermin diri?
Share:

Penyakit dan Hukuman

Jawab Yesus: Bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan 
pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.
 Yohanes 9:3

Tidak ada seorang pun yang ingin sakit. Namun, realitanya sakit adalah bagian dari kehidupan manusia. Penyakit bukan hanya mengakibatkan penderitaan fisik tetapi juga rohani dan mental. Pertanyaan yang sering ditanyakan oleh orang sakit biasanya: apakah dosa saya sehingga menderita seperti ini? Sebagai hamba Tuhan, saya sering sekali menerima pertanyaan itu dari jemaat, di antaranya ada yang sudah lama menjadi orang Kristen. Ketika divonis penyakit kanker pada tahun 2016, saya tidak menanyakan pertanyaan itu, karena saya tahu pertanyaan itu tidak bermanfaat bahkan hanya akan menambah kesusahan hati saya.
Dalam Mazmur 38, kita membaca bahwa pemazmur juga mengaitkan sakit penyakitnya dengan dosa dan penghukuman Allah. Dengan lantang ia mengatakan bahwa penyakitnya disebabkan oleh dosanya (ay. 4 6). Karena dosanya, hukuman Allah menimpanya. Apakah jalan pikiran pemazmur benar? Bagaimana kita memahami hubungan antara penyakit dengan dosa dan hukuman Allah?
Kita harus mengakui bahwa kejatuhan manusia ke dalam dosa telah mengakibatkan penderitaan, termasuk sakit penyakit. Jadi, sakit penyakit datang ke dalam dunia karena dosa Adam dan Hawa. Andaikata Adam dan Hawa tidak berdosa, maka kita akan sehat sehat selalu. Akan tetapi, kita tidak bisa menarik kesimpulan bahwa setiap kali seseorang menderita sakit, itu pasti dipicu oleh dosa yang dilakukannya. Ada dosa maka muncul penyakit. Ini keliru!
Tidak semua penyakit diakibatkan dosa spesifik. Tuhan Yesus mengoreksi kesalahan ini dalam Yohanes 9:3 ketika murid murid Nya mengaitkan dosa dengan kebutaan sejak lahir. Perkataan Tuhan Yesus, … tetapi karena pekerjaan pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia menunggangbalikkan ajaran yang salah di atas. Ini pula yang saya yakini ketika menderita sakit kanker, bahwa Allah bekerja melalui penderitaan saya. Saya tidak dicampakkan tetapi justru dijadikan saluran berkat di dalam penderitaan.
Saudaraku, jika Anda saat ini mungkin sedang bergumul dengan sakit penyakit yang diderita, yakinlah bahwa terkadang itu dialami semata mata untuk menyatakan kemuliaan Allah melalui diri Anda. Tuhan berhak untuk memakai Anda sebagai alat menyatakan kemuliaan Nya dengan cara apa pun yang Dia kehendaki, salah satunya barangkali melalui sakit Anda. Mari melihat pekerjaan Allah dinyatakan melalui penderitaan Anda.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah mengaitkan penderitaan yang Anda alami dengan dosa yang Anda perbuat? Mengapa?
Bagaimana cara Anda memaknai penderitaan yang dialami sebagai cara Allah bekerja dalam hidup Anda?
Share:

VISI DAN PREDIKSI

Markus 10:32-34
“… dan Ia akan diolok-olokkan, diludahi, disesah dan dibunuh, dan sesudah tiga hari Ia akan bangkit.”
(Mrk. 10:34)
Manusia mewujudkan impian atau cita-citanya melalui visi. Pemimpin akan sukses apabila ia memiliki visi yang jelas. Dengan visi yang jelas, ia akan mampu memprediksi berbagai kemungkinan yang akan dihadapi dalam mewujudkan visinya. Berdasarkan prediksi tersebut ia mengantisipasi segala kemungkinan hambatan atau kegagalan. Sebuah visi yang kuat senantiasa dilandasi oleh analisa yang kritis dan kemampuan memprediksi.
Visi Kristus adalah menghadirkan anugerah keselamatan sehingga terjadi pendamaian antara manusia dengan Allah. Namun, Yesus justru memprediksi bahwa Ia akan diolokolok, diludahi, disesah dan dibunuh. Bukankah prediksi yang janggal? Visi Yesus yang utama didasarkan pada prediksi akan kematian-Nya. Sekilas tampak kontradiktif. Namun, sesungguhnya visi Yesus sangat efektif. Sebab, visi itu didasarkan pada kematian-Nya sebagai media penebusan dosa. Lebih daripada itu, Ia akan bangkit setelah wafat. Prediksi Yesus juga mempersiapkan hati para murid agar mereka tidak terlalu terguncang.
Prediksi Yesus akan kematian-Nya menunjukkan betapa Ia begitu total menghayati visi-Nya sebagai Anak Allah. Ia menempatkan diri-Nya sebagai pribadi yang rela berkorban dan taat sampai wafat. Visi hidup kita juga akan efektif apabila tidak sekadar memprediksi hambatan dan kegagalan, tetapi utamanya persembahan diri yang total. Visi besar senantiasa dihayati dengan kesediaan berkorban dan setia sampai pada akhirnya.

Refleksi 
1.Apakah visimu sudah sesuai dengan prediksi? 
2.Adakah langkah konkrit dalam memprediksi visi anda saat ini? 
DOA:
Kristus, Sang Firman Hidup, berilah kepada setiap kami visi Ilahi sehingga kami
mampu berperan untuk mewujudkan kehendak-Mu. Amin.

 
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.