Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Upah Orang-orang Percaya

Wahyu 11:14-19

dan semua bangsa telah marah, tetapi amarah-Mu telah datang dan saat bagi orang-orang mati untuk dihakimi dan untuk memberi upah kepada hamba- hamba-Mu, nabi-nabi dan orang-orang kudus dan kepada mereka yang takut akan nama-Mu, kepada orang-orang kecil dan orang-orang besar dan untuk membinasakan barangsiapa yang membinasakan bumi.”
- Wahyu 11:18
Apakah upah orang-orang percaya? Pergi ke surga dan menerima hidup yang kekal. Tentu saja ini tidak salah. Namun, apakah hanya sekadar pergi ke surga dan hidup kekal selama-lamanya? Firman Tuhan dalam bagian ini mengungkapkan kebenaran yang lebih dalam mengenai dua upah utama bagi orang-orang percaya saat di surga.
Pertama, mereka akan menyaksikan Tuhan dan Kristus bertakhta selama-lamanya. Ayat 14 mengatakan celaka kedua sudah lewat dan celaka ketiga menyusul. Celaka ketiga datang dengan ditiupnya sangkakala ketujuh (ay. 15). Lalu terdengarlah suara nyaring nyanyian para malaikat yang memproklamasikan bahwa pemerintahan raja-raja dunia berakhir dan pada akhirnya hanya Tuhan dan Sang Mesias yang bertakhta selama-lamanya (ay. 15).
Mendengar proklamasi ini maka kedua puluh empat tua-tua tersungkur dan menyembah Allah serta menyanyikan nyanyian syukur karena dengan mata mereka sendiri mereka dapat menyaksikan Allah dan Kristus memerintah selama-lamanya sebagai Sang Raja (ay. 16-17). Ini upah pertama orang percaya di surga.
Kedua, mereka akan menyaksikan Tuhan menjalankan keadilan bagi setiap manusia. Keadilan Tuhan seperti pedang bermata dua. Di satu sisi, Tuhan akan memberikan upah kepada hamba-hamba Tuhan, yakni para nabi, dan orang-orang kudus. Di sisi lain, Dia juga akan menjatuhkan hukum kepada orang-orang fasik (ay. 18).
Bagi orang percaya hari ini, kita patut bersyukur untuk Allah yang penuh anugerah dan belas kasihan, sekaligus tidak lalai menjalankan keadilan-Nya. Dia mengampuni setiap orang yang bertobat, tetapi menghukum mereka yang memberontak. Panggilan bagi kita adalah merespons anugerah-Nya dan menjauhi segala perbuatan dosa. Janganlah iri hati kepada orang-orang fasik atas keberhasilan dan pencapaian mereka saat ini. Mereka pada akhirnya akan mempertanggungjawabkan apa yang diperbuat dan menerima hukuman sesuai dengan keadilan Allah.
Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah merasa iri hati atas keberhasilan orang-orang fasik? Sudahkah Anda memohon ampun kepada Tuhan atas sikap tersebut?
Bagaimana Anda ingin mengucap syukur atas anugerah Tuhan yang karenanya Anda memperoleh upah di surga?"
Share:

Kembali ke masa silam

Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam. [Ayub 29:2]

Sejumlah orang Kristen dapat melihat masa lampau dengan senang, namun memandang saat ini dengan ketidakpuasan; mereka melihat kembali kepada hari-hari yang sudah mereka lewati ketika bersekutu dengan Tuhan sebagai masa yang termanis dan terbaik yang pernah mereka ketahui. Namun saat ini, persekutuan itu dibalut pakaian hitam yang murung dan suram. Mereka pernah hidup dekat Yesus, namun sekarang mereka merasa telah menjauh dari-Nya, dan berkata, "Ah, kiranya aku seperti dalam bulan-bulan yang silam!" Mereka mengeluh bahwa mereka telah kehilangan bukti-bukti mereka, atau mereka tidak memiliki pikiran yang damai saat ini, atau mereka tidak memiliki sukacita dalam alat-alat anugerah, atau bahwa hati nurani tidak begitu lembut, atau mereka tidak sungguh-sungguh giat demi kemuliaan Allah. Penyebab dari keadaan yang menyedihkan ini bermacam-macam. Ini mungkin timbul oleh diabaikannya doa, karena kamar doa yang terabaikan adalah permulaan dari mundurnya kerohanian. Atau ini mungkin hasil dari penyembahan berhala. Hati sudah diisi dengan sesuatu yang lain, lebih daripada dengan Allah; kepada hal-hal duniawilah yang dikasihi, bukan hal-hal surgawi. Allah yang pencemburu tidak akan puas dengan hati yang bercabang; Dia harus dikasihi, sebagai yang terutama dan terbaik. Dia akan menarik terang kehadiran-Nya dari hati yang dingin dan mengembara. Atau penyebabnya mungkin ditemukan dalam kepercayaan diri dan pembenaran diri. Kesombongan sibuk di dalam hati, dan diri ditinggikan alih-alih terbaring rendah di kaki salib. Orang Kristen, jikalau keadaanmu sekarang tidak sama "seperti dalam bulan-bulan yang silam," jangan pernah berpuas dengan hanya berharap akan kembalinya kebahagiaan masa lampau, namun pergi dan carilah Tuanmu, dan beri tahu Dia keadaanmu yang menyedihkan. Mintalah rahmat dan kekuatan-Nya untuk menolong engkau untuk berjalan lebih dekat dengan Dia; rendahkanlah dirimu di hadapan Dia, dan Dia akan meninggikan kamu [Yak 4:10], dan memberimu lagi untuk menikmati cahaya wajah-Nya. Jangan duduk meratap bermuram durja; ada harapan selama Dokter terkasih hidup, bahkan ada kepastian pemulihan untuk kasus-kasus terburuk.

_
Share:

Pemegang Kunci Masa Depan

Wahyu 5:1-6
Lalu berkatalah seorang dari tua-tua itu kepadaku: “Jangan engkau menangis! Sesungguhnya, singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang, sehingga Ia dapat membuka gulungan kitab itu dan membuka ketujuh meterainya.”
- Wahyu 5:5
Sebuah kutipan dari Fulton Ousler berbunyi: Banyak kita tersalib di antara dua pencuri – menyesali masa lalu dan takut masa depan. Masa lalu disesali karena tak dapat diubah. Masa depan ditakuti karena tak diketahui. Bagi orang Kristen, apakah harus demikian? Tidak! Kita tidak perlu menyesali masa lalu dan tidak harus takut masa depan. Mengapa? Karena Yesus Kristus Pengampun masa lalu dan Pemegang kunci masa depan. Kebenaran ini terungkap jelas dalam Wahyu 5.
Wahyu pasal 5 masih membahas penglihatan Rasul Yohanes tentang kejadian di surga. Yohanes melihat di tangan Allah ada gulungan kitab yang disegel dengan tujuh meterai (ay. 1). Gulungan kitab ini adalah dekrit Allah yang kekal yang di dalamnya tertulis semua masa depan manusia. Siapa yang dapat membuka gulungan dan ketujuh meterainya, dialah yang mengontrol masa depan manusia. Namun, ternyata tidak ada seorang pun di dunia ciptaan yang dapat membukanya (ay. 2-3). Ini membuat Yohanes menangis sedih. Seorang tua-tua menenangkannya dan berkata, “Singa dari suku Yehuda,” “tunas Daud,” yang “telah menang,” mampu untuk membuka ketujuh meterai tersebut. Yohanes berharap akan melihat “Singa dari Yehuda”, tetapi justru yang terlihat di tengah-tengah takhta Allah adalah “Anak Domba seperti telah disembelih” (ay. 6). Singa dari Yehuda adalah Anak Domba yang tersembelih. Dialah Yesus Kristus Tuhan kita.
Yesus Kristus adalah Anak Domba yang telah disembelih. Bekas luka-luka paku itu masih terlihat pada diri-Nya di dalam surga. Ini adalah jaminan bahwa dosa-dosa kita telah dipikul-Nya. Karena itu, kita tidak perlu menyesali masa lalu yang penuh dosa karena semua telah diampuni-Nya. Kita juga tidak perlu takut masa depan karena masa depan ada di tangan Singa dari Yehuda yang “bertanduk tujuh” artinya, Dia memiliki otoritas penuh. Dia juga bermata tujuh artinya, Dia Mahatahu (ay. 6). Kita tidak dapat mengontrol masa depan, tetapi Yesus berkuasa mengontrol dan mengetahui masa depan. Jangan takut masa depan, percayakanlah kepada Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
Apakah ada masa lalu yang Anda sesali dan masa depan yang Anda takuti?
Apakah Anda sudah menyerahkan masa lalu dan masa depan Anda kepada Tuhan yang memberikan jaminan pengampunan dan pemeliharaan?
"
Share:

Semua Di Bawah Pengawasan-Nya

Wahyu 6:1-8

Maka aku melihat Anak Domba itu membuka yang pertama dari ketujuh meterai itu, dan aku mendengar yang pertama dari keempat makhluk itu berkata dengan suara bagaikan bunyi guruh: “Mari!”
- Wahyu 6:1

Di mana Tuhan? Apakah Dia tidur? Mengapa Dia tidak mencegah semua ini terjadi? Kata-kata seperti ini sering kita dengar pada waktu bencana dan kejahatan besar terjadi. Manusia secara umum memiliki ekspektasi bahwa Allah yang berkuasa dan baik akan memberikan segala sesuatu yang baik kepada manusia. Apa yang manusia tidak sangka adalah bencana diizinkan terjadi di bawah kontrol Tuhan Allah kita. Kebenaran ini terlihat jelas dalam Wahyu pasal 6.

Gulungan kitab dengan ketujuh meterai adalah simbol dekrit Allah tentang semua yang terjadi. Hanya Yesus Kristus, Sang Anak Domba, yang memiliki otoritas untuk membukanya. Ini berarti segala kejadian di dunia terjadi di bawah kontrol dan izin-Nya. Allah baik dan tidak menyebabkan malapetaka, tetapi Dia mengizinkannya terjadi karena pemberontakan manusia. Ketujuh meterai dibuka dalam tiga tahapan: pertama, empat meterai pertama (ay. 1-8); kedua, meterai kelima dan keenam (ay. 9-17); dan terakhir baru meterai ketujuh (Why. 7). Pada renungan hari ini kita fokus pada keempat meterai pertama.

Keempat meterai pertama merupakan simbol-simbol bencana dan malapetaka yang timbul karena pemberontakan manusia. Kuda putih dengan penumpang beranak panah adalah simbol invasi Kerajaan Partia (ay. 2). Kuda merah simbol perang (ay. 3-4). Kuda hitam simbol masa kelaparan (ay. 5-6). Kuda hijau simbol kematian (ay. 7-8). Perang, kelaparan, dan kematian terjadi di dunia ini dari zaman purba sampai zaman modern. Pemerintah-pemerintah dunia telah diberikan kuasa oleh Tuhan, tetapi mereka menyalahgunakannya untuk menyerang satu sama lain. Peperangan pada akhirnya menimbulkan kesengsaraan, kelaparan, dan kematian.

Namun, di atas semua kejadian tersebut Tuhan tidak lepas kontrol. Semua ini diizinkan-Nya dan masih di bawah pengawasan-Nya karena Dia-lah yang membuka meterai-meterai tersebut. Bagi setiap kita orang-orang percaya, kita dapat hidup dalam damai sejahtera karena Dia yang mengizinkan semua terjadi. Tetaplah ingat, Tuhan tidak akan mengizinkan pencobaan-pencobaan melampaui segala kekuatan kita (1Kor. 10:13). Camkan itu di dalam hati.

Refleksi Diri:

Apa malapetaka dan bencana yang sedang terjadi di Indonesia atau di dunia ini?
Apakah Anda sudah mendoakan mereka yang menderita karenanya dan mohonkan belas kasihan Tuhan karena semua dalam pengawasan-Nya?"
Share:

Sang Anak Domba Layak Disembah

Wahyu 5:7-14

Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.
- Wahyu 5:9
Apakah yang dikerjakan orang-orang percaya di dalam Kristus di surga?” Anda akan mendapatkan jawabannya di kitab Wahyu. Wahyu pasal 5 membahas penglihatan Rasul Yohanes tentang kejadian di surga. Yesus Kristus, Singa dari Yehuda, Anak Domba yang tersembelih menerima gulungan kitab dengan tujuh meterai (ay. 7). Pada Yesus-lah masa depan seluruh alam semesta dan seisinya bergantung.
Seluruh surga dan bumi meresponi dengan gegap gempita, ketika Sang Anak Domba menerima kitab gulungan tersebut. Bagaimana respons mereka? Pertama, seluruh umat percaya (diwakili oleh ke-24 tua-tua) tersungkur menyembah-Nya. Di tangan mereka masing-masing ada satu kecapi (simbol puji-pujian) dan satu cawan emas penuh kemenyan (simbol doa orang-orang kudus). Jadi, ada dua hal yang dikerjakan orang percaya di surga: memuji dan berdoa. Mereka berdoa agar segala keadilan ditegakkan bagi umat percaya (bdk. Why. 6:10). Mereka memuji kebesaran Sang Anak Domba dengan menyanyikan “nyanyian baru”. Ada nyanyian baru dalam surga, ada pengenalan yang lebih dalam dan segar akan kasih Kristus yang telah menebus orang percaya dari setiap suku, bangsa, kaum, dan bahasa (ay. 9), dan telah menjadikan mereka imam dan raja (ay. 10).
Kedua, para malaikat pun turut memuji Sang Anak Domba bahwa Dia-lah yang layak menerima segala kuasa, kekayaan, hikmat, kekuatan, hormat, kemuliaan, dan puji-pujian (ay. 11-12). Terakhir, juga dicatat bahwa segala makhluk di segenap dunia ciptaan–di surga, di bumi, dan di bawah bumi, di laut–memuji akan kebesaran-Nya dengan nyanyian yang sama (ay. 13-14).
Kebenaran ini mengajarkan kita agar senantiasa berdoa dan memuji. Dalam menjalani hidup, hendaklah kita sedikit mengeluh dan lebih banyak berdoa. Sedikit memegahkan diri dan lebih banyak memegahkan Tuhan. Kita hendaklah rajin berdoa karena doa kita tidak pernah sia-sia. Sang Anak Domba selalu mendengarkan dan menjawab doa-doa kita. Kita juga harus senantiasa memuji Yesus karena Dia yang telah menebus kita, layak menerima segala pujian. Haleluya! Hosana, tinggikan Dia!

Refleksi Diri:

Apakah kita lebih banyak berkeluh kesah daripada berdoa? Atau lebih banyak bermuram durja daripada memuji kebesaran-Nya?
Apakah Anda mau belajar lebih banyak menaikkan pujian penyembahan dan berdoa bersyukur atas keselamatan yang Dia berikan kepada Anda?
"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.