Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

JANGAN RAGUKAN FIRMAN TUHAN!

BACAAN ALKITAB HARI INI
2 Raja-raja 7:1-20
Sekali waktu ibu kota Kerajaan Israel, Samaria, dikepung oleh orang Aram. Mereka pun mengalami krisis yang dahsyat. Akibatnya harga melonjak tinggi. Kepala keledai dihargai delapan puluh syikal perak dan seperempat kab tahi merpati berharga lima syikal perak (2 Raja-raja 6:25). Lalu Tuhan berfirman melalui Nabi Elisa, “Besok kira-kira waktu ini sesukat tepung yang terbaik akan berharga sesyikal dan dua sukat jelai akan berharga sesyikal di pintu gerbang Samaria.” Mendengar hal itu, seorang perwira ajudan raja tidak percaya dengan firman tersebut. Baginya itu mustahil, sehingga dia menjawab, “Sekalipun TUHAN membuat tingkap-tingkap di langit, masakan hal itu mungkin terjadi?” Lalu Elisa menjawabnya, “Sesungguhnya, engkau akan melihatnya dengan matamu sendiri, tetapi tidak akan makan apa-apa dari padanya.” Selanjutnya kita membaca bagaimana kuasa Tuhan bekerja secara ajaib. Melalui orang-orang kusta yang memberanikan diri menembus perkemahan tentara Aram, mereka pun memberi tahu kabar ke istana raja. Tentara Aram saat itu telah melarikan diri karena mendengar bunyi kereta, kuda, dan tentara yang besar, padahal Tuhanlah yang membuat bunyi tersebut. Mendengar kabar itu, seorang pegawai raja yang kemudian disusul oleh penduduk kota Israel akhirnya menjarah perkemahan orang Aram. Karena itulah, sesuai dengan firman yang telah disampaikan, keesokan harinya sesukat tepung yang terbaik dan dua sukat jelai menjadi seharga sesyikal. 
Tuhan mengubah krisis dalam waktu semalam! Ironisnya, perwira yang tak percaya itu mati secara mengenaskan. Saat mengawasi pintu gerbang, rakyat menginjak-injaknya. Hal itu terjadi sesuai dengan perkataan Tuhan. Ini menjadi peringatan bagi kita jangan sekali-kali meragukan firman Tuhan. Keadaan semustahil apa pun, tak akan menghalangi firman-Nya digenapi. Ketika Tuhan telah berfirman, maka itu pasti terjadi. Karenanya kita harus berpegang dan percaya kepada firman-Nya, sekali pun semua tampak mustahil di depan mata. Sebab orang yang benar akan hidup oleh percayanya. [RS]
REFLEKSI DIRI 
1. Bagaimana ciri orang yang hidup oleh percayanya?
2. Adakah keadaan yang membuat Anda sulit untuk percaya kepada janji kebenaran firman Tuhan? Komitmen apa yang Anda lakukan untuk mengatasinya?
YANG HARUS DILAKUKAN
Jangan pernah meragukan firman Tuhan, sekalipun keadaan tampak mustahil. Berpeganglah dan hiduplah oleh kebenaran firman-Nya.
POKOK DOA
Tuhan, janji-Mu sangat teruji, firman-Mu ya dan Amin. Terima kasih Engkau tak pernah ingkar janji. Sekalipun langit bumi berlalu, tetapi firman-Mu tetap selamanya. Aku akan berpegang pada firman-Mu. Dalam nama Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
Langit dan bumi akan berlalu, tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu. – Tuhan Yesus
Share:

Jangan Menangis

Lukas 7:11-17
... lalu Ia berkata kepadanya: “Jangan menangis!”
- Lukas 7:13b

Perkataan “jangan menangis” terdengar kasar dan menyakiti hati seseorang yang sedang berduka. Apakah ini sama dengan perkataan Tuhan Yesus ketika berjumpa dengan janda yang baru saja kehilangan anak tunggalnya? Saat Yesus berkata kepada janda yang berduka, “Jangan menangis,” mungkin orang-orang yang mendengarnya akan memprotes dalam hati, orang ini nggak ngerti perasaan orang lain. Wajarlah ia menangis. Anak satu-satunya meninggal. Mungkin janda tersebut juga sangat kaget mendengarnya, hanya bisa terdiam dan menatap saja.
Yesus tidak melarang seseorang menangis ketika sedang berduka, tetapi di saat Dia berbicara demikian kepada sang janda justru inilah yang membedakan kehadiran Yesus. Kehadiran Tuhan Yesus mempunyai kuasa atas kehidupan dan kematian. Kehadiran-Nya dapat menghapuskan air mata dari sang janda. Jika Yesus hanya bicara “jangan menangis” dan tidak sanggup melakukan apa pun, baru Dia keterlaluan. Namun, tidak demikian yang terjadi.
Cara menghibur Tuhan Yesus berbeda dengan cara dunia. Meskipun ada aturan pada zaman itu bahwa jika seseorang menyentuh mayat, ia akan menjadi najis, Yesus tetap melakukannya. Yesus adalah Allah yang berotoritas. Dia tidak menjadi najis, tapi justru hiduplah yang Dia berikan. Tuhan Yesus menyentuh jenazah anak tunggal sang janda dan secara mengejutkan berbicara kepada tubuh yang sudah terbujur kaku itu, “Hai anak muda, Aku berkata kepadamu, bangkitlah!” (ay. 14b). Orang-orang pasti bingung dengan apa yang dilakukan Tuhan Yesus, tetapi semuanya berubah menjadi keheranan dan sukacita, terlebih bagi sang ibu. Segera sesudah perkataan itu diucapkan, anak itu pun duduk dan mulai berkata-kata.
Mukjizat tersebut bukan hanya menunjukkan kasih dan kuasa Tuhan Yesus, tapi juga menyatakan tujuan karya Yesus dalam kematian-Nya di kayu salib dan kubur kosong (bukti kebangkitan-Nya) adalah memberikan kehidupan kekal. Inilah yang dikatakan Rasul Paulus, bahwa orang-orang yang berduka di dalam Tuhan Yesus memiliki pengharapan (lih. 1Tes. 4:13-14).
Sahabat saya yang saya ceritakan di renungan kemarin, setelah lewat beberapa bulan menyaksikan bagaimana pengharapan di dalam Tuhan Yesus sungguh menghibur. Ia bisa bersukacita karena kedua orang yang dikasihinya itu sudah ada di dalam Tuhan Yesus. Kematian menjadi perpisahan sejenak, sebelum berkumpul selamanya.
Refleksi Diri:
Apakah jaminan dari seseorang yang meninggal di dalam iman kepada Tuhan Yesus?
Bagaimana Anda akan menjadi sahabat yang hadir mendampingi kerabat/teman Anda yang sedang berduka?
"
Share:

Diangkat Dari Keterpurukan

Yohanes 15:1-8
Setiap ranting pada-Ku yang tidak berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya ia lebih banyak berbuah.

- Yohanes 15:2
Gunung Kilimanjaro terkenal dengan metode pertaniannya yang mengesankan, yaitu sistem Kihamba tradisional. Sistem tanam di daerah ini diciptakan menyesuaikan dengan lingkungannya yang dikenal cukup sulit untuk bertani. Masyarakat lokal membangun sistem pertanian bertingkat yang terdiri dari empat laisan utama vegetasi. 
Lapisan paling atas dari vegetasi dibentuk oleh pohon-pohon yang ditanam dengan jarak yang jarang untuk memberikan keteduhan bagi tanaman obat-obatan, pakan ternak, buah-buahan, dan kayu. Di bawah pohon-pohon ini, banyak varietas pisang ditanam bersama-sama dengan kopi dan sayuran. Sebuah sistem pertanian yang dikembangkan untuk menghasilkan panen terbaik dari pohon-pohon yang dibudidayakan.
 Di dalam Alkitab kita juga menemukan catatan tentang sistem pertanian yang dilakukan oleh masyarakat kuno. Salah satu sistem pertanian yang paling sering disebut di dalam Alkitab adalah pertanian anggur. Pada perikop bacaan hari ini disampaikan tentang analogi pokok anggur dan ranting. Rasul Yohanes menjelaskan bahwa buah anggur yang tidak berbuah akan dipotong. Kata “dipotong” bahasa aslinya menggunakan kata airo. Selain pemaknaan umumnya adalah dipotong, airo juga dapat berarti diangkat. Ranting yang tidak berbuah selain dipotong juga akan diangkat. Pada masa Perjanjian Baru, pengusaha kebun anggur biasanya akan mengangkat tanaman anggur yang tidak produktif dari tanah. Petani anggur kuno memastikan untuk mengangkat ranting dari tanah agar ranting bisa mendapatkan lebih banyak sinar matahari dan akhirnya menghasilkan banyak buah.
 Demikian pula Bapa akan bertindak terhadap kita ranting-ranting anggur-Nya. Tuhan akan mengangkat kita. Mungkin hari ini kita belum menghasilkan banyak buah untuk Tuhan. 
Kehidupan kita masih biasa-biasa saja, bahkan bertentangan dengan kehendak Tuhan. 
Sebagai umat pilihan-Nya, kita akan diangkat oleh Tuhan sehingga bisa berbuah. Kita akan diangkat dari kegagalan kita, didorong untuk berkembang dan berhasil. Jangan kehilangan iman percaya kita kepada Yesus Kristus dan jangan pula putus asa ketika masih belum berbuah. Di tengah segala keterpurukan, 
tuhan tahu dan siap untuk mengangkat kita. Mari menyerahkan seluruh kelemahan kita kepada Tuhan dan biarkan Dia menuntun kita untuk hidup berbuah.

Refleksi Diri:
• Apakah ada kecenderungan atau kebiasaan buruk yang menghambat Anda untuk hidup berbuah bagi Tuhan?
• Apa tindakan konkret yang ingin dilakukan agar hidup Anda lebih menghasilkan buah bagi Tuhan?

"
Share:

Maksimal Kasih-Nya

Yohanes 3:14-21

Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.
- 1 Petrus 1:18-19

Apakah Anda pernah merasa kurang dikasihi Tuhan? Mungkin ada yang menjawab, “Nggak pernah dong!” Namun, banyak juga yang berkata, “Saya pernah mempertanyakan itu” atau “itu yang sedang saya rasakan.” Jujur saya pun pernah bertanya demikian. Pertanyaan itu muncul biasanya saat diperhadapkan dengan kenyataan hidup yang berat. Muncul pemikiran Tuhan sudah tidak sayang kita lagi. Kemudian kita memikirkan solusinya dengan lebih rajin terlibat dalam semua kegiatan agama agar lebih dikasihi Tuhan.
Kita berpikir, kalau Tuhan lebih mengasihiku, Dia pasti akan lebih memperhatikan kondisiku, Dia akan turun tangan menyelesaikan masalahku. Sungguh pemikiran ini tidak tepat. Ingat dan bacalah Yohanes 3:16. Kasih Allah tidak setengah-setengah. Dia rela memberikan Anak-Nya yang tunggal, yang dikasihi-Nya, untuk menebus dosa manusia. Mereka yang percaya kepada-Nya akan memperoleh hidup kekal, bukan hidup yang temporer. Hidup kekal tidak bisa dihitung, diselamatkan dari kebinasaan abadi adalah tidak terhingga. Semuanya maksimal karena memberikan sesuatu yang tidak ternilai, yang tidak terbatas. Petrus menegaskannya dengan menyatakan bahwa kita dibeli bukan oleh emas dan perak, tetapi oleh darah yang mahal, darah Kristus yang sama sekali tidak bercacat (1Ptr. 1:8-9). Kasih yang diberikan Allah maksimal.
Jika ada orang yang menganggap Tuhan tidak mengasihi dirinya karena penderitaan yang dialaminya, ingatlah Kristus sudah lebih dulu menderita dengan maksimal. Dia menanggung seluruh murka Allah, penderitaan yang harganya setara dengan kematian-Nya. Seberat apa pun penderitaan yang diderita hari ini, tidak sebanding dengan penderitaan kekekalan yang kita harus terima seandainya Kristus tidak pernah lahir dan mati di kayu salib. Kita sering mencari-cari kasih yang bisa mengisi kekosongan hati kita yang terdalam. Orang-orang di sekeliling kita mungkin mengasihi kita, tetapi sama dengan kita, mereka manusia yang penuh kekurangan yang bisa mengecewakan kita. Namun, kasih Tuhan yang maksimal itu tidak pernah mengecewakan kita karena Dia sudah membuktikan-Nya.
Refleksi Diri:
Apa tanda kasih Allah yang maksimal bagi Anda? Adakah pengalaman masa lalu yang membuktikan kasih-Nya terhadap Anda?
Bagaimana Anda mau merespons kasih Allah yang maksimal ketika penderitaan melanda?"
Share:

Jangan Kalah Oleh Keinginan Daging

1 Petrus 2:11-12
Saudara-saudaraku yang kekasih, aku menasihati kamu, supaya sebagai pendatang dan perantau, kamu menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging yang berjuang melawan jiwa.
- 1 Petrus 2:11
John Bunyan, penulis Inggris abad ke-17, mengarang buku berjudul, The Pilgrim’s Progress, yang menceritakan tentang seorang bernama Kristen yang bermimpi menempuh perjalanan dari rumahnya “Kota Kehancuran” (dunia ini) menuju “Kota Surgawi”. Kisah ini sebenarnya menggambarkan perjalanan hidup orang percaya yang menghadapi berbagai tantangan dan kesulitan sebelum mencapai tempat kediaman kekal.
 Rasul Petrus menyebut penerima suratnya sebagai “pendatang dan perantau”. Alkitab terjemahan BIS memakai istilah “orang asing dan perantau”. Kedua istilah itu menyatakan maksud yang sama, yaitu status orang Kristen sebagai penduduk sementara di dunia ini. Dunia bukanlah tempat kediaman orang-orang percaya yang sesungguhnya. Sebagai pendatang dan perantau, mereka harus memiliki cara hidup yang tidak sama dengan orang-orang di dunia. 
Mereka dinasihati untuk “menjauhkan diri dari keinginan-keinginan daging”. Keinginan daging atau hawa nafsu daging adalah karakteristik dari kodrat dosa. Upaya menjauhkan diri tersebut harus menjadi perjuangan yang terus-menerus. Jangan membiarkan diri menuruti keinginan daging meskipun hanya sejenak. Menuruti keinginan-keinginan daging mungkin kelihatannya menarik, tidak berbahaya bahkan menyenangkan untuk sejangka waktu karena keinginan-keinginan tersebut mungkin tidak langsung melahirkan perbuatan jahat. Akan tetapi, mereka adalah musuh yang membahayakan jiwa orang percaya karena melemahkan kerohanian. Itu sebabnya, orang percaya harus selalu peka terhadap kerusakan rohani semacam ini.
 Rasul Petrus mengingatkan orang Kristen tentang identitas mereka. Siapa Anda menentukan cara hidup Anda. Jika Anda menyadari diri sebagai orang asing dan pendatang di dunia ini maka kita akan berjuang sepenuh hati agar tidak larut dalam kehidupan duniawi. 
Perjuangan untuk melawan keinginan daging harus dilakukan terus-menerus sepanjang hidup kita. Selama kita masih hidup, selama itu pula kita terus berjuang sehingga tidak ada alasan untuk mengatakan, “Saya manusia lemah. Saya tidak berdaya terhadap dosa.” Seorang Kristen disebut sejati atau tidak, ditentukan oleh seberapa sungguh ia berjuang untuk seturut keinginan jiwa, yaitu jiwa yang telah diselamatkan Kristus yang ingin selalu menyenangkan hati-Nya dan berjalan seturut keinginan Roh.
Refleksi Diri:
• Mengapa orang Kristen harus selalu sadar diri bahwa dirinya adalah orang asing dan perantau di dunia ini?
• Apa yang harus dilakukan Anda sebagai orang asing dan perantau di dunia?

"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.