Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Tinggal Di Dalam Kristus

Yohanes 15:1-8

Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
- Yohanes 15:5

Jika berbicara tentang pertumbuhan maka tidak bisa dilepaskan dari adanya proses dan faktor-faktor pendukung terjadinya pertumbuhan itu sendiri. Sebuah tanaman dikatakan bertumbuh jika dalam proses pertumbuhannya, tanaman tersebut menjadi bertambah tinggi, daunnya bertambah lebat, dan menghasilkan banyak buah. Tanaman bisa bertumbuh baik, jika memiliki beberapa faktor yang mendukung, di antaranya memiliki akar yang menancap kuat ke dalam tanah untuk mengalirkan sari-sari makanan dari tanah ke seluruh bagian tanaman. Akar tanaman yang menjalar sampai kedalaman tertentu akan memungkinkan pertumbuhan tanaman terjadi.

Yohanes pasal 15 adalah sebuah perumpamaan dari Tuhan Yesus yang menggambarkan diri-Nya sendiri sebagai pokok anggur yang benar. Tanaman anggur adalah tumbuhan yang sangat dikenal di daerah Israel karena pada masa itu banyak penduduk yang berprofesi sebagai pemilik atau pekerja kebun anggur. Tanaman anggur yang bertumbuh pastilah mengeluarkan ranting yang lebat dari cabang-cabang pohonnya. Ranting harus menempel kepada pokok dari tanaman anggur tersebut agar bisa terus hidup dan menghasilkan buah.
Yesus menjelaskan bahwa menempel pada pokok anggur berarti tinggal di dalam Kristus. Tinggal di dalam Tuhan Yesus berarti hidup bergaul dekat dengan diri-Nya dan menghidupi firman Tuhan di dalam keseharian. Orang-orang yang tinggal di dalam Tuhan Yesus pasti akan berbuah lebat. Sama seperti buah pada pohon yang memberi manfaat bagi manusia yang memakan dan menikmatinya, maka panggilan seorang Kristen adalah menghasilkan buah, yaitu buah-buah Roh (Gal. 5:22-23) yang tentunya bermanfaat bagi sesama. Seorang Kristen yang terus menempel kepada Tuhan pasti benar-benar akan menghasilkan buah dan dapat memuliakan Tuhan melalui buah-buah karya yang dihasilkannya.
Saudaraku, apakah Anda sudah bergaul karib dengan Tuhan sehingga mampu memberikan manfaat bagi sesama ataupun bagi kerajaan Allah? Jika Anda rindu hidup Anda menghasilkan karya-karya yang menyenangkan hati Tuhan hendaklah terus bertumbuh di dalam Tuhan Yesus. Dia akan memampukan Anda untuk terus menghasilkan buah-buah dalam kehidupan Anda.
Refleksi Diri:
Apakah Anda sudah tinggal tetap di dalam Kristus dengan terus bergaul akrab melalui perenungan dan doa-doa Anda?
Apa manfaat yang sudah Anda berikan kepada sesama dan bagi kerajaan Allah?"
Share:

Jangan Jadi Orang Kristen Pelit

2 Korintus 8:1-15
Maka hendaklah sekarang ini kelebihan kamu mencukupkan kekurangan mereka, agar kelebihan mereka kemudian mencukupkan kekurangan kamu, supaya ada keseimbangan.

- 2 Korintus 8:14

Apakah Anda mengenal orang Kristen yang dijuluki si pelit dan tidak peduli dengan orang lain? Sungguh sayang kalau ada orang seperti itu. Hal paling mendasar mengapa orang Kristen jangan menjadi orang pelit, melainkan murah hati yang mau memberikan bantuan adalah ayat 9 berikut, “Karena kamu telah mengenal kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya.”

Tuhan Yesus pemilik segalanya rela menjadi manusia untuk menanggung hukuman dosa yang menjijikkan dan terkutuk supaya kita yang miskin, kotor, tidak memiliki apa-apa untuk bisa menyelamatkan diri, dijadikan kaya dan memiliki warisan kekal tak ternilai di surga nan mulia. Orang-orang yang sudah merasakan kekayaan anugerah Kristus seharusnya kaya akan kemurahan. Orang Kristen dipanggil bukan sekadar memberi, tetapi juga tidak menutup mata terhadap kesulitan yang dialami saudara seiman.

Rasul Paulus berkata, “Aku mau menguji keikhlasan kasih kamu” (ay. 8). Memberi harus dengan kasih yang ikhlas, bukan karena perintah, tetapi lahir dari hati yang mengasihi. Memberi hendaklah tanpa mengharapkan apa-apa. Keikhlasan memberi karena hanya mau membantu, bukan mengharapkan nama kita yang melambung. Kasih adalah dasar sebuah pemberian, bukan semata-mata kelebihan atau kekayaan. Kita seharusnya tidak menahan- nahan untuk mereka yang memang harus dibantu. Semakin menunda, semakin enggan dan gagal akhirnya kita untuk memberi.

Memberi juga bukan sesuatu yang diada-adakan, tetapi memang jika kita mampu maka bantulah (ay. 12). Jemaat Korintus juga tidak diminta untuk melakukan sesuatu di luar jangkauan, tetapi melakukan apa yang bisa mereka lakukan. Jika kita dipercayakan berkat Tuhan, berdoalah kepada-Nya untuk diberikan hikmat, siapakah yang bisa kita bantu. Tuhan pasti akan tunjukkan.

Mampu itu bukan soal berkelebihan, tetapi bisa mengambil bagian dalam berbagian. Ketika kita berbagian maka sesuai firman Tuhan kita mendapatkan keseimbangan (ay. 14). Yang lebih mencukupkan yang kekurangan, yang berkekurangan tidak kekurangan. Itulah tubuh Kristus, saling melengkapi satu sama lain. Kalau posisi kita diberkati, kita bukan ditempatkan Tuhan untuk menikmatinya sendiri, tetapi justru untuk bisa melihat lebih banyak kebutuhan yang Tuhan bukakan.

Refleksi Diri:

Mengapa kita sebagai anak Tuhan dipanggil untuk tidak pelit?

Apa yang mau Anda lakukan untuk menjadi saluran berkat bagi orang lain?"

Share:

Orang Baik Atau Orang Setia?

Amsal 20

Banyak orang menyebut diri baik hati, tetapi orang yang setia, siapakah menemukannya?

- Amsal 20:6

Selama hidup sampai hari ini, harus saya akui bahwa orang yang setia tidak mudah ditemukan di dunia ini. Orang yang baik mungkin sering kita jumpai dalam kehidupan karena tingkah laku ataupun perbuatan yang dilakukannya nyata, yang membuat kita berpendapat bahwa orang itu baik. Namun, jika berbicara tentang kesetiaan untuk membuktikannya haruslah diuji oleh waktu. Kesetiaan pada hakikatnya harus dibuktikan dengan melakukan sesuatu dan memerlukan waktu untuk menjalaninya. Orang yang baik banyak ditemukan, tetapi orang yang setia lebih sulit ditemukan.

Didalam bacaan di atas tadi  diungkapkan oleh penulis kitab Amsal ketika dalam pengalaman perjalanan kehidupannya, ia menemukan bahwa kesetiaan jarang ditemukan di dunia ini. Kata “menyebut diri” dalam ayat emas di atas bisa diterjemahkan sebagai memproklamasikan atau membuat pernyataan di depan publik sehingga makna ini bukan hanya sekadar tentang perasaan atau penilaian orang lain terhadap dirinya, tetapi merupakan perasaan atau penilaian yang diungkapkan di depan orang lain. Mengucapkan sumpah setia adalah satu hal, tetapi melakukannya adalah hal yang berbeda. Pengakuan di mulut dengan perbuatan nyata seringkali tidak sama. Janji dan realisasi seringkali tidak berteman. Mengucapkan sebuah janji memang mudah, membuktikannya adalah perkara yang tidak mudah.

Yang menarik dari perikop ini adalah penulis Amsal dengan jelas menyadari keterbatasan manusia untuk bisa setia sehingga Allah mempraktikkan melalui Yesus Kristus untuk menunjukkan apa arti kesetiaan yang sesungguhnya. Allah tidak hanya menuntut kesetiaan melalui firman-Nya, tetapi juga menuntun melalui wujud nyata kesetiaan. Ia tidak hanya memberikan perintah dan didikan, tetapi juga melakukan dan membuktikannya.

Pengorbanan Yesus Kristus seharusnya menjadi contoh yang sangat konkret untuk mendefinisikan apa arti kesetiaan. Perjalanan kesetiaan yang ditunjukkan Yesus menuju kayu salib dan menyelesaikan misi Allah untuk manusia dengan tuntas, harusnya menjadi contoh teladan bagi kita sebagai pengikut Kristus untuk belajar setia kepada-Nya. Berapa banyak janji setia yang sudah pernah diucapkan mulut kita? Berapa banyak yang sudah kita realisasikan? Kesetiaan bukan hanya ucapan belaka, melainkan dihidupi sampai kita bertemu muka dengan muka dengan Tuhan.

Refleksi Diri:

Apa faktor yang membuat Anda sulit menjadi setia, baik terhadap sesama maupun terhadap suatu hal yang Tuhan percayakan kepada Anda?

Apa bentuk kesetiaan yang ingin Anda lakukan dan akan terus dilakukan sepanjang hidup?"

Share:

Pengharapan Kedatangan Kristus

1 Tesalonika 4:13-18

Sebab pada waktu tanda diberi, yaitu pada waktu penghulu malaikat berseru dan sangkakala Allah berbunyi, maka Tuhan sendiri akan turun dari surga dan mereka yang mati dalam Kristus akan lebih dahulu bangkit;
- 1 Tesalonika 4:16

Kita sudah mendengar dan menyaksikan berbagai berita mengejutkan yang terjadi di dunia saat ini. Misalnya, peperangan, bencana alam banjir, gempa bumi, angin puting beliung, pandemi Covid-19, dll. Hal ini membuat kita resah dan gelisah, seakan maut sangat dekat dengan kehidupan kita, bukan? Muncul pertanyaan, apakah masih ada pengharapan di hari esok? Mengapa semua peristiwa itu harus terjadi?
Alkitab menyingkapkan apa yang akan terjadi ketika Kristus datang untuk kedua kali dalam 1 Tesalonika 4:13-18. Paulus tidak ingin jemaat menjadi bodoh dengan tidak mengetahui tentang mereka yang meninggal dunia (ay. 13). Dia ingin menghibur dan menguatkan iman jemaat bahwa masih ada pengharapan di balik kematian. Pertama, orang percaya yang meninggal dalam Kristus, rohnya dikumpulkan Allah bersama Dia di surga (ay. 14). Jadi, kita tidak perlu terlalu bersedih hati dan berduka berlebihan ketika kerabat kita yang sudah percaya Kristus meninggal dunia. Sebaliknya, kita seharusnya terhibur karena jiwa kerabat kita sudah berada di tempat yang penuh sukacita dan kedamaian di surga (ay. 18).
Kedua, kematian bukanlah akhir dari eksistensi manusia, tetapi hanya perpisahan sementara. Masih ada perjumpaan kembali atau reuni akbar antara kita dengan kerabat kita yang sudah meninggal dunia. Paulus menjelaskan lebih lanjut dalam ayat 16-17 bahwa Tuhan akan turun dari surga setelah penghulu malaikat berseru dan suara sangkakala Allah berbunyi. Kemudian orang yang mati di dalam Kristus akan bangkit dari antara orang mati. Karena kemenangan Kristus atas maut adalah kemenangan kita juga. Tidak ada yang hilang dalam kematian jika kita adalah milik-Nya. Mereka yang mati dalam Tuhan akan bersama dengan Tuhan dan kita akan bertemu dengan Tuhan serta bersama mereka di udara.
Syukur kepada Allah yang telah memberikan kita Yesus Kristus, yang mengalahkan maut dan bangkit dari antara orang mati sehingga kita yang di dalam Kristus juga akan mengalahkan maut dan bangkit. Karena itu, hiburkanlah satu sama lain dengan berita pengharapan tersebut.
Refleksi Diri:
Apa yang dihadapi jemaat di Tesalonika pada ayat 13-15? Apa yang Paulus ajarkan untuk meredakan ketakutan mereka?
Apa persiapan yang Anda lakukan dalam rangka menyambut kedatangan Yesus Krisus yang kedua kalinya?"
Share:

Pengakuan Manusia Atau Allah?

1 Samuel 15:1-26

Jadi bagaimana sekarang: adakah kucari kesukaan manusia atau kesukaan Allah? Adakah kucoba berkenan kepada manusia? Sekiranya aku masih mau mencoba berkenan kepada manusia, maka aku bukanlah hamba Kristus.
- Galatia 1:10

Tuhan memerintahkan Saul untuk memusnahkan semua yang ada pada orang Amalek, bahkan termasuk seluruh ternak yang mereka miliki (ay. 3). Saul lalu mengumpulkan rakyatnya dan mempersiapkan pasukannya. Namun, Saul dan pasukannya tidak melakukan perintah Tuhan. Ia tidak menumpas seluruh orang Amalek. Ia memerintahkan untuk menangkap Agag, raja Amalek, serta menyelamatkan ternak-ternak terbaik dan tambun, serta segala yang berharga (ay. 9).
Tindakan Saul menunjukkan keserakahannya. Tindakannya dilandasi ketakutannya terhadap pandangan publik tentang dirinya, serta kebutuhannya untuk mendapatkan pengakuan dari manusia (ay. 24). Saul melakukannya demi memuaskan kesombongannya, serta menaikkan popularitasnya di mata rakyat. Pada zaman itu, raja-raja yang kalah perang dan ditangkap, sering dibawa pulang untuk dipertontonkan kepada masyarakat sebagai piala tanda kemenangan. Saul lebih mencari pengakuan manusia daripada pengakuan Allah. Saul lebih memilih menyenangkan banyak orang daripada menyenangkan Tuhan.
Saul juga menunjukkan kesombongannya dengan mendirikan tanda peringatan untuk menyatakan kehebatan dan kemenangannya sehingga orang bisa tahu dan dapatmengenangnya (ay. 12). Ia lebih tertarik untuk  memasyhurkan namanya daripada memasyhurkan nama Tuhan. Saul bukannya tidak memahami perintah Tuhan, tetapi ia hanya memedulikan dirinya sendiri. Saul lupa bahwa jabatan yang diberikan kepadanya sebagai raja merupakan anugerah dari Allah. Tidak hanya itu, Saul juga menganggap Allah layaknya seperti manusia yang bisa disenangkan dengan persembahan ternak terbaik yang ia selamatkan (ay. 15). Ia menganggap dengan memberikan persembahan, Allah akan berkenan atas perbuatan yang dilakukannya.
Di dalam kehidupan, kita mungkin juga punya kecenderungan ingin menyenangkan orang lain, lebih daripada menyenangkan Tuhan. Kita mencari popularitas dengan melakukan tindakan yang sebetulnya melanggar firman Tuhan. Kita seakan-akan melakukannya demi kepentingan orang banyak, tetapi sebenarnya sedang melayani kepentingan diri sendiri. Janganlah kita memiliki sikap hati seperti Saul yang fokus hidupnya hanya mencari pengakuan dari manusia. Jika kita terjebak dalam keinginan untuk mencari pengakuan dari orang lain, kita akan gagal menemukan keinginan Tuhan Yesus dalam hidup dan menyenangkan hati-Nya.
Refleksi Diri:
Apa yang selama ini Anda kejar dalam hidup? Apakah pengakuan dari manusia atau Allah?
Apa komitmen yang Anda akan ambil untuk menjadikan Kristus sebagai fokus utama dalam kehidupan Anda?"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.