Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Iman yang Egois

Markus 11:20-26 

Ajaran "perkataan iman" pernah menjadi populer. Menurut ajaran ini, "ketika Anda membutuhkan sesuatu, berdoalah kepada Tuhan, dan sekarang bayangkan bahwa itu sudah menjadi milik Anda, lalu bersyukurlah karena Tuhan sudah memberinya kepada Anda sekarang. Inilah iman yang membuat doa Anda dikabulkan." Sedihnya, ajaran ini kerap kali dibenarkan atas dasar Markus 11:22-24.

Nas ini tentu tidak mengajarkan hal tersebut. Penulis mau menunjukkan umat Israel yang digambarkan sebagai pohon ara. Ketika hidupnya terpisah dari Allah mereka bukan hanya tidak berbuah, tetapi juga akan kering dan mati (21). Untuk tetap hidup, umat-Nya perlu iman yang membuat diri mereka tetap tinggal di dalam Allah. Tanpa iman, mustahil kita dapat hidup, karena iman adalah jawaban untuk terwujudnya hal-hal yang mustahil (23-24).

Memiliki iman tidak serta-merta berarti seluruh doa dan keinginan kita pasti terwujud. Mengapa? Karena jelaslah bahwa tidak semua keinginan kita sejalan dengan kebenaran Allah. Iman sejatinya tidak dapat dipisahkan dari Allah dan kehendak-Nya.

Penulis mau menyatakan bahwa iman haruslah menghasilkan buah kebenaran, sebagaimana firman Tuhan adalah kebenaran (lih. Yoh 17:17). Orang beriman tidaklah seperti pohon ara yang berdaun lebat, tetapi tidak berbuah sama sekali. Demikianlah para pemimpin Yahudi tampak rohani, tetapi sejatinya tidak hidup di dalam kebenaran. Bukan hanya itu, malahan mereka dikatakan sebagai perampok meskipun tampak saleh (Mrk 11:17).

Jadi, iman yang benar pastilah menghasilkan buah kebenaran. Karena itu, pastilah di dalam iman tidak ada ruang bagi kebencian dan pertikaian, melainkan nyatanya kasih dan pengampunan (25).

Kiranya kita bisa waspada terhadap keinginan pribadi yang bisa menjadi tidak sejalan dengan kebenaran Allah. Kita bisa meminta kepada Allah untuk anugerah dan berkat yang membuat kehidupan kita berbuahkan perbuatan nyata, yang penuh kasih dan pengampunan.

Share:

Rohaniwan Perampok

Markus 11:15-19 

Institusi agama kerap dijadikan ladang subur untuk mendapat keuntungan pribadi. Sudah banyak kisah mereka yang kecewa karena dimanfaatkan oleh tokoh agama atas nama pelayanan, kasih, atau Tuhan. Pelakunya sudah pasti mereka dengan jabatan yang cukup terpandang di dalam institusi agama, karena merekalah yang berkuasa untuk memengaruhi banyak orang.
Pemanfaatan ini juga terjadi di Bait Allah. Sejatinya, Bait Allah didesain untuk menjadi rumah doa, bukan hanya bagi orang Yahudi, tetapi bagi segala bangsa termasuk orang non-Yahudi (lih. Yes 56:7). Hal ini jelas sekali terlihat dalam doa Salomo ketika ia mendirikan Bait Allah. Betapa ia rindu agar bangsa-bangsa asing datang berdoa dan Tuhan mendengarkan doa mereka (1Raj 8:41-43). Tak mengherankan, di dalam desain Bait suci ada bagian yang terbesar bernama pelataran orang Gentile -halaman bagi orang non-Yahudi untuk berdoa.
Kita melihat kebesaran anugerah Allah yang rindu untuk memberkati segala bangsa. Ironisnya, oleh para pemimpin agama pada masa itu, tempat ini justru digunakan untuk perdagangan yang tidak jujur dan adil, sampai-sampai Yesus menyebutnya sebagai perampokan (17), bahkan atas nama ibadah.
Orang Yahudi diaspora yang harus menukar uang dan membeli merpati dilihat oleh pemimpin agama sebagai kesempatan untuk memperkaya institusi dan diri mereka. Akibatnya, orang-orang bangsa lain tidak dapat beribadah kepada Allah dan menikmati anugerah Allah yang juga dijanjikan bagi mereka. Jelaslah Yesus marah dan meneriakkan kembali akan perlunya pemurnian Bait Allah. Peristiwa ini makin mempertegas misi yang harus dilakukan Mesias.
Jika kita tidak berhati-hati, kita dapat melakukan tindakan yang sama seperti yang dilakukan oleh para pemimpin agama Yahudi, apalagi ketika kita memiliki jabatan dan memegang kekuasaan. Marilah kita minta Tuhan selalu memurnikan hati kita agar kita tidak menjadi para rohaniwan perampok, melainkan melalui kita, gereja tetap menjadi rumah doa untuk semua orang.
Share:

Berbuahlah! Jangan Hanya Berdaun!

Markus 11:12-14 

Mengapa pohon ara dikutuk Yesus? Apa salahnya?

Setelah keluar dari Betania, dalam perjalanan kembali ke Yerusalem, Yesus merasa lapar (12), dan Ia melihat pohon ara. Karena pohon itu sudah berdaun, Yesus melihat kalau-kalau buahnya sudah muncul, tetapi Ia tidak menemukan apa pun (13). Maka, Yesus mengatakan kepada pohon itu: "Jangan lagi seorang pun makan buahmu selama-lamanya!" (14).

Yesus dan para murid mengetahui bahwa saat itu memang bukan musim buah ara. Namun, pada umumnya pohon ara berdaun dan berbuah pada saat yang bersamaan.

Daun pohon ara yang dilihat Yesus dari kejauhan seharusnya menandakan bahwa pohon itu sudah memiliki buah, tetapi nyatanya hanya daun yang ditunjukkan, tak ada buah.

Bukanlah pohon ara yang salah dan berdosa. Dalam Perjanjian Lama, pohon ara adalah simbol akan orang Yerusalem, dan tindakan mengutuk pohon ara itu adalah simbol penghakiman Allah. Jadi, Yesus bukan marah kepada sebatang pohon, melainkan umat yang tidak berbuah.

Perikop sebelumnya menceritakan orang-orang Yerusalem yang berteriak "Hosana!" kepada Yesus. Namun, perikop sesudahnya mengungkapkan sikap dan perilaku mereka yang mencemarkan Bait Allah (bdk. Mrk 11:9-10, 17).

Yesus menginginkan agar kita sebagai murid-murid-Nya berbuah. Kekristenan bukan sebatas lip service (perkataan indah) atau penampilan keagamaan yang terlihat agung dan berwibawa. Iman Kristen harus nyata dalam perkataan dan perbuatan. Kita tak cukup hanya berteriak "Hosana", namun perilaku sehari-hari kita bertentangan dengan kehendak Allah seperti mencari untung, menipu, dan memeras.

Hidup kita harus menjadi berkat di gereja maupun di rumah dan tempat kerja. Jika kita sudah dipanggil menjadi umat Tuhan, ikuti dan layanilah Dia dengan tulus dan cara yang benar, bukan di bibir saja.

Marilah kita bertekad untuk membuahkan kemuliaan dan kekudusan Tuhan. Itulah yang patut diusahakan secara terus-menerus dan diperjuangkan tanpa mengenal lelah. [MKD]

Share:

Membuka Rumah Untuk Kristus

Markus 2:13-17

Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia.
- Markus 2:15

Hospitality sulit diterjemahkan dalam satu kata. Dengan hospitality, seseorang membuka rumahnya bagi teman, tamu, atau bahkan orang asing. Ia suka rela memberikan perteduhan dan menyambut mereka dengan ramah. Hospitality adalah tradisi kuno orang Timur. Salah satu contoh bentuk hospitality yang tercatat di dalam Alkitab adalah ketika Abraham melihat tiga orang asing mendekati kemahnya. Ia menyambut mereka dan bahkan menyembelih ternak untuk menjamu mereka (Kej. 18:1-7). Tanpa disadari Abraham, ia telah menjamu malaikat-malaikat (Ibr. 13:2).
Markus 2:13-17 mencatat bagaimana Lewi mempraktikkan hospitality dengan membuka rumahnya bagi Kristus. Keterbukaan Lewi memberinya kesempatan memperkenalkan Kristus kepada teman-temannya. Yesus selesai mengajar, berjalan melewati rumah cukai dan Dia melihat Lewi, anak Alfeus, duduk di rumah cukai dan memanggilnya, “Ikutlah Aku!” (ay. 14). Panggilan yang singkat, tetapi diresponi dengan ketaatan segera oleh Lewi. Ia bangkit berdiri mengikuti Yesus. Ia bukan saja mengikuti Yesus, tetapi juga mengundang Yesus dan murid-murid-Nya ke rumahnya. Ia lalu mengundang teman-temannya, sesama pemungut cukai dan orang-orang berdosa lainnya (ay. 15). Dengan cara ini, ia memperkenalkan mereka yang secara sosial budaya terpinggirkan untuk bertemu dengan Yesus. Hospitality telah mengubahkan banyak orang berdosa untuk mau mengikut Yesus (ay. 15b) Kita sebagai orang yang telah percaya Yesus perlu mempraktikkan hospitality. Di satu sisi hospitality adalah kebajikan Kristiani dan di sisi lain adalah wadah penginjilan yang efektif.
Tidak mudah bagi orang-orang non-Kristen masuk ke dalam gereja, tetapi sangat mungkin mereka ingin bertamu dan masuk ke rumah kita. Saat membuka rumah kita maka ada kesempatan bagi kita untuk memperkenalkan Injil kepada mereka. Hal ini tidaklah mudah dilakukan. Lewi dan murid-murid Yesus dikritik oleh ahli-ahli Taurat dan orang Farisi. Hari ini kita mungkin menghadapi berbagai tantangan untuk membuka rumah kita, seperti keterbatasan waktu, kesibukan, biaya atau tekanan sosial karena minoritas. Sadarilah, semua itu tidak dapat dibandingkan dengan nilai sukacita saat melihat orang lain menjadi percaya Yesus.

Refleksi Diri:
Apakah Anda pernah membuka rumah untuk menerima mereka yang belum percaya?
Apa bentuk dan cara-cara lain untuk Anda dapat mempraktikkan hospitality? Doakan dan praktikkan.

segala puji Hanya Kepadamu Ya Tuhan. soliDeo Gloria.
Share:

Bekerja Sama Membawa Jiwa

Tetapi mereka tidak dapat membawanya kepada-Nya karena orang banyak itu, lalu mereka membuka atap yang di atas-Nya; sesudah terbuka mereka menurunkan tilam, tempat orang lumpuh itu terbaring.

- Markus 2:4

Sendiri kita hanya bisa melakukan begitu sedikit. Bersama kita dapat melakukan begitu banyak.” Kalimat ini diucapkan Helen Keller, seorang ahli pendidikan dan aktivis yang matanya buta sejak kecil. Keller menyadari tanpa gurunya, Anne Sullivan, ia tidak akan dapat berbuat banyak karena matanya tidak bisa melihat. Namun, bersama gurunya, mereka menjadi satu tim yang sukses.

Dalam hal mencapai kesuksesan di dunia, kita memerlukan kerja sama. Demikian pula dalam hal membawa jiwa, kita mutlak membutuhkan kerja sama. Bagian firman hari ini menceritakan kerja sama empat orang murid untuk membawa satu temannya yang lumpuh, datang kepada Yesus. Ketika sampai di tempat Yesus berada, mereka mendapati rumahnya penuh sesak dan jalan masuk telah tertutup oleh orang banyak (ay. 2). Keempat orang ini tidak berputus asa. Mereka menggotong temannya ke loteng dan membuka atapnya serta menurunkannya (ay. 4). Kerja sama yang luar biasa dan Yesus pun meresponi positif iman mereka.

Perhatikan kutipan ayat 5 berikut “Ketika Yesus melihat iman mereka,…” Alkitab mencatat Yesus melihat iman mereka (kata ganti jamak). Ini menyatakan bahwa Yesus menghargai kerja sama mereka, iman mereka secara kolektif. Mereka telah bersehati untuk membawa teman mereka yang lumpuh agar secara pribadi dapat bertemu dengan Kristus. Hasilnya luar biasa. Meresponi iman kolektif mereka, Yesus mengampuni dosa orang itu (ay. 5) dan pada akhirnya juga menyembuhkan sakit lumpuhnya (ay. 11-12).

Manusia berdosa akan diselamatkan saat mereka bertemu pribadi dengan Yesus Kristus. Apa yang harus kita lakukan adalah membawa mereka kepada Kristus. Untuk itu, orang-orang percaya harus bekerja sama. Sendiri kita akan melakukan sangat sedikit, bersama kita akan bisa berbuat banyak. Orangtua, yaitu suami dan istri, harus bekerja sama untuk membawa anak-anak mereka kepada Yesus. Rekan-rekan harus bekerja sama membawa teman kerja mereka yang belum percaya dan bertemu secara pribadi dengan Kristus. Mari bersatu hati membawa jiwa.

Refleksi Diri:

Apakah Anda pernah merasa putus asa dan tak berdaya untuk membawa seseorang kepada Kristus? Apakah mungkin karena Anda bekerja sendiri?

Siapa saudara seiman yang bersehati dengan Anda untuk bisa diajak kerja sama membawa jiwa kepada Kristus?

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.