Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Taklukkanlah Padang Gurunmu!

Kisah Hagar dan Ismael dalam Kitab Kejadian menggambarkan sebuah perjalanan yang penuh dengan ketidakpastian dan penderitaan, tetapi juga dipenuhi dengan pertolongan dan janji Allah. Momen ketika Hagar dan Ismael diusir dari rumah Abraham dan harus bertahan hidup di padang gurun bukan hanya sebuah narasi sejarah, tetapi juga refleksi dari perjalanan hidup kita yang kadang dipenuhi oleh kesulitan dan tantangan yang mirip dengan padang gurun yang tandus dan tidak bersahabat.

Perjalanan Hagar dan Ismael: Tantangan dan Pertolongan

  1. Pengusiran dan Ketidakpastian:

Hagar dan Ismael tiba-tiba diusir dari rumah Abraham dengan hanya bekal yang sangat minim: roti dan satu kantong air (Kejadian 21:14). Hal ini tentu menggambarkan betapa tidak memadainya persiapan mereka untuk menghadapi perjalanan panjang dan berat di padang gurun. Rasa pilu pasti menyelimuti hati Hagar sebagai seorang ibu yang harus melihat anaknya, Ismael, yang baru berusia 16 tahun, menderita akibat dehidrasi akut di tengah padang gurun yang ganas.

  2. Pertolongan Allah di Tengah Kesulitan:

Dalam saat-saat yang paling genting, ketika Hagar tidak tahan melihat Ismael mati dan meninggalkannya di bawah semak (Kejadian 21:15-16), Allah mendengar tangisan mereka. Melalui malaikat-Nya, Allah memberikan harapan dan pertolongan kepada Hagar, meminta Hagar untuk tidak takut dan mengangkat Ismael, serta memegangnya erat-erat (Kejadian 21:17-18). Tuhan kemudian membuka mata Hagar untuk melihat sebuah sumur, yang tidak hanya melepaskan dahaga mereka tetapi juga menjadi tempat tinggal mereka (Kejadian 21:19-20).

Makna dan Aplikasi dalam Kehidupan Kita

  1. Kondisi Seperti Hagar dan Ismael: Ujian dalam Kehidupan:

Seperti Hagar dan Ismael, kita mungkin juga pernah atau sedang menghadapi “padang gurun” dalam kehidupan kita, yakni situasi yang penuh dengan ketidakpastian, ketakutan, dan penderitaan. Ini bisa berupa kehilangan pekerjaan, masalah keluarga, penyakit, atau kesulitan lainnya yang membuat kita merasa seperti diusir dari zona nyaman kita dan terlempar ke dalam kondisi yang sangat sulit dan tidak pasti.

  2. Janji dan Pertolongan Tuhan: Harapan di Tengah Kesulitan:

Dalam situasi seperti itu, penting untuk mengingat bahwa Tuhan tidak pernah meninggalkan kita. Allah telah berjanji untuk selalu menyertai kita dan memberikan pertolongan pada waktu yang tepat. Sama seperti Tuhan tidak meninggalkan Hagar dan Ismael, Dia juga tidak akan meninggalkan kita. Kita mungkin merasa putus asa, tetapi di dalam Tuhan selalu ada harapan dan jalan keluar.

  3. Dengar Suara-Nya dan Taklukkan Padang Gurunmu:

Dengarkanlah suara Tuhan di tengah-tengah kesulitan yang kita alami. Seperti Hagar yang akhirnya melihat sumur yang disiapkan oleh Tuhan, kita juga harus membuka mata hati kita untuk melihat pertolongan Tuhan yang mungkin sudah ada di sekitar kita, tetapi belum kita sadari. Tuhan seringkali menyediakan “sumur” berupa berkat, kekuatan, dan hikmat untuk membantu kita melewati masa-masa sulit.

Langkah-Langkah Praktis dalam Menaklukkan Padang Gurun

  1. Percayalah pada Rencana Tuhan:

Keyakinan bahwa Tuhan memiliki rencana yang baik untuk kita akan membantu kita tetap tenang dan penuh harapan di tengah kesulitan. Yakinkan diri bahwa setiap padang gurun yang kita lalui adalah bagian dari rencana Tuhan yang lebih besar untuk kebaikan kita.

  2. Carilah Pertolongan Tuhan:

Ketika kita berada dalam kesulitan, berdoalah dan carilah pertolongan dari Tuhan. Jangan hanya mengandalkan kekuatan sendiri, tetapi libatkan Tuhan dalam setiap langkah dan keputusan yang kita ambil.

  3. Temukan Sumur Berkat Tuhan:

Percayalah bahwa Tuhan telah menyediakan sumur berkat yang dapat kita gunakan untuk mengatasi kesulitan kita. Ini bisa berupa dukungan dari keluarga, teman, gereja, atau bahkan peluang-peluang yang tampaknya kecil tetapi dapat membantu kita bangkit dari kesulitan.

  4. Belajar dari Pengalaman:

Setiap kali kita berhasil melewati padang gurun kehidupan, kita akan semakin kuat dan bijaksana. Pengalaman ini dapat menjadi sumber kekuatan dan pelajaran berharga untuk menghadapi tantangan yang akan datang.

Kisah Hagar dan Ismael adalah pengingat bahwa Tuhan setia kepada janji-Nya dan selalu hadir untuk menolong umat-Nya, bahkan di tengah-tengah kondisi yang paling sulit sekalipun. Kita diajak untuk tidak takut, tetapi untuk bersandar kepada kasih dan pertolongan Tuhan. Dengan mendengarkan suara-Nya dan menaklukkan padang gurun kehidupan kita, kita akan menemukan berkat dan kekuatan yang Tuhan sediakan untuk kita. Semoga kita selalu ingat akan kasih Tuhan dan bersyukur atas setiap pertolongan yang diberikan-Nya.

Mari kita taklukkan padang gurun kita dengan percaya dan berserah kepada Tuhan, serta mencari dan menemukan berkat-Nya yang telah disediakan untuk kita.

 

Share:

Mukjizat Sejati

 

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mukjizat diartikan sebagai suatu kejadian luar biasa yang tidak dapat dijelaskan oleh nalar manusia. Sementara itu, dalam Alkitab, mukjizat didefinisikan sebagai suatu peristiwa yang terjadi semata-mata karena kehendak Allah.

Narasi ini dimulai dengan sebuah pernyataan yang memukau, "TUHAN memperhatikan Sara, seperti yang difirmankan-Nya, dan TUHAN melakukan kepada Sara seperti yang dijanjikan-Nya" (1). Mukjizat hanya bisa terjadi jika Tuhanlah yang mengupayakannya, dan mukjizat tidak akan terjadi di luar kehendak-Nya. Setiap mukjizat memiliki maksud yang jelas, dan Tuhan mengerjakan mukjizat dalam kehidupan umat-Nya supaya mereka dapat bersaksi tentang kebesaran-Nya. Tuhan memberi Abraham berbagai kesempatan untuk bersaksi tentang kebesaran-Nya, tetapi Abraham tidak memanfaatkan kesempatan tersebut (lihat Kej. 20). Sebagai individu yang menerima janji setia Tuhan (kovenan), Allah ingin menggunakan Abraham sebagai berkat bagi bangsa-bangsa lain yang belum mengenal Dia (lihat Kej. 12:2-3, 15:4-5, 17:3-8).

Karena itu, peristiwa kelahiran Ishak, yang sudah dinubuatkan oleh Tuhan dan dijanjikan setahun sebelumnya, menjadi momen bagi Sara untuk menyaksikan kebesaran Tuhan (2-6).

Sara menekankan bahwa Tuhan mampu membungkam orang-orang yang meremehkan keagungan-Nya (7), dan melalui karya-Nya, Tuhan menegaskan bahwa Dia adalah Allah yang hidup, yang berkarya dan berkuasa.

Kesaksian hidup seorang beriman harus dimulai dari titik di mana dia mengalami perjalanan iman bersama Allah. Sara sempat menertawakan janji Tuhan (Kej. 18:12), namun Tuhan mampu mengubah tawa sinis itu menjadi tawa sukacita karena mereka menyaksikan mukjizat Tuhan yang nyata.

Ketika kita berdoa dan menjalani iman kita, apakah kita melihat tangan Tuhan yang menuntun kita? Apakah kita bergantung pada janji pemeliharaan Tuhan? Apakah kita mengakui dan mengimani bahwa Tuhan sungguh hidup dan berkuasa, serta mampu mengerjakan mukjizat dalam kehidupan kita?

Share:

Pujian Ibadah Minggu 23 Juni 2024

Share:

Menuding ke Sebelah

Peribahasa "Buruk Muka, Cermin Dibelah"

Peribahasa ini mengandung makna menyalahkan pihak lain atas kesalahan yang seharusnya menjadi tanggung jawab pribadi. Dalam kehidupan sehari-hari, sering kali kita melihat orang lebih cepat menuding kesalahan orang lain daripada mengakui kesalahan sendiri. Hal ini bukan hanya kebiasaan buruk tetapi juga menghambat pertumbuhan pribadi dan tanggung jawab moral. Kisah Abraham di Gerar merupakan contoh nyata bagaimana tindakan ini dapat membawa konsekuensi yang kompleks.

Keputusan Abraham dan Ketakutannya

Abraham memutuskan untuk tinggal di Gerar bersama keluarganya. Ia merasa daerah itu tidak mengenal Allah dan takut bahwa kecantikan istrinya, Sara, akan membahayakan hidupnya. Ketakutannya mendorong Abraham untuk berbohong, menyebut Sara sebagai saudara perempuannya. Ini adalah kali kedua Abraham melakukan hal ini, sebelumnya ia juga menyebut Sara sebagai saudaranya di Mesir (Kejadian 12:10-20).

Tindakan Abimelekh dan Intervensi Tuhan

Raja Abimelekh, tanpa mengetahui kebenaran, mengambil Sara sebagai istri. Namun, Tuhan memperingatkan Abimelekh melalui mimpi bahwa tindakannya berdosa dan dapat membawa maut, karena Sara adalah istri Abraham. Dengan segera, Abimelekh memanggil Abraham untuk meminta penjelasan dan mengembalikan Sara, bahkan memberikan berbagai harta sebagai kompensasi.

Pembelajaran dari Narasi Ini

  1. Kesetiaan Tuhan pada Janji-Nya:

Tuhan tetap setia pada janji-Nya kepada Abraham, meskipun Abraham membuat keputusan yang kurang bijaksana dan tidak jujur. Ini menunjukkan bahwa janji Tuhan tidak bergantung pada kesempurnaan kita, tetapi pada kesetiaan-Nya yang tak tergoyahkan.

  2. Pentingnya Kejujuran dan Pengakuan Kesalahan:

Kisah ini menyoroti pentingnya bersikap jujur dan tidak takut mengakui kesalahan. Abraham mengakui tindakannya di hadapan Abimelekh dan menjelaskan alasan di balik kebohongannya. Ini merupakan langkah penting dalam memperbaiki kesalahan dan menjaga hubungan yang sehat dengan orang lain.

  3. Doa Syafaat untuk Semua Orang:

Abraham tidak hanya berdoa untuk dirinya sendiri atau untuk orang-orang seiman, tetapi juga untuk Abimelekh dan keluarganya yang bukan bagian dari umat Allah. Ini mengajarkan kita untuk mendoakan semua orang, tanpa memandang keyakinan atau latar belakang mereka. Tuhan mendengar dan mengabulkan doa Abraham, menunjukkan bahwa belas kasihan-Nya melampaui batasan manusia.

Refleksi dan Penerapan dalam Hidup

  1. Menghadapi Kesalahan dengan Bertanggung Jawab:

Ketika kita dihadapkan pada situasi sulit atau berpotensi bahaya, adalah penting untuk tidak menuding orang lain atau menyalahkan keadaan. Sebaliknya, kita harus berani mengakui kesalahan kita dan mencari solusi yang tepat. Tindakan Abraham yang jujur akhirnya membawa pemulihan dan berkat bagi semua pihak yang terlibat.

  2. Kesetiaan Tuhan sebagai Landasan Hidup:

Mengetahui bahwa Tuhan setia pada janji-Nya memberikan kita keberanian untuk hidup dalam kebenaran dan kejujuran. Kita bisa mempercayai Tuhan dalam segala situasi, bahkan ketika kita merasa takut atau tidak yakin dengan hasilnya.

  3. Mendoakan Orang Lain dengan Kasih:

Sebagaimana Abraham berdoa untuk Abimelekh, kita juga diajak untuk mendoakan orang lain, termasuk mereka yang mungkin berbeda keyakinan atau pandangan dengan kita. Ini adalah wujud nyata dari kasih dan kemurahan hati yang diajarkan oleh Tuhan.

Kisah Abraham di Gerar mengajarkan kita banyak hal tentang kesetiaan Tuhan, pentingnya kejujuran, dan nilai doa syafaat. Di tengah-tengah kehidupan kita yang penuh dengan tantangan dan godaan untuk menyalahkan orang lain, mari kita belajar untuk bertanggung jawab atas tindakan kita, mempercayai kesetiaan Tuhan, dan mendoakan semua orang dengan kasih yang tulus. Seperti Abraham, kita dipanggil untuk hidup dalam kebenaran dan menjaga nilai-nilai ilahi dalam kehidupan kita sehari-hari.

 

Share:

Keaiban

Kisah Lot dan kedua anak perempuannya setelah kehancuran Sodom dan Gomora memberikan gambaran yang mendalam tentang kasih karunia Tuhan, kesalahan manusia, dan pentingnya belas kasihan di hadapan keadilan Tuhan.

Kemurkaan Tuhan dan Keselamatan Lot

Setelah Lot dan keluarganya melarikan diri dari Sodom yang hancur, mereka menetap di pegunungan. Namun, kehidupan mereka tidak berakhir dengan damai. Kedua anak perempuan Lot, dalam keadaan putus asa dan mungkin terpengaruh oleh moral yang rusak di Sodom, membuat keputusan yang membingungkan: mereka merencanakan untuk tidur dengan ayah mereka (Kejadian 19:30-38).

Penafsiran dan Pembelajaran

  1. Kondisi Hidup di Sodom dan Gomora: Lot dan keluarganya terpengaruh oleh lingkungan moral yang rusak di Sodom. Meskipun Lot dianggap sebagai orang yang saleh, pengaruh negatif dari lingkungan sekitarnya tetap mempengaruhi keluarganya. Ini mengingatkan kita akan pentingnya lingkungan dan pengaruh yang kita pilih dalam hidup kita.

  2. Keputusan Tragis dari Kedua Anak Perempuan: Tindakan kedua anak perempuan Lot adalah bukti dari keputusasaan mereka. Mereka mungkin berpikir bahwa ini adalah satu-satunya cara untuk mempertahankan keturunan mereka. Ini menunjukkan betapa rusaknya pikiran dan nilai-nilai moral yang mereka terima di Sodom. Meskipun demikian, cerita ini juga menyoroti bahwa bahkan dalam keputusasaan dan kekacauan, kasih dan belas kasihan Tuhan masih ada.

  3. Kasih Karunia Tuhan: Meskipun Lot dan keluarganya tidak sempurna dan terpengaruh oleh dosa sekitar mereka, Tuhan tetap menunjukkan belas kasihan-Nya. Ia menyelamatkan Lot dari penghancuran Sodom, bahkan ketika Lot mungkin tidak layak menerima keselamatan itu. Ini menunjukkan bahwa keselamatan datang dari kasih karunia Tuhan, bukan dari nilai atau kebaikan kita sendiri.

Pembelajaran untuk Kehidupan Kita

  1. Ketergantungan pada Kasih Karunia Tuhan: Ketika kita menghadapi dosa dan kelemahan kita sendiri, kita tidak dapat mengandalkan kemampuan atau kebaikan kita sendiri untuk menyelamatkan diri. Kita perlu mengandalkan kasih karunia Tuhan yang tidak terbatas dan belas kasihan-Nya yang membebaskan kita dari keaiban dan dosa.

  2. Pengakuan dan Ketaatan kepada Tuhan: Ketika kita berdoa dan mengakui dosa kita kepada Tuhan, landasan permohonan kita haruslah didasarkan pada pengakuan akan kesalahan kita dan kepercayaan akan belas kasihan Tuhan. Seperti Abraham yang bersyafaat bagi Sodom, kita juga harus memohon belas kasihan Tuhan atas diri kita dan umat-Nya.

  3. Menjalani Hidup dalam Ketaatan dan Kesadaran akan Kehendak Tuhan: Lot dan keluarganya menghadapi konsekuensi dari pengaruh lingkungan yang buruk di sekitar mereka. Hal ini mengingatkan kita akan pentingnya menjalani hidup dalam ketaatan kepada Tuhan dan berusaha untuk hidup sesuai dengan kehendak-Nya, terlepas dari pengaruh negatif di sekitar kita.

Kisah Lot dan anak-anaknya menunjukkan kepada kita bahwa kasih karunia Tuhan melebihi kelemahan dan kesalahan manusia. Meskipun kita mungkin terpengaruh oleh dunia di sekitar kita, kita dapat menemukan keselamatan dan belas kasihan dalam Tuhan. Melalui refleksi atas kisah ini, kita diajak untuk hidup dalam ketaatan, mengakui dosa kita kepada Tuhan, dan mengandalkan kasih karunia serta belas kasihan-Nya dalam perjalanan iman kita.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.