Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Hukum untuk Membatasi

(Keluaran 21:1-11)

Perjanjian Lama memuat berbagai hukum, termasuk hukum restriktif yang bertujuan membatasi praktik-praktik tidak manusiawi di tengah kebebalan umat manusia. Salah satu contoh hukum restriktif adalah pengaturan tentang perbudakan. Dalam masyarakat kuno, perbudakan adalah praktik yang umum terjadi, dan tanpa pengaturan, hal ini dapat berkembang menjadi tindakan yang sangat tidak manusiawi.

Hukum perbudakan yang diberikan Allah melalui Musa bertujuan untuk mengatur dan membatasi perilaku masyarakat agar lebih manusiawi:

1. Budak Ibrani harus dibebaskan setelah enam tahun (ayat 2). Hal ini memberikan harapan dan keadilan bagi mereka, sesuatu yang tidak berlaku di bangsa lain.


2. Pengaturan tentang keluarga budak (ayat 3-6) menunjukkan perhatian Allah terhadap hubungan dan pilihan hidup budak tersebut. Jika seorang budak memilih untuk tetap tinggal karena cinta kepada keluarganya, ia dapat melakukannya dengan sukarela.


3. Perlindungan untuk budak perempuan (ayat 7-11). Budak perempuan tidak diperlakukan seperti barang yang dapat diperlakukan semena-mena. Jika statusnya berubah menjadi istri, ia harus diperlakukan dengan penuh tanggung jawab, atau ia berhak untuk bebas tanpa syarat.



Hukum-hukum ini menunjukkan bahwa Allah tidak menyetujui perbudakan, tetapi Dia memberikan pembatasan agar keadilan dan kemanusiaan tetap terjaga di tengah realitas dunia yang penuh dosa.

Mengapa Allah Memberikan Hukum Restriktif?
Allah tahu bahwa hati manusia sering keras dan memberontak. Maka, hukum seperti ini dibuat untuk mencegah manusia bertindak lebih jauh dalam dosa mereka. Sebagai umat-Nya, kita diajak untuk melihat hukum-hukum ini sebagai cerminan kasih dan keadilan Allah yang mengutamakan kesejahteraan bagi semua pihak.

Refleksi bagi Kita Saat Ini
Meski zaman telah berubah, prinsip kasih dan keadilan Allah tetap relevan. Kita dipanggil untuk mempraktikkan kasih terhadap sesama, bahkan di tengah situasi sulit. Dalam semua tindakan, mari kita utamakan kasih dan perlakuan manusiawi, seperti yang diajarkan oleh firman Tuhan.

Doa Berkat
Bapa yang penuh kasih, kami bersyukur atas firman-Mu yang mengajarkan kami tentang keadilan dan kasih. Kami berdoa untuk setiap jemaat-Mu, keluarga, pekerjaan, dan usaha yang mereka lakukan. Biarlah kesehatan, sukacita, dan damai sejahtera melimpah dalam hidup kami.

Kiranya rumah tangga kami diberkati, anak-anak dan cucu-cucu kami diberi hikmat dan perlindungan, serta usaha kami diberi keberhasilan. Dalam pelayanan kami, biarlah nama-Mu dimuliakan. Kami percaya bahwa berkat-Mu akan selalu menyertai kami.

Dalam nama Tuhan Yesus, kami berdoa dan mengucap syukur.
Amin.

Tuhan Yesus memberkati!

Share:

Kekudusan TUHAN yang Dahsyat

Keluaran 20:18-26

Allah bukan hanya Maha Pengasih tetapi juga Mahakudus, dan kekudusan-Nya adalah atribut yang dahsyat dan tak terjangkau oleh manusia berdosa. Hal ini terlihat dengan jelas ketika TUHAN menampakkan diri di Gunung Sinai. Umat Israel menyaksikan manifestasi kehadiran-Nya melalui guruh, kilat, sangkakala yang nyaring, dan gunung yang penuh asap. Reaksi mereka adalah ketakutan yang mendalam sehingga mereka menjauh dan meminta agar Allah berbicara melalui Musa, bukan langsung kepada mereka (Kel. 20:18-19).

Takut kepada kekudusan Allah adalah respons yang wajar. Sebagai manusia berdosa, kita tidak sanggup berdiri di hadapan Allah yang kudus. Bahkan, makhluk surgawi seperti serafim pun menutupi wajah mereka ketika berada di hadirat Allah, meskipun mereka tidak berdosa (Yes. 6:2).

Kekudusan Allah adalah inti dari keberadaan-Nya dan ditekankan berulang kali dalam Alkitab. Sifat ini menjadi atribut yang dipuji tiga kali berturut-turut oleh serafim: "Kudus, kudus, kuduslah TUHAN Semesta Alam, seluruh bumi penuh kemuliaan-Nya!" (Yes. 6:3). Kekudusan-Nya menunjukkan bahwa Allah adalah murni, sempurna, dan sepenuhnya terpisah dari dosa.

Namun, kekudusan Allah juga membawa konsekuensi serius bagi manusia. Nadab dan Abihu, misalnya, dihukum TUHAN karena mempersembahkan api yang tidak diperintahkan-Nya (Im. 10:1-3). Bahkan Musa, pemimpin pilihan Allah, tidak luput dari teguran ketika ia tidak menghormati kekudusan Allah saat memukul batu untuk mengeluarkan air (Bil. 20:11-12).

Kesadaran akan kekudusan Allah harus mendorong kita untuk hidup dalam kekudusan dan hormat kepada-Nya. Kekudusan TUHAN tidak dapat dianggap enteng, dan setiap pelanggaran terhadap-Nya akan mendatangkan konsekuensi yang berat.

Kita dipanggil untuk tidak hanya mengasihi Allah karena kasih-Nya, tetapi juga menghormati dan takut kepada-Nya karena kekudusan-Nya. Marilah kita berupaya hidup kudus, menyadari bahwa Allah yang kita sembah adalah kudus adanya, dan hormat kepada-Nya harus tercermin dalam setiap aspek hidup kita. Sebab seperti firman-Nya, "Kuduslah kamu, sebab Aku, TUHAN, Allahmu, kudus" (Im. 19:2)

Share:

Cara Mengasihi Sesama

Keluaran 20:12-17

Sepuluh Hukum Allah menegaskan bahwa kasih kepada Allah harus diwujudkan dengan kasih kepada sesama manusia. Ini menunjukkan bahwa iman kita yang benar tercermin dalam hubungan baik dengan orang-orang di sekitar kita.

  1. Menghormati Orang Tua
    Hukum kelima mengingatkan kita untuk menghormati orang tua, termasuk merawat mereka saat mereka lanjut usia (Kel. 20:12; bdk. Mat. 15:3-6). Ini juga berlaku untuk semua otoritas yang Allah tetapkan dalam hidup kita, seperti pemimpin gereja, atasan, dan pemerintah (Rm. 13:1-5).

  2. Mengupayakan Perdamaian
    Hukum keenam melarang pembunuhan (Kel. 20:13). Namun, Yesus memperluas pengertian ini, dengan mengatakan bahwa kemarahan tanpa alasan juga melanggar hukum ini (Mat. 5:21-23). Kita dipanggil untuk mengupayakan perdamaian dalam setiap hubungan kita.

  3. Kesetiaan dalam Perkawinan
    Hukum ketujuh melarang perzinaan (Kel. 20:14), mengajarkan kita untuk setia kepada pasangan. Bahkan, Yesus mengingatkan bahwa keinginan yang tidak benar terhadap orang lain sudah termasuk pelanggaran hukum ini (Mat. 5:27-30).

  4. Menolong Sesama
    Hukum kedelapan bukan hanya melarang pencurian (Kel. 20:15) tetapi juga mendorong kita untuk membantu sesama yang membutuhkan. Firman Tuhan memberi banyak contoh, seperti memberi dari hasil panen kepada orang miskin (Im. 23:22) dan menolong orang yang terluka (Luk. 10:25-37).

  5. Berkata Benar
    Hukum kesembilan mengajar kita untuk tidak bersaksi dusta (Kel. 20:16). Perkataan yang melukai, termasuk gosip dan hoaks, merusak kasih terhadap sesama. Sebaliknya, kita dipanggil untuk memakai perkataan kita untuk membangun dan memberkati.

  6. Menghargai dan Mensyukuri Berkat
    Hukum kesepuluh melarang keinginan terhadap milik orang lain (Kel. 20:17). Kita diajarkan untuk menjaga hati dari iri hati dan belajar bersyukur atas berkat yang telah Tuhan berikan.

Kasih kepada sesama adalah bukti nyata kasih kita kepada Allah. Ketika kita mengasihi dengan tindakan konkret seperti yang diajarkan dalam Sepuluh Hukum, kita memuliakan Allah dan menjadi saluran berkat bagi sesama. Semoga Allah memampukan kita untuk mengasihi dengan tulus setiap hari.

Share:

Menyembah Allah Secara Benar

Keluaran 20:1-11

1. Sepuluh Hukum: Dasar Kasih dan Penyembahan yang Benar

Sepuluh Hukum adalah pernyataan kasih Allah yang mengajarkan kita untuk mengasihi Dia dan sesama dengan benar. Pentingnya hukum ini:

  • Bukan untuk memperoleh keselamatan: Hukum ini diberikan setelah Allah menyelamatkan umat Israel dari perbudakan Mesir (ayat 1-2).
  • Panduan penyembahan: Mengajarkan bagaimana umat yang telah diselamatkan dapat menyembah Allah dengan benar.

2. Penyembahan yang Berpusat pada Allah

Hukum pertama hingga keempat menunjukkan bagaimana kita harus berhubungan dengan Allah:

Hukum Pertama: Allah adalah Satu-satunya Tuhan

  • Perintah: Jangan ada ilah lain di hadapan Allah (ayat 3).
  • Makna: Penyembahan yang sejati hanya boleh diberikan kepada Allah, bukan kepada makhluk lain atau benda apa pun.

Hukum Kedua: Jangan Membuat Berhala

  • Perintah: Jangan membuat patung atau gambaran untuk disembah (ayat 4-6).
  • Makna: Cara penyembahan kepada Allah harus benar. Contoh pelanggaran ini terlihat dalam penyembahan anak lembu emas, di mana Harun mencoba memuji Allah dengan cara yang salah (Keluaran 32:4).
  • Penerapan: Penyembahan kita harus berdasarkan firman Allah, bukan keinginan atau imajinasi manusia.

Hukum Ketiga: Jangan Menyalahgunakan Nama Allah

  • Perintah: Jangan menyebut nama Allah dengan sembarangan (ayat 7).
  • Makna: Nama Allah tidak boleh digunakan untuk bersumpah palsu, nubuat palsu, atau mantra (Kisah Para Rasul 19:13-16). Sebaliknya, nama-Nya harus dimuliakan dalam perkataan dan perbuatan kita.

Hukum Keempat: Kuduskan Hari Sabat

  • Perintah: Sediakan satu hari untuk Allah (ayat 8-11).
  • Makna: Setelah bekerja selama enam hari, umat Allah dipanggil untuk beristirahat dan beribadah kepada-Nya. Ini juga mencakup memberi istirahat kepada orang-orang yang bekerja di bawah tanggung jawab kita.

3. Prinsip Dasar Penyembahan

Hukum pertama hingga keempat mengarahkan kita pada penyembahan yang:

  • Fokus pada Allah: Tidak mendua hati atau mengarahkan penyembahan kepada yang lain.
  • Dilakukan dengan benar: Menyembah sesuai dengan cara yang ditetapkan Allah, bukan cara yang kita anggap baik.
  • Dilakukan dengan hormat: Memuliakan nama Allah dalam segala aspek hidup kita.
  • Teratur dalam waktu: Memberikan waktu khusus untuk beribadah dan beristirahat, menunjukkan penghormatan kepada perintah Allah.

4. Menghidupi Penyembahan yang Benar

Sebagai umat yang mengasihi Allah:

  • Jadikan Allah sebagai pusat hidup dan penyembahan kita.
  • Taat pada firman-Nya dalam setiap tindakan dan keputusan.
  • Sediakan waktu khusus untuk beribadah kepada-Nya, sekaligus mengingatkan diri akan kasih setia-Nya.

Doa:
Tuhan, ajarlah kami untuk menyembah-Mu dengan benar, memuliakan nama-Mu dalam setiap perkataan dan tindakan kami. Berikan kami hati yang taat dan kasih yang tulus agar hidup kami memancarkan penyembahan sejati kepada-Mu. Dalam nama Yesus Kristus, kami berdoa. Amin

Share:

Berharganya Umat di Mata TUHAN

Keluaran 19

TUHAN memilih bangsa Israel sebagai umat-Nya, menunjukkan betapa berharganya mereka di hadapan-Nya. Allah mengingatkan bagaimana Ia membebaskan mereka dari Mesir dan berjanji menjadikan mereka "milik kesayangan," "kerajaan imam," dan "bangsa yang kudus" jika mereka setia kepada-Nya (ayat 4-6).

Sebagai umat pilihan, mereka dipanggil untuk mendamaikan manusia dengan Allah dan membawa bangsa-bangsa lain mengenal TUHAN. Jika menaati hukum-Nya, mereka akan menjadi berkat bagi dunia.

Dalam Perjanjian Baru, Petrus menegaskan bahwa janji ini juga berlaku bagi kita. Sebagai umat yang ditebus dari dosa, kita dipanggil untuk hidup kudus dan menjadi saluran berkat bagi sesama. Mari syukuri kasih TUHAN dan hiduplah sesuai panggilan-Nya.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.