Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Mahalnya Keselamatan

Tak jarang anugerah diperlakukan seperti sesuatu yang murahan. Karena diterima secara cuma-cuma, bukan sebagai hasil usaha manusia, keselamatan sering kali dianggap biasa saja. Kita terkadang lupa bahwa untuk segala sesuatu yang tidak kita bayar, ada seseorang yang telah membayarnya untuk kita. Demikian pula dengan keselamatan yang kita terima hari ini—Yesus Kristus telah membayar harganya, dan harga itu sangat mahal.

Melalui pembacaan Perjanjian Lama, kita diingatkan akan mahalnya penebusan dosa dan keselamatan. Yang diminta bukan sekadar kurban biasa, melainkan kurban yang mahakudus (1). Seluruh prosesnya—dari bagaimana kurban dipersembahkan (2-6), apa yang menjadi bagian imam (7-10), apa yang boleh dipersembahkan dan dimakan (12-15), hingga kapan kurban harus dimakan atau sisanya dibakar habis (16-17)—semuanya harus dilakukan dalam kekudusan. Pelanggaran terhadap satu aturan saja dapat membuat kurban menjadi najis dan mendatangkan konsekuensi berat, yaitu kematian (18-21).

Betapa ketat aturan mengenai kurban penebus salah dan kurban keselamatan! Ini menjadi pengingat bagi kita untuk tidak meremehkan anugerah Tuhan. Meskipun keselamatan diberikan kepada kita secara cuma-cuma, Yesus Kristus telah membayarnya dengan darah-Nya dan nyawa-Nya. Ini adalah pengorbanan yang tak ternilai dan tidak akan pernah bisa kita balas.

Dalam Perjanjian Lama, penebusan dan keselamatan diperoleh melalui kurban, tetapi sekarang kita bersyukur karena Yesus telah melunaskan semuanya. Ia telah menebus dan menyelamatkan kita sepenuhnya. Jangan sampai karena kita merasa mendapatkannya dengan mudah, kita menjadi lalai dan menganggapnya sepele.

Keselamatan yang kita terima adalah anugerah yang sangat mahal. Oleh karena itu, kita harus hidup dengan penuh rasa syukur dan penghormatan kepada Tuhan. Jagalah hidup kita agar tetap dalam kekudusan, jangan sampai ternoda oleh dosa dari dalam diri kita maupun dari pengaruh di sekitar kita. Keselamatan bukan sekadar status, melainkan panggilan untuk hidup seturut kehendak Tuhan. Karena itu, marilah kita mengerjakan keselamatan ini setiap hari dengan hati yang penuh kasih dan kesetiaan kepada-Nya.

Doa

Tuhan yang penuh kasih, terima kasih atas anugerah keselamatan yang Engkau berikan kepada kami. Kami sadar bahwa keselamatan ini tidak murah, tetapi telah dibayar dengan darah Yesus Kristus. Tolong kami agar selalu menghargainya dengan hidup dalam kekudusan dan ketaatan kepada-Mu. Jangan biarkan kami menjadi lalai atau meremehkan kasih karunia-Mu. Ajarkan kami untuk terus mengerjakan keselamatan kami dengan hati yang taat dan penuh syukur. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Share:

firman Tuhan " Menjaga Kekudusan "

Imamat 6:24-30

Allah yang Mahakudus menghendaki umat-Nya hidup dalam kekudusan. Dalam Perjanjian Lama, bangsa Israel harus menaati berbagai aturan, termasuk mempersembahkan kurban penghapusan dosa. Imam wajib menyembelih dan memakan kurban di tempat kudus, serta menjaga kekudusan alat-alat ibadah (Im. 6:25-28).

Jika Allah menuntut kebersihan dalam penyembahan, maka Ia juga menginginkan kita menjaga kekudusan dalam hati, perkataan, dan perbuatan. Sebagai orang percaya, kita telah dikuduskan oleh darah Kristus dan dipanggil untuk terus hidup dalam kekudusan.

Menjaga kekudusan bukanlah tuntutan yang mustahil. Dengan hidup dekat kepada Tuhan, menaati firman-Nya, dan membiarkan Roh Kudus bekerja dalam diri kita, kita dapat semakin bertumbuh dalam kekudusan.

Doa

Ya Tuhan, mampukan kami untuk hidup dalam kekudusan sesuai dengan kehendak-Mu. Dekatkan kami selalu kepada-Mu agar setiap aspek hidup kami semakin mencerminkan kemuliaan-Mu. Amin.

Share:

Menerima dan Memberi

 

Imamat 6:14-23

Sebagian besar orang lebih suka menerima daripada memberi. Namun, Allah mengajarkan keseimbangan—ada saatnya kita menerima, ada saatnya kita memberi.

Anak-anak Harun sebagai imam memiliki kewajiban mempersembahkan kurban sajian kepada Allah. Setelah bagian tertentu dibakar, mereka berhak menerima sisanya sebagai makanan (Im. 6:16-18). Namun, mereka juga diperintahkan untuk mempersembahkan kurban sajian sendiri, yang harus dibakar sepenuhnya dan tidak boleh dimakan (Im. 6:20-23).

Kesimpulan

Sebagai orang percaya, kita harus memahami bahwa hidup bukan hanya tentang menerima berkat, tetapi juga tentang memberi dengan sukacita. Jika kita telah menerima anugerah terbesar, yaitu keselamatan, marilah kita juga memberi yang terbaik bagi Tuhan dan sesama.

Doa

Ya Tuhan, terima kasih atas berkat dan pemeliharaan-Mu. Ajarlah kami untuk bersyukur saat menerima dan bersukacita saat memberi, agar hidup kami menjadi berkat bagi sesama. Amin.

Share:

Pujian Ibadah 9 Maret 2025

Share:

firman Tuhan : Jagalah agar Tetap Menyala

 

Imamat 6:8-13

Api akan terus menyala jika bahan bakarnya terus ditambahkan dan tidak dibiarkan habis. Begitu pula dengan iman kita. Iman akan tetap berkobar jika kita terus memeliharanya dengan kepercayaan, ketaatan, dan kesetiaan kepada Tuhan.

Setelah Allah menetapkan aturan mengenai kurban yang harus dipersembahkan oleh bangsa Israel, kini melalui Musa, Allah memberikan perintah kepada Harun dan anak-anaknya tentang bagaimana mereka harus mengelola kurban bakaran: kurban tersebut harus tetap berada di atas perapian mazbah sepanjang malam, dan api mazbah itu tidak boleh padam (8-9).

Dalam menjalankan tugas ini, para imam tidak bisa bertindak sembarangan. Mereka harus mengenakan pakaian dan celana linen, serta menggantinya ketika kurban sudah menjadi abu (10-11). Selain itu, setiap pagi mereka harus menambahkan kayu di atas mazbah, menyusun kurban, dan membakar kurban keselamatan di sana. Dengan cara itulah api mazbah tetap menyala dan tidak padam (12-13).

Allah memberikan perintah yang sangat mendetail mengenai bagaimana menjaga api persembahan. Api yang terus menyala ini melambangkan penyembahan dan persembahan yang tidak pernah berhenti kepada Allah.

Menjaga Iman Tetap Menyala

Dalam kehidupan rohani, kita pun harus menjaga iman seperti menjaga api. Yesus Kristus telah mendamaikan kita dengan Allah Bapa dan memberikan anugerah iman agar kita dapat hidup dalam kekudusan-Nya. Sekarang, tugas kita adalah menjaga iman tersebut agar tetap menyala dan tidak padam.

Bagaimana caranya? Jika para imam mengenakan pakaian linen sebagai tanda kesucian, kita pun harus hidup dengan perilaku yang bersih dan berkenan di hadapan Tuhan. Jika para imam menambahkan kayu di mazbah setiap pagi, kita harus mengisi hati kita dengan firman Tuhan setiap hari sebelum memulai aktivitas.

Jagalah agar iman kita tetap menyala. Jangan biarkan semangat kita dalam menyembah dan melayani Tuhan meredup. Setiap hari, kobarkanlah api iman dengan tekun beribadah, berdoa, dan melakukan kehendak-Nya.

Seperti api di mazbah yang harus terus dijaga agar tidak padam, iman kita pun perlu dipelihara dengan sungguh-sungguh. Tanpa usaha yang terus-menerus, iman dapat melemah dan kehilangan nyalanya. Oleh karena itu, kita harus terus mendekat kepada Tuhan, hidup dalam ketaatan, dan senantiasa mengandalkan-Nya dalam segala hal.

Doa

Tuhan yang setia, terima kasih atas anugerah iman yang Engkau berikan kepada kami. Ajarlah kami untuk selalu menjaga iman kami tetap menyala, agar kami tidak kehilangan semangat dalam menyembah dan melayani-Mu. Berikan kami hati yang rindu akan firman-Mu, hidup yang berkenan kepada-Mu, dan kekuatan untuk tetap setia dalam setiap keadaan. Biarlah hidup kami selalu memancarkan terang-Mu. Dalam nama Yesus kami berdoa. Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.