Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Mengejar Sang Pemberi Berkat

Allah yang Mahakudus memanggil umat-Nya untuk mengutamakan Dia di atas segala sesuatu. Perintah-Nya jelas:

“Jangan membuat berhala… Jangan sujud menyembah kepada patung… Tetapi beribadahlah kepada-Ku dan lakukan perintah-Ku.” (ay. 1–3, parafrase)

Allah tidak hanya melarang penyembahan berhala, tetapi juga menuntut ketaatan total dan ibadah yang murni. Dan ketika umat taat, berkat Tuhan akan tercurah melimpah.

🌿 Janji Berkat dari Tuhan

TUHAN berjanji akan:

  • Memberi hujan pada waktunya, sehingga tanah subur dan hasil panen melimpah (ay. 4–5)

  • Memberi keamanan dan menghalau musuh (ay. 6–8)

  • Meneguhkan kehadiran-Nya di tengah umat dan tidak meninggalkan mereka (ay. 11–12)

  • Memulihkan harga diri umat-Nya, mengangkat mereka dari kehinaan sebagai budak, dan memberi kebebasan sejati (ay. 13)

Ini adalah janji yang luar biasa—bukan hanya berkat jasmani, tetapi juga relasi yang erat antara Allah dan umat-Nya.

⚠️ Peringatan Tersirat: Jangan Gantikan Allah dengan Berkat

Sejarah bangsa Israel mencatat: ketika mereka setia, Allah memberkati. Tapi ketika mereka berpaling kepada berhala dan kekuatan bangsa lain, kehancuran datang. Allah tidak mau diberi tempat kedua setelah berkat.

Pencarian berkat tanpa mencari Allah adalah bentuk modern dari penyembahan berhala.
Banyak orang—bahkan orang Kristen—terjebak dalam pola pikir: “Selama diberkati, saya akan ikut Tuhan.”
Namun saat berkat tidak datang sesuai harapan, mereka mundur, kecewa, bahkan meninggalkan Tuhan.

💡 Refleksi Pribadi

  • Apakah aku mencari Allah karena kasihku kepada-Nya, atau hanya karena ingin diberkati?

  • Apakah aku tetap mengikut Tuhan saat hidup tidak sesuai rencana?

  • Apakah Allah menjadi pusat hidupku, atau hanya pelengkap?

💬 Ajaran Firman Hari Ini

  1. Utamakan Sang Pemberi, bukan sekadar pemberian-Nya

  2. Taat kepada perintah-Nya, bukan sekadar berharap pada janji-Nya

  3. Bangun relasi yang dalam dengan Allah, bukan hanya mengandalkan kekuatan atau usaha sendiri

🙏 Doa Penutup:

Ya Tuhan, ampuni aku jika selama ini aku lebih sering mengejar berkat daripada mengejar Engkau.
Bentuklah hatiku agar mengasihi-Mu lebih dari apa pun.
Ajar aku untuk taat dan setia, bahkan ketika hidup tidak berjalan seperti yang kuinginkan.
Jadilah Engkau satu-satunya yang kuandalkan dan kuingini dalam hidup ini.
Dalam nama Yesus aku berdoa,
Amin.

Share:

Pujian Ibadah 13 Maret 2025

 

Share:

Merayakan Kelimpahan dari Allah

Allah tidak hanya menebus dan menyelamatkan umat-Nya, tetapi juga memelihara mereka dari hari ke hari. Dalam nas ini, Allah menetapkan Perayaan Tujuh Minggu, yang kemudian dikenal sebagai Pentakosta, sebagai bentuk syukur umat atas hasil tuaian pertama. Ini bukan pesta semata, tapi ibadah syukur atas pemeliharaan Tuhan yang nyata.

🔔 Makna Pentakosta di Perjanjian Lama

Perayaan ini dilakukan tujuh minggu setelah Sabat pertama dari panen gandum (ay. 15–16). Pada hari itu, umat mempersembahkan:

  • Dua roti unjukan dari tepung terbaik yang dicampur ragi (ay. 17)

  • Tujuh domba, satu lembu jantan, dan dua domba jantan sebagai korban bakaran (ay. 18)

  • Satu kambing jantan sebagai korban penghapus dosa

  • Dua domba sebagai korban keselamatan (ay. 19)

Perayaan ini mengingatkan bahwa segala hasil panen dan berkat adalah pemberian Tuhan, bukan semata hasil jerih payah manusia.

✨ Prinsip-prinsip Pentakosta untuk Hidup Kita

✔️ 1. Merayakan Bukan Sekadar Tradisi, Tapi Tanda Syukur

Tiap perayaan yang ditetapkan Tuhan bukanlah sekadar ritual atau pesta tahunan, melainkan wujud syukur atas karya penyelamatan dan pemeliharaan-Nya. Kita diajak melihat hidup ini sebagai anugerah, termasuk di tengah kesibukan dan tantangan.

✔️ 2. Memberi Persembahan dengan Hati yang Benar

Persembahan yang diberikan bukan hanya materi, tetapi dilakukan dengan kerendahan hati. Kurban penghapus dosa dan kurban keselamatan menunjukkan bahwa syukur harus disertai pertobatan dan kesadaran akan kasih karunia Tuhan.

✔️ 3. Kelimpahan Bukan Sekadar Materi, Tetapi Hadirnya Roh Kudus

Perayaan Pentakosta di Perjanjian Lama kemudian digenapi di Perjanjian Baru, ketika Roh Kudus dicurahkan atas para murid (Kis. 2:1-4). Ini menunjukkan bahwa kelimpahan Allah tidak terbatas pada hal-hal jasmani, tetapi terutama pada karya Roh Kudus yang memperlengkapi, menghibur, dan menuntun umat-Nya.

🔍 Refleksi Pribadi

  • Apakah kita masih mampu bersyukur dalam segala hal, bahkan di tengah kesulitan?

  • Apakah kita datang kepada Tuhan dengan hati yang rendah dan penuh syukur?

  • Sudahkah kita mengakui bahwa segala berkat adalah dari Tuhan, bukan dari kekuatan kita?

🙏 Doa Penutup

Bapa di surga, aku bersyukur atas kasih dan pemeliharaan-Mu dalam hidupku.
Ajarku untuk senantiasa mengingat bahwa setiap berkat, sekecil apa pun, berasal dari-Mu.
Bentuklah hatiku agar selalu rendah hati dalam memberi dan bersyukur, dan penuhi hidupku dengan Roh Kudus-Mu.
Di tengah berkat maupun badai, biarlah hatiku tetap memuliakan Engkau.
Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa.
Amin.

Share:

Bunga Uang dan Riba

 

Allah menghendaki umat-Nya hidup dengan kasih dan keadilan, terutama terhadap mereka yang lemah dan berkekurangan. Hukum Tuhan kepada bangsa Israel sangat tegas dan penuh kasih:

“Jika saudaramu jatuh miskin dan tidak sanggup bertahan di antaramu, maka engkau harus menopang dia...” (ay. 35).

Ini bukan sekadar empati, melainkan perintah Allah yang menunjukkan bahwa kasih sejati harus diwujudkan dalam tindakan konkret.


💡 Prinsip Firman Allah:

✔️ 1. Memberi Tanpa Mengharapkan Bunga

“Janganlah engkau mengambil bunga atau riba daripadanya…” (ay. 36–37)

Bangsa Israel dilarang memberi pinjaman kepada saudara mereka yang miskin dengan mengambil bunga atau meminta keuntungan. Mengapa? Karena itu merugikan dan memperberat beban hidup orang miskin. Ini adalah bentuk pemerasan terselubung.

Tuhan ingin umat-Nya menolong, bukan mengambil keuntungan dari penderitaan orang lain.

✔️ 2. Tidak Memperbudak Saudara Sendiri

“Jika saudaramu jatuh miskin dan menyerahkan dirinya kepadamu… janganlah engkau memperbudak dia” (ay. 39)

Orang yang jatuh miskin dan bekerja pada orang lain tidak boleh diperlakukan sebagai budak. Ia harus dianggap saudara dan diizinkan pulang pada Tahun Yobel (ay. 41). Ini menegaskan bahwa semua umat Allah adalah milik-Nya, bukan milik satu sama lain (ay. 42).

✔️ 3. Mengasihi Seperti Telah Dikasihi

Allah mengingatkan mereka: “Akulah TUHAN, Allahmu, yang membawa kamu keluar dari tanah Mesir” (ay. 38, 55).
Karena Allah telah menebus mereka dari perbudakan, maka mereka tidak boleh memperbudak sesamanya. Mereka harus hidup dengan kesadaran bahwa kasih karunia Allah adalah dasar setiap relasi.


🔍 Refleksi Pribadi:

  • Apakah kita dengan mudah memberi pinjaman, tapi menyulitkan saudara kita dengan bunga atau syarat yang memberatkan?

  • Apakah kita menolong sesama dengan kasih, atau dengan maksud tersembunyi untuk keuntungan pribadi?

  • Apakah kita sudah menjadi saluran berkat atau justru menutup pintu kasih bagi orang yang kesusahan?


💬 Renungan:

Tindakan membungakan uang dan meminta riba adalah wujud ketamakan. Tuhan tidak berkenan pada hati yang serakah dan bergantung pada harta. Sebaliknya, Dia memanggil kita untuk mengasihi dengan tulus, memberi dengan rela, dan menolong dengan sukacita.

Di tengah dunia yang sering menghitung untung-rugi dalam semua hal, mari tampil berbeda. Hidup kita adalah kesempatan untuk menghadirkan suasana Yobel—suasana pembebasan, pemulihan, dan kasih Allah—bagi orang-orang di sekitar kita.


🙏 Doa Penutup:

Ya Bapa, ajar aku untuk mengasihi seperti Engkau telah lebih dahulu mengasihiku.
Bebaskan aku dari hati yang serakah, dan bukakan hatiku untuk memberi tanpa syarat.
Kiranya hidupku menjadi saluran kasih dan keadilan bagi saudara-saudaraku yang membutuhkan.
Pakailah aku untuk membawa suasana Yobel—pembebasan, kelegaan, dan pemulihan—dalam keluarga, gereja, dan masyarakat.
Dalam nama Tuhan Yesus, aku berdoa.
Amin.

Share:

Firman Tuhan : "Hak Menebus Tanah dan Rumah"

 

Allah memberikan aturan yang jelas kepada bangsa Israel mengenai kepemilikan dan penebusan tanah. Tanah bukanlah milik mutlak manusia, sebab Allah sendiri berfirman:

Tanah jangan dijual mutlak, karena Akulah pemilik tanah itu, dan kamu adalah pendatang dan orang asing bagi-Ku” (ay. 23).

Prinsip ini menunjukkan bahwa Allah adalah pemilik sejati, dan manusia hanyalah pengelola. Maka, tanah dan rumah tidak boleh diperlakukan sebagai barang dagangan bebas yang dikuasai tanpa batas.


⚖️ Prinsip-prinsip Penebusan:

1. Tanah Warisan Wajib Ditebus

Jika seseorang menjual tanah pusakanya karena kesulitan ekonomi, saudara terdekatnya wajib menebusnya (ay. 25). Jika tidak ada penebus, dan ia sendiri mampu suatu hari nanti, ia bisa menebusnya kembali dengan membayar harga yang sesuai dengan sisa tahun menuju Yobel (ay. 26–27).

Namun, jika tidak mampu, maka pada tahun Yobel, tanah itu kembali kepada pemilik semula (ay. 28). Inilah mekanisme pemulihan dan keadilan sosial dari Tuhan.

2. Rumah Berpagar dan Rumah Tidak Berpagar

  • Rumah dalam kota yang berpagar hanya bisa ditebus dalam waktu satu tahun. Lewat dari itu, rumah menjadi milik si pembeli secara permanen, bahkan saat Tahun Yobel (ay. 29–30).

  • Tetapi rumah di desa (yang tidak berpagar), diperlakukan seperti tanah ladang: bisa ditebus kapan saja dan harus dikembalikan saat Tahun Yobel (ay. 31).

Ini menunjukkan bahwa tanah pedesaan dan sumber kehidupan utama (ladang dan rumah desa) mendapat perlindungan lebih ketat dibandingkan dengan rumah di kota.


🌱 Pelajaran Iman:

✔️ 1. Kelola Harta dengan Benar

Tanah dan rumah adalah berkat Allah yang harus diurus dengan tanggung jawab. Allah menaruh kepercayaan kepada kita sebagai pengelola, bukan pemilik mutlak. Maka, mengelola dengan bijak adalah bentuk ketaatan.

✔️ 2. Jangan Tamak

Sekalipun secara hukum kita bisa “menang”, Firman Allah mengajarkan bahwa kita tidak boleh menumpuk kekayaan dengan merampas kesempatan orang lain. Ada saatnya, kita melepaskan apa yang secara duniawi bisa kita miliki, demi keadilan sosial yang lebih besar.

✔️ 3. Keadilan dan Harapan bagi yang Lemah

Aturan Yobel adalah bentuk nyata dari keadilan ilahi. Orang yang miskin dan tidak mampu punya harapan untuk mendapatkan kembali warisannya. Allah tidak membiarkan orang miskin terhimpit selamanya.


🙏 Refleksi:

  • Bagaimana saya mengelola harta milik saya—rumah, tanah, pekerjaan?

  • Apakah saya bersedia taat pada prinsip Tuhan, bahkan ketika itu menuntut saya melepaskan hak saya demi orang lain?

  • Apakah saya berani mendoakan dan membantu mereka yang tidak punya rumah, tanah, atau tempat tinggal?


🕊️ Doa Penutup:

Ya Allah, Engkaulah pemilik segala sesuatu.
Ajar aku mengelola berkat-Mu dengan bijak dan tidak serakah.
Bentuklah hati yang adil, hati yang bersedia berbagi, dan hati yang setia menjaga apa yang Engkau titipkan.
Aku berdoa bagi mereka yang belum memiliki tempat tinggal yang layak, agar mereka pun Kau cukupkan dan Kau pulihkan.

Di dalam nama Tuhan Yesus aku berdoa.
Amin.

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.