Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Setiap Orang Kristen Pasti Bisa

Matius 10:40-42

Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.”
- Matius 10:42

Kita bisa melihat ayat emas di atas dari dua sisi. Sisi pertama adalah setiap orang Kristen seharusnya bisa melakukan sesuatu yang baik kepada mereka yang membutuhkan karena pemberian satu cangkir air pun diperhitungkan Tuhan. Banyak orang merasa dirinya sebagai orang yang tidak bisa melakukan apa-apa. Ia melihat dirinyalah yang harus selalu dibantu. Yang ada di pikirannya, saya perlu pertolongan. Anda yang seringkali berpikir seperti ini, perlu mengubah cara melihat diri Anda. Ingat ayat emas di atas, pemberian sekecil apa pun dihargai Tuhan. Yesus memakai kata “memberi” bukannya “menerima”. Setiap orang pasti punya sesuatu untuk diberikan, sesulit apa pun hidupnya. Jangan selalu memandang diri tidak bisa apa-apa, tetapi berdoa dan berpikirlah apa yang bisa saya berikan. Setiap orang Kristen bisa berbagian.

Di sisi yang lain, ada juga orang Kristen yang sangat senang dengan ayat ini sebab memberikan cukup yang paling minim saja, tetap dihargai Tuhan. Rasanya nilai segelas air dari zaman ke zaman tidaklah jauh berbeda. Yesus memang tinggal di daerah yang panas dan gersang, nilai air minum sangat berharga. Namun, Dia hanya meminta secangkir saja, bukan pemberian yang besar. Padahal ada orang-orang yang kapasitasnya tidak hanya memberikan secangkir air. Tuhan pasti punya maksud saat mengizinkan seseorang diberikan berkat lebih dari orang lain. Yesus berkata, “Setiap orang yang kepadanya banyak diberi, dari padanya akan banyak dituntut, dan kepada siapa yang banyak dipercayakan, dari padanya akan lebih banyak lagi dituntut.” (Luk. 12:48b). Karena itu, masing-masing kita bisa menjawabnya sendiri, apakah kita memang hanya bisa memberikan secangkir air saja?

Orang umumnya mudah berbagi kepada teman-teman yang dianggapnya cocok, selevel, sepemikiran, dan yang sudah memberikan keuntungan, misalnya keuntungan bisnis. Secara tidak langsung, kita melihat hubungan timbal balik. Namun, apakah Anda mau belajar memberi kepada mereka yang tidak pernah memberikan apa-apa kepada Anda? Bahkan kepada orang-orang yang tidak pernah bisa membalas bantuan Anda? Seperti Yesus yang memberikan nyawa-Nya untuk menebus setiap orang yang percaya, bukan berdasarkan sesuatu pada diri orang tersebut.

Refleksi Diri:

Apakah ada anggota keluarga/kerabat Anda yang membutuhkan bantuan saat ini?
Apa tindakan kecil nyata yang Anda bisa berikan untuk membantu mereka?
"
selamat pagi selamat beraktifitas kasih karunia Allah dan kasih sayang Tuhan Yesus serta pertolongan dan penyertaan Roh Kudus menyertai.
Share:

Tidak Merasa Sedang Berkorban

Kejadian 29:1-30

Yakub cinta kepada Rahel, sebab itu ia berkata: “Aku mau bekerja padamu tujuh tahun lamanya untuk mendapat Rahel, anakmu yang lebih muda itu.”
- Keluaran 29:12

Beberapa tahun belakangan ini, banyak orang gemar menonton sinetron percintaan atau drama Korea. Mereka betah berlama-lama menonton seri film tersebut karena melibatkan emosi dan perasaan yang mendalam. Tentunya romansa cinta yang menjadi daya tarik utama dari kisah perjalanan hidup di dalam film-film tersebut. Mengapa demikian? Karena manusia pada umumnya ingin dicintai dan ingin mencintai. Jadi, apakah arti sebenarnya cinta?
Alkitab memuat begitu banyak cerita. Beberapa cerita menampilkan kisah cinta yang sangat dipahami oleh manusia dalam suatu relasi. Salah satu kisah cinta yang sangat populer dalam Perjanjian Lama adalah kisah cinta Yakub dan Rahel. Dituliskan berulang kali betapa Yakub sangat mencintai Rahel dan karena cintanya, ia rela bekerja kepada Laban, ayah Rahel, tanpa diberi upah. Cinta Yakub mengajarkan satu prinsip yang sangat penting tentang arti cinta itu sendiri, yaitu tidak bisa dilepaskan dari kerelaan untuk berkorban.
Cinta dan pengorbanan menjadi suatu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan. Keduanya saling mengikat dan melengkapi di dalam relasi manusia. Karena cinta, Yakub rela bekerja kepada Laban selama tujuh tahun tanpa dirasa olehnya sebagai waktu yang lama. Bahkan jika melihat sifat Laban yang memanfaatkan keuntungan dari Yakub sehingga menambahkan tujuh tahun lagi masa bekerja, Yakub tetap rela bekerja selama empat belas tahun demi mendapatkan kekasih hatinya, Rahel. Yakub berkorban, tapi tidak merasa sedang berkorban karena cintanya yang sangat besar kepada Rahel. Inilah prinsip cinta kasih yang diajarkan Tuhan di dalam 1 Korintus 13:7 (BIS), “Ia (kasih) tahan menghadapi segala sesuatu dan mau percaya akan yang terbaik pada setiap orang; dalam keadaan yang bagaimana pun juga orang yang mengasihi itu tidak pernah hilang harapannya dan sabar menunggu segala sesuatu.”
Apakah kita sudah mengasihi pasangan, anak-anak, keluarga, dan orang-orang di sekitar kita yang Tuhan Yesus tempatkan saat ini, sama seperti cinta kasih Yakub kepada Rahel yang bertahan lama dan sabar menanggung segala sesuatu? Cinta kasih sejati haruslah sampai ke tahap rela berkorban, tetapi tidak merasa sedang berkoban karena terlalu mengasihi.
Refleksi Diri:
Apa hal-hal yang membuat Anda sulit bertahan dan sabar dalam mengasihi pasangan, anak-anak atau keluarga Anda?
Apakah Anda rela berkorban untuk orang-orang yang Anda cintai? Apa wujud pengorbanan yang sudah Anda berikan?
"
selamat pagi semuanya selamat bekerja, kiranya kasih dan anugerah Tuhan Yesus Kristus memenuhi hati dan pekerjaanMu.
Share:

Hidup Lebih Produktif

Amsal 6:6-11

Hai pemalas, pergilah kepada semut, perhatikanlah lakunya dan jadilah bijak.

— Amsal 6:6

Pada awal masa pandemi, semua kegiatan kita menjadi terhenti sesaat. Berbagai kegiatan harus dilakukan dari dalam rumah. Work from home, school from home, church from home, shopping from home, dan sebagainya. Akibatnya, produktivitas kita pun menjadi turun dibandingkan sebelum masa pandemi. Saat ini kita patut bersyukur karena semua aktivitas sudah mulai kembali berjalan normal. Kegiatan yang tadinya banyak di rumah, sekarang sudah dapat dilakukan di luar rumah. Namun sayangnya, kenyamanan berkegiatan di rumah memberikan pengaruh pada tingkat produktivitas kita saat ini.
 Jujur saja, kalau disuruh memilih kerja dari rumah atau kantor, pasti kita lebih memilih kerja dari rumah. Begitu pula halnya dengan beribadah. Cukup banyak orang yang akhirnya lebih nyaman beribadah secara daring dibandingkan datang ke rumah T uhan. Apakah ini produktivitas yang T uhan inginkan?
 Dalam Amsal, penulis memberikan berbagai nasihat bagi pembacanya. Salah satu nasihat yang disampaikan adalah menghindari kemalasan. Penulis Amsal memberikan contoh perilaku semut yang terus bekerja mengumpulkan makanan, meskipun tidak ada yang mengawasi mereka untuk melakukan pekerjaan tersebut. Secara alami, mereka akan terus bekerja mencari makanan. Inilah sikap yang penulis Amsal ingin kita pelajari, yaitu tetap bekerja keras atas kesadaran diri sendiri, bukan karena berada di bawah pengawasan orang lain. Penulis Amsal ingin para pembacanya menjauhi kemalasan karena kemalasan dapat mendatangkan tindakan kejahatan. T entu kejahatan bukanlah tindakan yang T uhan inginkan. Karena itu, bagi penulis Amsal sangatlah penting untuk umat manusia menjalani hidup yang lepas dari kemalasan. Artinya, kita tidak lagi bersikap malas dalam bekerja, dalam beribadah, dan kegiatan-kegiatan lainnya.
 Memiliki hidup yang produktif merupakan bentuk syukur kita terhadap waktu yang T uhan berikan. Pekerjaan adalah pemberian dari T uhan. Waktu adalah anugerah dari T uhan. Kita tidak akan bisa memutar waktu kembali, tetapi bisa memakai waktu dengan sebaik mungkin. Selama masih diberikan kesempatan, marilah kita berusaha untuk terus mempunyai hidup yang lebih produktif. Jalani hari-hari dengan penuh semangat dan serahkan kepada T uhan setiap permasalahan ataupun kesibukan yang kita hadapi. Tangan T uhan akan menolong kita, asalkan kita sungguh bersandar kepada-Nya.
Refleksi Diri:
• Apa faktor-faktor penghambat yang dapat membuat Anda menjadi tidak produktif?
• Bagaimana Anda akan membuat hidup Anda lebih produkitf bagi T uhan? Apa komitmen Anda dalam menggunakan waktu sebaik mungkin?

"
selamat pagi dan selamat beribadah Tuhan Memberkati
Share:

Kesembuhan Rohani

Lukas 17:11-19

Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.
— Lukas 17:19b
Injil Lukas 17:11-19 mencatat perjalanan Yesus menuju Yerusalem saat melewati perbatasan Samaria. Yesus disambut dengan teriakan meminta belas kasihan dari sepuluh orang kusta. 
Respons Yesus ketika melihat sepuluh orang kusta tersebut adalah memandang dan menanggapi permohonan mereka.
 Kita tahu orang-orang kusta tersebut akhirnya disembuhkan oleh Yesus. Yesus berkata kepada mereka, “Perlihatkanlah dirimu kepada para imam.” Orang-orang sakit kusta cukup berani untuk mulai berjalan masuk ke desa padahal mereka masih belum pasti sembuh dan punya risiko dilempari batu oleh penduduk desa. Namun, mereka memercayai kata-kata Yesus dan menuruti perintah-Nya. Di tengah perjalanan, mereka akhirnya sembuh.
 Cerita berlanjut. Seorang dari kesepuluh orang kusta yang sembuh kembali menemui Yesus. Ia seorang Samaria, musuh bebuyutan orang Yahudi. Orang Samaria adalah penduduk campuran yang dibawa oleh Raja Asyur dari Babilonia dan daerah-daerah lainnya, yang ditempatkan di kota-kota Samaria (Israel Utara) menggantikan penduduk asli yang telah dipindahkan ke pembuangan (2Raj. 17:24; Ezr. 4:2, 9-10). Orang-orang asing ini membaur dengan orang Yahudi yang masih tertinggal dan mengadaptasi sebagian agama Yahudi. Bagi kaum Yahudi yang sangat menjunjung tinggi nasionalisme mereka, hal ini menjadi sebuah pelecehan. Orang Samaria dianggap sebagai sebuah kenajisan bagi kaum Yahudi. Mereka dianggap sebagai etnis rendahan dan pelanggar hukum Musa.
 Melihat latar belakang orang Samaria, kita akan memahami mengapa orang tersebut kembali kepada Yesus. Bagi orang Samaria yang sakit kusta, kesembuhan merupakan sesuatu yang mustahil, apalagi didapatkan dari seorang Yahudi seperti T uhan Yesus. Di antara kesembilan temannya yang lain, ia yang merasa paling tidak pantas menerima kesembuhan dari T uhan. Perasaan ketidaklayakkan ini yang membuatnya kembali kepada Yesus untuk mengucap syukur sambil tersungkur di kaki-Nya.
 Kita pun sebetulnya tidak layak di hadapan T uhan untuk mendapatkan kesembuhan rohani, apalagi anugerah keselamatan dari-Nya. Namun, T uhan Yesus datang dan menghampiri, dengan bilur luka dan tetesan darah di kayu salib, Dia berkata, “Berdirilah dan pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau.” Sama seperti orang Samaria yang mengalami kesembuhan fisik dan juga kesembuhan rohani, Yesus juga memberikan kesembuhan rohani bagi setiap kita. Kita yang dahulu sakit secara rohani telah dipulihkan oleh-Nya. Mengucap syukurlah kepada T uhan.

Refleksi Diri:
• Bagaimana sikap hati Anda meresponi kesembuhan rohani dan anugerah keselamatan yang telah Allah berikan?
• Apa komitmen yang mau Anda ambil dalam meresponi anugerah Allah tersebut?

"
selamat pagi dan selamat berkarya untuk kemuliaannya
Share:

Keinginan Mata

1 Yohanes 2:15-17

Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia. 

— 1 Yohanes 2:16
Anda pasti pernah melihat iklan makanan merek tertentu yang mendorong Anda untuk pergi membeli makanan tersebut. Namun, ketika Anda memesan makanan, disajikan dan mencobanya, ternyata kenyataannya tidak semenarik atau selezat seperti yang diiklankan. Apa yang terlihat indah oleh mata memang terkadang berbeda dengan kenyataan
Di dalam perikop Alkitab yang dibaca hari ini, Rasul Yohanes memberikan peringatan tentang keinginan mata yang bisa menarik kita jatuh ke dalam dosa. Godaan mata awalnya seakan memberikan kenikmatan, tapi pada akhirnya bisa membawa pada sebuah situasi yang jauh dari nikmat.
 Alkitab menceritakan banyak contoh bagaimana keinginan mata bisa menjerumuskan manusia ke dalam lubang dosa. Dalam kisah penciptaan, Hawa “melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya” (Kej. 3:6). Hawa kemudian mengambil dan memakan buah dari pohon pengetahuan baik dan jahat tersebut. Akibat keinginan mata, yang membuat hati tergoda, berakhir pada sebuah peristiwa yang menjadi awal kejatuhan manusia ke dalam dosa. Kita juga bisa mengingat kisah Raja Daud yang terpikat oleh keelokan rupa Batsyeba sehingga nafsunya bangkit atas istri Uria tersebut. Melalui dua kisah ini kita belajar bahwa sesuatu yang cantik, indah atau memikat mata, tidak serta-merta menjadi sesuatu yang baik bagi kita. Sebaliknya, hal-hal yang secara penampilan fisik dan bagian luar memesona, bisa membawa kita terjerumus ke dalam dosa sehingga terus-menerus menjauh dari T uhan.
 Yohanes mengingatkan kita untuk waspada akan kecenderungan mata kita yang seringkali terpikat atau tertawan oleh penampilan luar manusia ataupun hal-hal yang disajikan dunia ini. Berurusan dengan dosa memang sulit karena dosa hadir dengan kemasan yang menarik dan memikat. Untuk melawan godaan mata, kita perlu lebih sering berpaling dan melihat pada keindahan Allah di dalam Firman-Nya. Firman Allah akan berfungsi sebagai pagar pembatas yang akan menahan kita untuk keluar dari batasan kehendak Allah. Mari fokuskan hati dan pandangan kita hanya kepada firman yang hidup, yaitu Yesus Kristus.

Refleksi Diri:
• Apa hal-hal memikat mata yang bisa membuat Anda jatuh ke dalam dosa saat melihatnya?
• Bagaimana strategi Anda agar tidak jatuh ke dalam dosa ketika melihat hal-hal tersebut?

selamat pagi dan selamat bekerja karena Kristus yang memberikan kekuatan dalam hidupmu.penyertaan kasih sayang dari Yesus Kristus dan pertolongan Roh Kudus menyertai saat ini n
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.