Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Memikul Salib Yesus


Lukas 23:26 (TB)  Ketika mereka membawa Yesus, mereka menahan seorang yang bernama Simon dari Kirene, yang baru datang dari luar kota, lalu diletakkan salib itu di atas bahunya, supaya dipikulnya sambil mengikuti Yesus.


Dalam kisah di atas di ceritakan bagaimana proses pengadilan itu. Dimana  prosesnya terjadi begitu mendesak dan segera harus selesai hari itu. Berdasarkan hukum pengadilan tidak ada hal seperti ini. Paling tidak ada jeda waktu yang di pakai dua hari tiga hari atau bahkan satu minggu. Namun yang dilakukan oleh Yesus tidak berdasar peraturan tapi berdasar keputusan segera. Hari ini harus selesai. Akhirnya semua harus di paksakan untuk mendukung pengadilan hukuman mati itu. Terbukti  simon dari kirene tak tahu dan tak ngerti akar permasalahan ikut mengalami memikul beban berat di pundaknya berjalan mengiring Yesus.
Hal yang perlu kita renungkan adalah. Siap atau tidak siap kita sebagai orang percaya harus siap memikul salib Yesus dalam hidup sendiri dengan memikul salib kita sendiri demi iman kepada Yesus.
Menjadi pengikut Kristus bukan hanya soal menerima keselamatan dan merasakan mukjizat besar. Itu bisa saja benar. Namun, ada tanggung jawab salib, bahkan penderitaan, yang kita harus siap memikulnya. Kita tidak bisa menolaknya! Sebaliknya, terimalah salib itu dengan tangan dan hati terbuka, serta percaya ada kelegaan yang Ia siapkan bagi kita.

Kita perlu beriman bahwa Tuhan akan menolong kita agar kita mampu menerima dan memikul salib dengan hati yang terbuka. Hati yang siap meskipun sulitnya kehidupan yang kita jalani. Walaupun covid 19 belum berakhir dan akan banyak konsekuensi material yang harus kita pikul dan tanggung. Salib kristus harus tetap kita pikul.  Amin. (YS).

MEMIKUL SALIB KRISTUS BERARTI MENJADI ORANG YANG SIAP MELAYANI DENGAN HATI TULUS.

Doa: Bapa surgawi mampukan hambamu dan seluruh jemaatmu. Untuk siap memikul salib di tengah kesulitan ini. Dengan selalu beriman kepada Tuhan Yesus. Amin.
Share:

Teguh Bertahan dalam Kebenaran-Nya


Lukas 23:13-25

Ada sebuah pepatah dalam bahasa Latin yang berbunyi “Vox populi, vox dei”. Secara harfiah berarti, “Suara rakyat adalah suara Tuhan”. Tuhan bisa memakai orang banyak untuk menyuarakan kebenaran-Nya. Ini benar. Tetapi, apakah selalu demikian? Ternyata tidak juga!

Firman Tuhan hari ini menunjukkan sebuah dinamika yang berbeda. Orang banyak begitu berhasrat menghabisi Yesus. Mereka adalah imam-imam Yahudi dan rakyat yang tidak menyukai Yesus. Sejak malam sebelumnya, mereka menangkap Yesus, membawa-Nya ke Mahkamah Agama (Luk 22:63-71), membawa-Nya ke Pilatus (Luk 23:1-7), lalu membawa-Nya ke Herodes—raja boneka untuk orang-orang Yahudi (Luk 23:8-12), dan akhirnya membawa-Nya kembali kepada Pilatus. Itu semua dilakukan karena mereka ingin mencari pembenaran bahwa Yesus bersalah dan harus dihukum.

Mencari kesalahan Yesus bukan perkara mudah. Bahkan, Pilatus sampai tiga kali menyatakan bahwa Ia tidak bersalah dan tidak pantas dihukum mati (14-15, 20, 22). Pilatus berusaha menenangkan rakyat dengan menghajar dan menyiksa Yesus di depan umum. Namun, suara orang banyak semakin keras menuntut hukuman mati bagi Yesus.

Pilatus pun kalah. Yesus dijatuhi hukuman mati (24-25). Kebenaran yang sejati “kalah” oleh kebenaran palsu yang dibalut suara mayoritas.

Firman Tuhan kali ini mengingatkan kita bahwa kebenaran sejati tidaklah ditentukan oleh berapa banyak orang yang percaya atau menyuarakannya. Apa yang dianggap benar oleh orang banyak belum tentu benar menurut Tuhan. Apalagi, jika itu sekadar tren saja. Jadi, jangan mencari kebenaran berdasarkan jumlah orang yang mengikutinya.

Berjalan sendiri dalam kebenaran bersama Tuhan jauh lebih mulia daripada berjalan dalam rombongan orang yang menyuarakan kejahatan karena hal itu justru membuat kita ikut “menyalibkan” Tuhan. Tetaplah teguh dalam kebenaran bersama Tuhan. Kendatipun sendirian, bila di dalam kebenaran-Nya, kita aman dan selamat [YWA]
Share:

TOLONG TEMANI AKU


Baca: Matius 26:36-46

Lalu kata-Nya kepada mereka, “Hati-Ku sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.” (Matius 26:38)

Bacaan Alkitab Setahun:
1 Samuel 17-18

Pada waktu Ibu saya meninggal dunia, merasa kehilangan dan sangat sedih itu pasti. Saya terhibur saat saudara dan kawan berdatangan menemani dan mengucapkan turut berdukacita. Tapi akhirnya satu per satu mereka pamit pulang bapakku dan saudara tua tuaku juga  ngomong tinggalah disini dulu sampai 7 hari baru nanti pulango. Saya terhibur dengan kehadirannya. bagi kita mungkin yang pernah mengalami duka memiliki pertanyaan yang sama.

“Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku,” itulah permintaan Yesus kepada Petrus dan kedua anak Zebedeus. Hati Yesus sangat sedih, seperti mau mati rasanya, sehingga Dia butuh dukungan orang-orang terdekat. Setelah itu, Yesus berdoa kepada Bapa. Yesus mau menuruti kehendak Bapa, bukan kehendak-Nya. Selesai berdoa, Yesus mendapati ketiga murid-Nya tidur. Yesus meminta mereka berjaga-jaga dan berdoa agar tidak jatuh ke dalam pencobaan, karena roh memang penurut, tetapi daging lemah (ay. 41). Yesus berdoa tiga kali. Selesai berdoa, Yesus siap menjalani salib untuk menebus dosa umat manusia. Orang terdekat bisa menemani dan mendukung, tapi hanya sementara. Saat kita berdoa kepada Tuhan, kita dikuatkan dan dimampukan Tuhan untuk menjalani hal-hal terberat.

Kalau saat ini kita mengalami pergumulan sangat berat, orang terdekat yang kita kasihi meninggal dunia, kita divonis dokter sakit serius dan umur kita tidak lama, berdoalah seperti Yesus berdoa. Beryukurlah kalau Tuhan melalui orang-orang terdekat, menemani, mendukung, dan menguatkan kita. — RTG

KEHADIRAN DAN DUKUNGAN KITA KEPADA
ORANG YANG BERBEBAN BERAT SANGAT BESAR DAMPAKNYA
Share:

IMAN!. TIDAK CARI AMAN


Lukas 22:54-62

Lukas 22:61 (TB)  Lalu berpalinglah Tuhan memandang Petrus. Maka teringatlah Petrus bahwa Tuhan telah berkata kepadanya: "Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku."

Cerita ini merupakan cerita yang sangat terkenal menginjak masa prapaskah, dimana ada murid yang mengkhianati ada murid yang menyangkali gurunya. Yaitu petrus. Petrus ingin merasa aman dari orang yang ingin membunuh Yesus. Petrus tahu dan kenal siapa Yesus, tapi karena Ia ingin aman dan selamat maka cara yang terbaik ialah pura pura tidak kenal. Bukankah ini yang sering manusia lakukan dalam kondisi terjepit kita tega berpura pura. Misalnya, kita tega mengorbankan orang lain, asalkan kita selamat.
Petruspun sebagai murid yang setia dan Taat kemanusiaannya menjadi ciut. Setelah Yesus ditangkap (54 nyali Petrus menyangkali-Nya sebanyak tiga kali. Petrus benar-benar terpuruk. Apalagi saat Yesus berpaling dan menatapnya. Betapa ia tahu kesalahan besar yang telah dilakukannya. Seketika, ia teringat pada perkataan Yesus, “Sebelum ayam berkokok pada hari ini, engkau telah tiga kali menyangkal Aku” (61).

Tindakan Petrus  memang salah, namun imanNya harus  jelas berbeda. Dengan mengikuti Yesus, setidaknya Petrus masih terus menjaga relasi dengan-Nya. Namun terpisah hanya karena takut nyawanya terancam. Bukankah saat ikut Tuhan kita harus berani bayar nyawa kita. Demi keselamatan kekal.
Anugerah penebusan dan penyelamatan oleh Allah melalui Yesus Kristus adalah anugerah terbesar bagi kita umat percaya. Walau syaratnya tidak berat, namun itu menuntut cara hidup kita selaras dengan kehendak Tuhan. Kita dilarang menjadi seorang yang menyangkali-Nya. Sebaliknya, anugerah keselamatan menuntut kita untuk berani bertindak baik dalam perbuatan maupun perkataan.

Iman itu butuh respon pribadi dari dalam hati kita yang murni dan dalam. Tidak karena sungkanisme, karena tetangga yang banyak atau karena keberhasilan atau karena suami atau istri kita menyangkal Yesus. Sekali Yesus sebenarnya tetap Yesus. Apapun yang terjadi. Karena Iman itu tidak cari aman karena keselamatan tidak kompromi melainkan kepastian.
Mari jadikan iman kita kuat. Bersama Yesus. Amin.(YS)

Doa; berikan hambamu dan jemaat Iman yang tangguh dan kuat ya Tuhan
Supaya kami tidak mencari amannya . Amin.

IMAN ITU TINDAKAN NYATA DARI ALLAH YANG KEKAL UNTUK MANUSIA. RASA AMAN ADALAH TINDAKAN SEMENTARA DALAM DUNIA.
Share:

Kasih bukan sekedar ciuman

Lukas 22:48 (TB)  Maka kata Yesus kepadanya: "Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?"

Saat kita baca cerita ini, timbul dalam benak kita. Mengapa Yudas tega berpura pura baik kepada Yesus dan teman temannya di tengah tengahnya. 
Siapakah yang menyerahkan Yesus kepada prajurit? Jawabannya mengejutkan, yaitu Yudas, murid-Nya sendiri. Mengapa seorang murid tega menyerahkan gurunya kepada pihak lawan?

Setelah Yudas meninggalkan Yesus di perjamuan malam, ia langsung mencari para imam kepala (Yoh 13:30). Pertemuan itu mengangkat dirinya menjadi pemimpin dalam kesepakatan menangkap Yesus. Pasalnya, ia tahu persis Yesus sedang berada di Bukit Zaitun. Karena selama berada di Betani hampir setiap hari Ia berada di situ untuk menjauhkan diri dari keramaian dan berdoa
Uniknya, Yesus tidak marah. Ia hanya bertanya, “Hai Yudas, engkau menyerahkan Anak Manusia dengan ciuman?” (48).

Menyaksikan drama itu, salah seorang murid maju membela gurunya. Ia menyerang hamba Imam Besar. Dengan sekali tebasan pedang, putuslah telinga kanannya (50).

Ciuman seperti Yudas mungkin pernah kita lakukan. Kita kerap membalut kemunafikkan dengan topeng kasih dan kalimat manis, “Aku mengasihi Engkau, ya Tuhan.” Pada praktiknya, kita lebih mengasihi telepon pintar kita, pekerjaan kita. Hobi kita bahkan berani meninggalkan persekutuan hanya demi  pribadi kita.  daripada Alkitab. Berdoa. Ibadah. Berbuat kasih.  Kita lebih asyik tenggelam dengan gawai daripada merenungkan firman dengan mengasihi Tuhan.

Mengasihi Tuhan dengan sempurna adalah ketika kita menjadikan-Nya satu-satunya junjungan di atas segala-galanya. Sudahkah kita berbuat demikian? Amin.

Doa. Tuhan ajari hamba ini serta jemaat  untuk dapat lebih mengasihimu lebih dari yang lain. Amin
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.