Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Kebencian

Yohanes 15:18-27 

saat kita, belajar karakter Kristus ada hal yg mungkin terlupakan untuk menjalin kebersamaan dalam tubuh krustus yang sering membuat retaknya persekutuan yaitu kebencian. 
Hidup dalam kebencian tidaklah menyenangkan. Tidak menyenangkan baik bagi orang yang membenci maupun orang yang dibenci. Kebencian yang berlangsung terus-menerus tidak hanya mengganggu, tetapi juga merusak kehidupan bersama. Jika dibiarkan, kebencian bisa berdampak buruk seperti kekerasan hingga genosida.

Semenjak awal, Yesus telah mengatakan, kebencian akan dialami oleh para murid-Nya. Namun, hal itu tidak perlu terlalu dirisaukan sebab Yesus juga mengalami hal yang sama (18). Bahkan, Yesus telah mengalami buah kebencian, yaitu penganiayaan (20). Yesus mengingatkan bahwa jika hal itu telah dialami-Nya, maka para murid juga akan mengalaminya.

Kebencian pada umumnya berangkat dari realitas perbedaan. Yesus menegaskan adanya perbedaan, yaitu dari dunia dan bukan dari dunia (19). Namun, itu bukan satu-satunya; sumber kebencian lainnya adalah mereka tidak dapat mengenal atau tidak mau mengenal. Tidak mengenal Yesus berarti tidak mengenal Bapa. Itu sebabnya, kepada dunia harus diperkenalkan tentang Yesus dan Bapa. Para muridlah yang ditugaskan untuk memberi kesaksian. Dalam rangka menjalankan tugasnya, para murid akan mendapatkan penguatan dari Sang Penghibur, yaitu Roh Kudus. Dengan kesaksian itu diharapkan dunia dapat mengenal Yesus.

Pepatah mengatakan, tak kenal maka tak sayang. Pepatah ini benar sebab banyak kebencian berangkat dari prasangka akibat tidak mengenal. Prasangka selalu muncul ketika kita berjumpa dengan mereka yang berbeda dengan kita. Tak pelak lagi, untuk menghapus prasangka dibutuhkan keberanian memperkenalkan diri. Bersaksi adalah upaya memperkenalkan Yesus kepada semua orang.
Panggilan bersaksi sering dikerdilkan menjadi kristenisasi. Itu sebabnya, banyak tindakan kesaksian justru menambah kebencian. Diperlukan upaya yang sungguh-sungguh untuk menjadikan kesaksian sebagai alat memperkenalkan kasih Yesus kepada semua orang. Upaya itu dilakukan oleh kita yang mengaku menjadi murid-murid Yesus pada zaman ini.Amin
Share:

Tinggal dalam Tuhan

Yohanes 15:1-8 

Cara Yesus menjelaskan memang luar biasa. Yesus memakai berbagai metode agar para pendengar-Nya dapat memahami dengan baik. Salah satunya adalah perumpamaan.
Secara sederhana perumpamaan berarti gambaran. Sebagai sebuah gambaran, Yesus berharap bahwa para pendengar-Nya mampu mengerti kebenaran firman, maka pastilah yang dipilih adalah contoh yang dapat dikenali para pendengar saat itu. Kali ini Yesus mengajar dengan mengambil gambaran pohon anggur.
Dalam perumpamaan ini Yesus menyamakan diri-Nya dengan pohon anggur (1). Pohon yang bertumbuh pastilah mengeluarkan ranting dari cabang-cabangnya, dan ranting itu adalah para pengikut Yesus (5). Ranting akan selalu diperhatikan oleh Sang Bapa, yang digambarkan seperti tukang kebun. Ranting yang baik akan menghasilkan buah anggur yang baik. Sebaliknya, ranting yang tidak baik, yang tidak berbuah, akan dipotong dan dibakar (2, 6). Ranting semacam ini tidak berguna dan hanya membebani pohon anggur. Agar mampu menjadi ranting yang baik, ranting harus menempel pada pokok anggur.
Yesus menjelaskan bahwa menempel pada pokok anggur bermakna tinggal di dalam Tuhan. Tinggal di dalam Tuhan berarti hidup bergaul dan menghidupi firman Tuhan. Pada saat menempel, ranting akan diperlengkapi sedemikian rupa oleh pokoknya hingga mampu berbuah lebat. Ranting yang mampu menghasilkan buah inilah yang layak disebut murid-murid Yesus.
Buah selalu memberi manfaat bagi manusia yang memakannya, bukan bagi rantingnya sendiri. Panggilan seorang Kristen sebagai ranting yang menghasilkan buah adalah untuk bermanfaat bagi orang lain. Marilah kita renungkan, apakah kehadiran kita telah menghasilkan manfaat yang baik atau tidak? Agar bermanfaat bagi orang lain, kita harus terlebih dahulu tinggal di dalam Tuhan. Pengalaman menunjukkan bahwa mengandalkan kekuatan kita sendiri hanya membuat kita memanfaatkan orang lain demi kepentingan diri kita. Jika demikian, layakkah kita disebut murid-murid Yesus? Amin.
Share:

Milikilah Hati yang Lurus

Kisah Para Rasul 8:4-25

"Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah." (Kisah 8:21)
Kejujuran merupakan langkah iman untuk mendapatkan karakternya Kristus.  Untuk menjalani kejujuran banyak hal yang ingin menyeret kita dalam dosa. Untuk itu perlu kolaburasi dengan  hati yang kita miliki. 
Dunia hari-hari ini adalah dunia yang dipenuhi dengan orang-orang yang justru semakin sibuk menjaga uang dan harta kekayaannya, sibuk menjaga perusahaan dan aset-asetnya, sibuk menjaga penampilan jasmaninya agar tetap kelihatan cantik dan tampan, sibuk menjaga jabatan dan popularitasnya agar tidak kalah pamor, dan sebagainya.
Kita semua lupa bahwa sesungguhnya kunci dari segala hal dalam hidup ini adalah hati kita. Alkitab menyatakan: "Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan." (Amsal 4:23). Mengapa hati kita harus selalu dijaga? Karena dari hati timbul segala pikiran jahat (baca Matius 15:19). Iblis sedang gencar-gencarnya mempengaruhi manusia dengan menawarkan segala kenikmatan dunia. Jika manusia tidak dapat menjaga hatinya, mata hatinya akan semakin gelap, dan akhirnya dalam hati timbul berbagai niat jahat.
Ada tertulis: "Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu." (Matius 6:22-23). Ingatlah bahwa hidup yang sedang kita jalani hari ini hanyalah pancaran dari apa yang ada di dalam hati kita. Kalau hati kita lurus maka jalan kita pun akan lurus. Hati yang lurus adalah hati yang bersih, tidak tipu daya atau bebas dari segala kejahatan.

Tuhan adalah Tuhan yang berlimpah kasih karunia. Namun kasih karunia Tuhan tidak diberikan kepada sembarang orang. "Aku akan memberi kasih karunia kepada siapa yang Kuberi kasih karunia dan mengasihani siapa yang Kukasihani." (Keluaran 33:19). Tuhan memberikan kasih karunia-Nya kepada orang-orang yang berhati lurus. Kalau kasih karunia itu diberikan kepada orang yang hatinya bengkok, kasih karunia-Nya pasti akan disalah gunakan, bukan untuk kemuliaan nama Tuhan, tapi kemegahan diri sendiri. Contohnya, Saul ditolak Tuhan dan Daud dipilih-Nya, karena Tuhan mendapati Daud punya hati yang lurus. Orang yang hatinya tidak lurus akan kehilangan berkat dan kesempatan dari Tuhan, sebaliknya orang yang hatinya lurus pasti dikasihi Tuhan. 
"Jejak orang benar adalah lurus, sebab Engkau yang merintis jalan lurus baginya." (Yesaya 26:7)
Sudahkah karakter kejujuran kita itu dari hati yang paling dalam. Mari wujudkan dan lakukan. Amin
Share:

Mengenal Yesus

Yohanes 14:1-14 

Ada cukup banyak orang yang tahu tentang Yesus. Mereka tahu bahwa Yesus lahir di kandang domba. Mereka tahu bahwa Yesus mati disalibkan. Bahkan, mereka juga tahu bahwa Yesus dibangkitkan pada hari yang ketiga.
Tahu tentu saja baik. Namun, hanya tahu saja tidak cukup. Tahu hanya memenuhi kebutuhan akal, padahal kita membutuhkan pengenalan lebih dalam akan Yesus. Mengenal Yesus memang bisa dimulai dari tahu, tetapi harus berlanjut pada relasi yang akrab.
Para murid Yesus telah cukup lama mengikut Yesus. Selama lebih kurang tiga tahun mereka melihat karya-karya-Nya dan mendengar pengajaran-Nya. Namun, mereka belum mengenal Yesus dengan baik. Ketika Yesus menyampaikan tentang kepergian-Nya, kegelisahan melanda mereka. Itu sebabnya, Yesus meminta supaya mereka jangan gelisah, karena kepergian-Nya ke rumah Bapa bertujuan untuk menyediakan tempat bagi mereka (1-3).
Kegelisahan yang membuat Filipus bertanya tentang jalan ke rumah Bapa membuat mereka tidak mampu memahami pengajaran Yesus, dan mempertanyakan relasi Yesus dengan Bapa. Yesus berkata bahwa diri-Nyalah jalan menuju Bapa. Melalui Yesus, mereka dapat mengenal Bapa. Yesus menegur dengan mempertanyakan pengenalan Filipus terhadap diri-Nya. Yesus menegaskan lagi akan relasi-Nya yang tidak terpisahkan dengan Bapa dengan mengatakan: "Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku". Kalau para murid mengenal Yesus dengan baik, mereka juga akan mengenal Bapa, sebab pekerjaan-pekerjaan yang Yesus lakukan mencerminkan pekerjaan Bapa (9-11).
Tiga tahun mengikut Yesus ternyata membuat para murid sekadar tahu akan Yesus, namun mereka belum mengenal Yesus dengan baik. Berapa lama menjadi Kristen ternyata tidak dapat menjadi ukuran mengenal Yesus. Melakukan berbagai ritual gerejawi juga bukan ukuran mengenal Yesus. Dibutuhkan hati yang terbuka untuk membangun relasi dengan Yesus agar mampu mengenal-Nya secara dekat. Amin
Share:

Menjaga Kata

Yohanes 13:36-38 

Pernahkah Anda menghitung berapa jumlah kata yang Anda ucapkan setiap hari? Apakah setiap kata itu bermanfaat bagi kehidupan? Sejujurnya, banyak kata terucap dari mulut kita tanpa kita sadari dampaknya. Kata-kata begitu saja meluncur dari mulut tanpa kita kontrol. Cepat berkata-kata sudah menjadi kecenderungan manusia.

Demikianlah kita bisa bercermin dari pernyataan Simon Petrus kepada Yesus. Keinginan Petrus untuk mengikut Yesus terlihat begitu kuat. Semangat Petrus untuk melayani memang luar biasa, dan tentu saja itu baik.

Sebelum kata-kata Petrus terlontar, Yesus menyampaikan pernyataan bahwa Ia akan pergi, namun Ia tidak menyebutkan ke mana Ia akan pergi (33). Petrus yang kritis dan berani, bertanya ke mana Yesus akan pergi (35). Jawaban Yesus menegaskan bahwa tempat tujuan-Nya tidak perlu para murid ketahui, sebab para murid tidak mungkin mengikutinya sekarang. Ungkapan sekarang menunjuk soal waktu, bukan para murid sama sekali tidak boleh mengikut Yesus. Petrus tampaknya kurang sabar. Ia ingin mengikuti Yesus mulai dari sekarang. Petrus mengatakan akan mengikuti ke mana pun Yesus pergi, bahkan dengan mengorbankan nyawa (36-37).

Sebenarnya, Petrus tidak mendengarkan Yesus dengan sungguh-sungguh. Ia hanya mendengarkan keinginan dirinya sendiri. Itu sebabnya Yesus menegur dengan keras dengan mengatakan akan penyangkalan yang tidak lama lagi justru akan dilakukan Petrus. Bahkan, disebutkan bahwa hal itu akan terjadi sebelum ayam berkokok, yang menunjukkan bahwa peristiwa itu akan terjadi segera setelah pernyataan Petrus.

Pengalaman Petrus mengingatkan kita bahwa bersemangat mengikut Tuhan sangat penting dan baik. Tetapi, semangat itu tidak dilontarkan dalam kata-kata yang cepat kita ucapkan tanpa pemahaman lebih dalam. Kata-kata yang kita sampaikan sepatutnya seturut dengan tindakan kita. Tanpa kesesuaian dengan tindakan, perkataan justru kerap menghancurkan kita sendiri karena tidak dapat kita pertanggungjawabkan. Amin
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.