Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Hindari Anomia

1 Yohanes 3:4-6

Karena itu setiap orang yang tetap berada di dalam Dia, tidak berbuat dosa lagi; setiap orang yang tetap berbuat dosa, tidak melihat dan tidak mengenal Dia.
- 1 Yohanes 3:6

Dalam bahasa Yunani, anomia berarti pelanggaran hukum. Tindakan pelanggaran hukum seringkali dilakukan oleh umat manusia. Misalnya, coba sebutkan berapa banyak pelanggaran hukum lalu lintas yang pernah Anda lakukan/saksikan? Berapa banyak berita pelanggaran hukum di negara kita yang pernah Anda dengar? Banyak. Pelanggaran hukum seakan sudah mendarah daging dalam kehidupan manusia.
Mengapa pelanggaran hukum masih banyak terjadi di dunia? Apakah pelanggaran hukum dapat dihilangkan secara total? Tidak. Pelanggaran hukum akan terus terjadi selama ada dosa di tengah dunia. Oleh karena kejatuhan manusia ke dalam dosa, maka dunia tidak dapat terbebas dari pelanggaran hukum. Pasti ada saja pelanggaran yang terjadi.
Yohanes mengungkapkan secara jelas dalam ayat ke-4, “dosa ialah pelanggaran hukum Allah.” Dosa adalah anomia. Dosa membuat manusia mempunyai kecenderungan untuk melawan hukum Allah. Dosa membuat manusia tidak dapat menaati hukum Allah sebagaimana seharusnya. Sungguh begitu ngeri akibatnya apabila dosa terus tinggal di dalam hati kita! Jika kita membiarkan dosa menguasai hati dan hidup, lama kelamaan kita akan nyaman untuk melakukan anomia. Kita tidak lagi peka terhadap perintah Allah dan ekstremnya mungkin akan terus melawan hukum Allah. Ini adalah natur dosa yang melekat di dalam diri manusia.
Untuk itulah, Yesus Kristus datang ke dalam dunia, berkorban menyelamatkan kita semua. Keselamatan dalam Kristus telah mencelikkan mata kita dari dosa dan berbagai anomia yang mungkin selama ini dilakukan. Roh Kudus hadir menolong setiap kita agar dapat hidup dalam kebenaran Allah. Jika demikian, tepat sekali apa yang dikatakan oleh Yohanes di ayat 6, “setiap orang yang tetap berada di dalam Dia (Kristus), tidak berbuat dosa lagi.” Bukan karena kita pribadi yang hebat, tetapi karena Roh Kudus yang menolong setiap kita menjauh dari dosa.
Biarlah keselamatan yang telah kita terima akan selalu mengingatkan kita untuk menghindari anomia. Janganlah hidup di dalam dosa yang melanggar hukum Allah, tapi hiduplah di dalam Roh Kudus yang sejalan dengan hukum Allah.

Refleksi Diri:
Apakah masih ada anomia yang sering Anda lakukan dalam hidup?
Apa yang akan Anda lakukan agar tidak berbuat dosa lagi? Apakah Anda sudah meminta pertolongan Roh Kudus?

selamat beraktifitas dan sukses selalu
Share:

Sanggup Tidak Sama Dengan Pasti (2)

Daniel 3:1-18
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.”
- Daniel 3:17-18

Dalam renungan kemarin, kita sudah membahas tentang kesanggupan Allah menolong manusia dan kehendak-Nya bagi manusia. Hari ini kita akan membahas pelajaran kedua dari ayat-ayat ini, yaitu iman sejati tidak berlandaskan pada tindakan Allah, tetapi pada sifat atau karakter Allah.
Mari kita bedakan beriman pada Allah karena tindakan-Nya dan beriman karena karakter-Nya. Jika Anda beriman kepada Allah karena tindakan-Nya, itu sama saja dengan seorang anak yang mencintai orangtuanya karena diberi hadiah. Ada hadiah, sayang papa-mama. Tidak ada hadiah, tidak sayang papa-mama. Jelas ini tidak benar. Iman yang benar berlandaskan pada sifat Allah, yaitu kasih, kebenaran, kebaikan, keadilan-Nya, dll. Inilah iman Sadrakh, Mesakh, Abednego. Mereka mengatakan, “tetapi seandainya (Allah) tidak (melepaskan kami), hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.” Apa pun keadaannya, baik dilepaskan dari marabahaya maupun tidak, mereka tetap percaya kepada Allah. Mereka tidak akan berpaling kepada allah lain.
Banyak orang datang dan percaya kepada Allah karena sudah mengalami atau menyaksikan tindakan Allah (baca: mukjizat). Memang Allah bisa saja memakai mukjizat untuk membuat seseorang percaya. Akan tetapi, iman yang demikian sangatlah rapuh, jika tidak diperkokoh dengan pemahaman tentang siapa Allah. Seorang yang beriman hanya berlandaskan mukjizat akan hanyut jika ternyata ia tidak lagi mengalami mukjizat dalam kelanjutan hidupnya. Ia akan kehilangan iman ketika tidak lagi melihat perbuatan ajaib Allah.
Ia harus terus mengalami mukjizat. Itu bukan iman yang dikehendaki Allah. Tuhan Yesus menegur Thomas dengan mengatakan, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, tetapi percaya.” (Yoh. 20:29). Iman sejati berlandaskan pada sifat karakter yang tidak berubah.

Refleksi Diri:
Mengapa iman yang hanya berlandaskan mukjizat itu sebenarnya sangat lemah?
Mengapa iman terutama harus berlandaskan pada karakter atau sifat Allah, bukan tindakan Allah?
"
Share:

Sanggup Tidak Sama Dengan Pasti (1)

Daniel 3:1-18
Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu, dan dari dalam tanganmu, ya raja; tetapi seandainya tidak, hendaklah tuanku mengetahui, ya raja, bahwa kami tidak akan memuja dewa tuanku, dan tidak akan menyembah patung emas yang tuanku dirikan itu.
- Daniel 3:17-18
Kalau kami dilemparkan ke dalam dapur api yang menyala-nyala, pastilah Allah kami sanggup melepaskan kami, dan Ia pun akan melepaskan kami dari tangan Baginda. Tetapi, sekalipun Ia tidak berbuat demikian, harap Baginda maklum, bahwa kami tetap tidak akan menyembah dewa-dewa Baginda ataupun patung emas yang Baginda buat itu.”
(Dan. 3:17-18, FAYH).
Ayat yang saya kutip di atas adalah ayat paling terkenal dalam kitab Daniel. Namun, tahukah Anda bahwa ada dua versi terjemahan untuk ayat 17? Versi pertama seperti dalam Alkitab terjemahan baru LAI, yang biasa kita pakai. Versi kedua dipakai oleh terjemahan FAYH dan beberapa terjemahan bahasa Inggris. Sengaja saya tampilkan versi kedua untuk membantu Anda memahami ayat ini, agar jangan sampai timbul penafsiran seolah-olah Allah belum tentu sanggup melepaskan ketiga teman Daniel.

Dari kedua ayat itu saya ingin mengajak Anda untuk belajar dua hal penting (hal kedua kita pelajari di esok hari):

Pertama, Allah sanggup dan berkuasa untuk membebaskan kita dari masalah tetapi tidak berarti Allah pasti membebaskan kita. Sanggup belum tentu mau atau pasti. Ada perbedaan antara karakter Allah dengan kehendak Allah. Bahwa Allah itu Mahakuasa sudah pasti. Tetapi bahwa Allah pasti menolong sesuai keinginan kita itu hal lain.

Allah akan melakukan segala sesuatu sesuai dengan kehendak-Nya. Sadrakh, Mesakh, Abednego percaya Allah sanggup melepaskan mereka dari dapur api, tetapi mereka tidak tahu apakah kehendak Allah bagi mereka pada saat itu. Tentu saja kita juga ingin dilepaskan dari masalah yang dihadapi, tetapi keinginan kita belum tentu keinginan Allah. Kalau sampai hari ini Tuhan masih belum mengabulkan doa kita, itu bukan karena Dia tidak berkuasa, tetapi karena kehendak-Nya berbeda dengan kehendak kita. Apa alasannya? Kita tidak diberitahu, tetapi kita diberi iman untuk tetap percaya.
Refleksi Diri:
Apa makna kebenaran berikut bagi Anda: “Allah sanggup menolong apa pun masalah kita tetapi Allah belum tentu berkehendak sama dengan kehendak kita”?
Bagaimana sikap dan respons Anda, jika Allah tidak mengabulkan apa yang Anda minta atau inginkan?
"
Share:

Yuk, Hidup Damai!

Filipi 4:4-7

Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus.
- Filipi 4:7

Tanggal 10 Oktober adalah tanggal yang ditetapkan sebagai Hari Kesehatan Mental Sedunia. Hari yang dirayakan secara internasional ini ditujukan agar masyarakat di dunia mempunyai edukasi yang baik terhadap kesehatan mental. Banyak orang mungkin masih mengabaikan kesehatan mental diri mereka. Tak heran, masih cukup banyak orang yang mengalami depresi.

Rasa khawatir adalah akar dari depresi dan kecemasan. Terlalu banyak memelihara rasa khawatir tentu akan menimbulkan kecemasan yang besar. Namun sayangnya, perasaan khawatir sering kali muncul dalam diri tanpa kita ingini.
Apakah wajar memiliki rasa khawatir? Sebagai manusia, ya wajar-wajar saja. Namun, menjadi tidak wajar apabila memelihara kekhawatiran yang berlebihan. Rasul Paulus memberitahukan jemaat Filipi bahwa manusia cenderung khawatir. Paulus menasihati para pembacanya untuk tidak khawatir (ay. 6a), bukan karena tidak ada masalah atau semuanya baik-baik saja, tetapi karena ada Allah! Kita dapat menyampaikan doa dan permohonan atas kekhawatiran kita kepada Allah (ay. 6b). Percayalah, Allah akan memberikan kita damai sejahtera di dalam Kristus Yesus. Paulus juga mengatakan bahwa damai sejahtera yang Allah berikan adalah damai yang jauh melampaui segala akal, yang tidak dapat kita bayangkan (ay. 7a). Damai dari Allah akan memelihara hati dan pikiran kita. Ketika masalah dan kesulitan hidup datang menghampiri kita, janganlah memfokuskan diri pada respons atas kekhawatiran kita, melainkan tetaplah berdoa dan memohon penyertaan serta kekuatan di dalam Tuhan.
Tentu tidak mudah untuk mengabaikan masalah yang ada dan rasa khawatir dalam diri kita. Ketika kita mulai merasa khawatir, yuk sama-sama ingat ayat di atas. Ingat dan percayalah bahwa ada Allah yang sanggup memelihara kita. Mintalah kepada Allah, damai sejahtera yang melampaui akal pikiran sehingga kita tetap dimampukan berjalan bersama Yesus Kristus dalam kondisi apa pun. Baik suka maupun duka, susah maupun mudah, tidak akan menghambat Allah memberikan damai-Nya dalam setiap diri kita.
Mari datang kepada-Nya. Bersukacita dan nikmatilah anugerah damai yang Allah berikan bagi setiap kita. Tidak perlu khawatir. Yuk, belajar hidup damai.

Refleksi Diri:
Apa saja hal-hal yang paling membuat Anda khawatir? Bagaimana respons Anda selama ini?
Bagaimana Anda mengatasi kekhawatiran? Apakah Anda sudah meminta damai sejahtera kepada Yesus?
"
Selamat Hari Minggu dan selamat menghadap Kristus Dengan Hati Yang Kudus
Share:

Mengatakan Kebenaran

Matius 5:33-37
Jika ya, hendaklah kamu katakan: ya, jika tidak, hendaklah kamu katakan: tidak. Apa yang lebih dari pada itu berasal dari si jahat.
- Matius 5:37

Dalam buku berjudul, To Kill a Mockingbird, dikisahkan seorang pria bernama Atticus Finch, pengacara yang sangat disegani di kota kecil tempatnya tinggal. Suatu kali Finch menangani kasus yang memperhadapkan seorang kulit hitam yang tidak bersalah dengan dua orang kulit putih yang tidak jujur. Finch tahu bahwa ia akan menghadapi praduga yang sangat buruk dari para juri. Namun, Finch tidak gentar, ia tidak mau terjebak dengan stereotip yang melemahkan orang kulit hitam. Finch dengan berani mengatakan kebenaran di hadapan para juri dan lawannya.
Di era modern ini, begitu mudah dan bebasnya seseorang dapat menyampaikan pendapat. Hal ini didukung dengan berkembangnya media sosial yang memungkinkan seseorang berbicara ke publik kapan saja. Sayangnya, kebebasan ini tidak disertai dengan pertanggungjawaban untuk menyampaikan kebenaran. Beberapa orang tanpa pikir panjang dan tidak bijaksana memberikan komentar. Mereka tidak melihat berdasar fakta dan informasi yang benar. Bahkan, ada juga orang yang menyebarkan berita bohong (hoaks) untuk mendiskreditkan orang lain.
Khotbah di bukit merupakan pengajaran-pengajaran awal yang disampaikan Tuhan Yesus. Salah satu pengajaran-Nya menekankan pentingnya memperkatakan kebenaran. Jika ya katakanlah ya, jika tidak katakanlah tidak. Perkataan ini disampaikan Tuhan Yesus terkait hukum bersumpah. Sumpah disampaikan untuk mendukung perkataan yang sebenarnya tidak memiliki kekuatan pada dirinya sendiri. Berbeda jika seseorang memperkatakan suatu kebenaran, kebenaran tidak memerlukan sumpah untuk memperkuatnya. Kebenaran tetaplah kebenaran. Dengan kata lain, Kristus ingin pendengarnya memahami, adalah lebih baik senantiasa memperkatakan kebenaran daripada perkataan kosong dengan sumpah. Bagaimana dengan kita hari ini? Masihkah kita sering menyampaikan kata-kata yang kosong. Kata-kata yang tidak mengandung kebenaran di dalamnya. Firman Tuhan jelas bagi kita, jika ya katakanlah ya, jika tidak katakanlah tidak. Mari kita menjaga setiap perkataan yang keluar dari mulut kita. Pastikan bahwa semua yang kita katakan adalah kebenaran. Di tengah situasi yang tidak mudah, berkata bohong hanya akan menghindarkan kita dari masalah. Namun, dengan berkata benar kita akan menyelesaikan masalah.
Refleksi Diri:
Apakah Anda memiliki kebiasaan berkata tidak benar, bahkan ditambahi kata sumpah? Segera bertobat dan minta Tuhan menjaga perkataan Anda.
Apakah Anda sering menghindari masalah dengan berbohong? Apa yang seharusnya Anda lakukan berdasar firman Tuhan hari ini?
"
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.