Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Memilih yang Terbaik

 
Pelajaran dari Kisah Ribka 

Semua orang tentu menginginkan yang terbaik dalam hidup mereka, baik itu dalam hal pendidikan, pekerjaan, pasangan hidup, atau aspek lainnya. Namun, kriteria "terbaik" ini sering kali bersifat relatif dan subjektif. Apa yang dianggap terbaik oleh satu orang belum tentu demikian bagi orang lain. Kisah Ribka dalam Alkitab memberikan kita pelajaran yang sangat berharga mengenai bagaimana memilih yang terbaik dalam hidup.

Kisah Ribka dan Pencarian Istri untuk Ishak

Diceritakan bahwa Abraham, yang telah lanjut usia, mengutus hambanya untuk mencari istri bagi anaknya, Ishak. Pada masa itu, praktik ini adalah hal yang umum dilakukan. Abraham memerintahkan hambanya untuk pergi ke tanah leluhurnya di Kota Nahor untuk mencari gadis yang layak dinikahkan dengan Ishak (Kejadian 24:1-4).

Mengandalkan Tuhan dalam Setiap Langkah

Hambanya pergi dengan berbekal berkat dan perintah dari Abraham. Dalam setiap langkah pencariannya, hamba ini selalu mengandalkan Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Ia berdoa dengan tulus, meminta tanda dari Tuhan yang didasarkan pada karakter gadis yang baik hati, yaitu gadis yang memberikan minum kepada dirinya dan unta-unta yang dibawanya (Kejadian 24:12-14).

Tanda dari Tuhan dan Pilihan yang Tepat

Tuhan mendengar doa hamba Abraham dan memenuhi permintaannya dengan cara yang luar biasa. Ribka muncul dan tanpa ragu memberikan minum kepada hamba itu dan unta-untanya, tepat seperti yang diminta dalam doa. Ini menunjukkan bahwa Ribka adalah gadis yang tidak hanya cantik, tetapi juga memiliki sifat yang baik hati dan murah hati (Kejadian 24:15-21).

Setelah bertemu dengan keluarga Ribka dan menceritakan semua kejadian tersebut, Laban, kakak Ribka, dan Betuel, ayahnya, mengakui bahwa semua ini berasal dari Tuhan (Kejadian 24:50-51). Mereka melihat bahwa pemilihan ini bukan hanya berdasarkan penampilan luar, tetapi juga karakter dan berkat Tuhan yang menyertainya.

Pelajaran untuk Kita

1. Berpikir dan Bertindak dengan Pertimbangan yang Matang

Abraham tidak asal memilihkan istri untuk Ishak. Ia mengutus hambanya untuk mencari gadis dari keluarga yang baik dan berkarakter. Pemilihan ini bukan hanya berdasarkan kenyamanan pribadi atau penampilan, tetapi juga atas dasar pertimbangan matang yang mencakup latar belakang dan karakter gadis tersebut.

2. Mengandalkan Tuhan dalam Keputusan Penting

Hambanya tidak hanya mencari istri untuk Ishak berdasarkan penilaian manusia semata. Ia melibatkan Tuhan dalam proses pencarian ini dan meminta tanda dari Tuhan untuk memandu pilihannya. Ini menunjukkan pentingnya mengandalkan Tuhan dalam setiap keputusan besar yang kita ambil.

3. Memilih Berdasarkan Karakter dan Kebaikan Hati

Tanda yang diminta hamba Abraham adalah bahwa gadis itu akan memberikan minum kepada dirinya dan unta-untanya. Tindakan sederhana ini menunjukkan kebaikan hati dan kemurahan Ribka. Pilihan yang terbaik tidak selalu yang paling menonjol atau mencolok, tetapi yang memiliki karakter baik dan hati yang tulus.

4. Menyadari Peran Kita dalam Membantu Orang Lain

Kita juga diajari untuk tidak acuh terhadap kehidupan dan masa depan orang-orang di sekitar kita, terutama anak-anak kita. Kita perlu ikut serta dalam proses pemilihan yang baik bagi mereka, membantu mereka membuat keputusan yang bijaksana yang berdasarkan iman dan pertimbangan matang.

Kisah Ribka dan pencarian istri untuk Ishak memberikan kita banyak pelajaran tentang bagaimana memilih yang terbaik dalam hidup. Ini bukan hanya soal mendapatkan yang terbaik bagi diri sendiri, tetapi juga tentang melibatkan Tuhan dalam setiap keputusan penting dan memilih berdasarkan karakter dan hati yang baik. Mari kita selalu mengutamakan Tuhan dalam setiap keputusan kita dan membantu orang lain untuk melakukan hal yang sama.

Dengan demikian, apa pun yang kita dapatkan akan baik adanya, karena itu telah didasarkan pada pertimbangan yang matang dan doa yang tulus kepada Tuhan. Kita diajari untuk tidak hanya pasrah, tetapi juga aktif dalam mencari yang terbaik, dengan selalu melibatkan Tuhan dalam setiap langkah kita.

Share:

Selalu dengan Dasar

Dalam menjalani hidup, setiap orang memiliki pendekatan yang berbeda terhadap Tuhan dan tujuan hidup mereka. Ada yang meyakini bahwa segalanya telah diatur oleh Tuhan, ada yang sangat ambisius untuk mencapai apa yang mereka inginkan, dan ada pula yang pasrah kepada Tuhan namun tetap memiliki tujuan hidup yang jelas untuk dikejar. Dari ketiga tipe ini, manakah yang Anda pilih?

Abraham: Teladan Beriman dengan Visi dan Pertimbangan Matang

Abraham adalah teladan yang luar biasa dalam hal beriman kepada Allah sambil tetap memiliki visi dan tujuan hidup yang jelas. Meskipun ia sepenuhnya percaya bahwa Tuhan mengatur segalanya, Abraham juga tidak menjalani hidupnya hanya dengan mengalir begitu saja. Ia aktif mencari dan mengejar tujuan hidupnya dengan pertimbangan matang.

Pengalaman Abraham dalam Masa Berkabung

Kisah hari ini mengisahkan bagaimana Abraham menghadapi duka yang mendalam atas meninggalnya istrinya, Sara (Kejadian 23:2). Meskipun berduka, Abraham tetap memikirkan apa yang terbaik untuk masa kini dan masa depan, khususnya terkait pemakaman Sara. Bagi Abraham, tempat pemakaman bukan hanya tempat peristirahatan terakhir, tetapi juga menjadi titik kumpul bagi keturunannya.

Visi dan Cita-cita Abraham

Abraham memiliki visi yang jelas untuk memiliki tanah Kanaan sebagai tempat tinggal dan warisan bagi keturunannya. Untuk merealisasikan cita-citanya ini, Abraham tidak hanya pasif atau hanya mengandalkan kehendak Tuhan tanpa tindakan. Ia berani berinteraksi dengan orang lain, seperti ketika ia melakukan tawar-menawar dengan Bani Het untuk membeli gua Makhpela sebagai tempat pemakaman Sara (Kejadian 23:7, 12).

Abraham menunjukkan sikap yang rendah hati dalam tawar-menawar ini, bukan arogansi. Ia menghormati budaya dan kebiasaan orang lain, sambil tetap berusaha mencapai tujuannya. Akhirnya, Abraham berhasil memperoleh gua Makhpela beserta seluruh ladang Hebron dari Efron bin Zofar (Kejadian 23:19-20), dan cita-citanya untuk memiliki tanah Kanaan pun terkabul.

Teladan yang Perlu Ditiru

Kisah Abraham mengajarkan kita untuk tidak hanya mengandalkan iman kepada Tuhan, tetapi juga memiliki visi dan tujuan hidup yang didasarkan pada pertimbangan matang. Beriman kepada Tuhan tidak berarti kita hanya menunggu dan pasrah, tetapi juga aktif dalam mencari jalan dan bertindak untuk mewujudkan tujuan hidup yang baik dan benar.

Aplikasi dalam Kehidupan Kita

  1. Beriman dengan Tindakan: Seperti Abraham, kita perlu menggabungkan iman dengan tindakan yang konkret dan bertanggung jawab untuk mencapai tujuan hidup yang baik.

  2. Pertimbangan Matang: Sebelum mengambil keputusan besar, luangkan waktu untuk memikirkan dengan matang serta meminta petunjuk dari Tuhan.

  3. Rendah Hati dan Menghormati Orang Lain: Dalam mengejar tujuan hidup, kita harus tetap menjaga sikap rendah hati dan menghormati orang lain, bukan dengan cara yang arogan atau merugikan orang lain.

  4. Memiliki Visi yang Jelas: Tentukan visi dan tujuan hidup yang jelas, yang tidak hanya menguntungkan diri sendiri tetapi juga membawa berkat bagi orang lain dan memuliakan Tuhan.

Abraham adalah contoh yang baik bagi kita untuk mengutamakan Tuhan dalam segala hal sambil tetap memiliki visi dan tujuan hidup yang jelas. Mari kita belajar dari sikap dan tindakan Abraham yang didasarkan pada iman yang kuat dan pertimbangan matang. Dengan demikian, kita dapat menjalani hidup dengan penuh arti, membawa kemuliaan bagi Tuhan, dan memberkati orang lain di sekitar kita.
Share:

Mana yang Diutamakan?

Ketika ditanya mana yang kita utamakan, Tuhan atau yang lain, sering kali secara otomatis kita menjawab Tuhan. Namun, dalam kenyataannya, banyak dari kita mungkin lebih mendahulukan hal-hal lain, terutama ketika kita merasa sudah mendapatkan apa yang kita inginkan. Seringkali, fokus kita beralih dari Tuhan ke apa yang kita peroleh, terutama jika itu adalah sesuatu yang sudah lama kita nantikan. Hari ini, kita diingatkan untuk berhati-hati terhadap kecenderungan ini.

Pelajaran dari Abraham: Mengutamakan Tuhan di Atas Segalanya

Kisah Abraham dalam Alkitab memberikan kita contoh nyata tentang bagaimana seharusnya kita mengutamakan Tuhan di atas segala sesuatu. Abraham bersedia mempersembahkan Ishak, anak semata wayangnya, sebagai kurban bakaran sesuai perintah Tuhan (Kejadian 22:2, 9-10). Ishak adalah anak yang sangat diharapkan, lahir setelah penantian panjang selama 25 tahun. Namun, meski begitu, Abraham tetap mengutamakan Tuhan di atas segalanya, bahkan di atas keinginan dan kasihnya kepada anaknya.

  1. Ketaatan Abraham:

Ketaatan Abraham kepada perintah Tuhan adalah bukti nyata bahwa ia mengutamakan Tuhan di atas segala hal lainnya. Ketika diperintahkan untuk mempersembahkan Ishak, Abraham tidak ragu atau protes. Ia segera melaksanakan perintah Tuhan dengan penuh keyakinan bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik (Kejadian 22:3).

  2. Fokus yang Tetap kepada Tuhan:

Fokus Abraham tidak bergeser dari Tuhan ke Ishak. Meski Ishak adalah anugerah yang sangat besar, Abraham tidak membiarkan kasihnya kepada Ishak mengalahkan ketaatannya kepada Tuhan. Ketika Tuhan melihat ketaatan Abraham, Ia menyediakan domba jantan sebagai ganti Ishak (Kejadian 22:12-13). Hal ini menunjukkan bahwa Tuhan menghargai ketaatan dan pengabdian Abraham yang total kepada-Nya.

  3. Penguatan Iman melalui Ujian:

Peristiwa ini juga menunjukkan bahwa Allah menggunakan ujian untuk memelihara dan memperkuat iman Abraham. Dengan menguji Abraham, Tuhan memberikan kesempatan kepada Abraham untuk menunjukkan kesetiaan dan ketaatannya. Melalui ujian tersebut, Abraham belajar untuk kembali kepada hal yang hakiki dalam dirinya sebagai ciptaan yang mengutamakan Tuhan di atas segalanya.

Mengutamakan Tuhan dalam Kehidupan Sehari-hari

Mengutamakan Tuhan bukanlah sesuatu yang mudah dilakukan, terutama ketika kita dihadapkan pada pilihan yang sulit atau ketika kita telah menerima sesuatu yang sangat kita harapkan. Namun, penting untuk diingat bahwa Tuhan menginginkan hati kita sepenuhnya, tanpa ada yang mendahului-Nya.

  1. Mengatasi Kecenderungan untuk Mengutamakan yang Lain:

Kita perlu waspada terhadap kecenderungan untuk mengutamakan hal-hal lain di atas Tuhan. Apakah itu karier, keluarga, harta, atau keinginan pribadi, semua itu tidak boleh menggeser Tuhan dari posisi utama dalam hidup kita. Mengutamakan Tuhan berarti menempatkan Dia sebagai prioritas utama dan mengikuti kehendak-Nya, apa pun konsekuensinya.

  2. Mengandalkan Tuhan dalam Segala Hal:

Mengutamakan Tuhan berarti kita percaya sepenuhnya kepada-Nya, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun. Seperti Abraham yang percaya bahwa Tuhan akan menyediakan pengganti bagi Ishak, kita juga harus percaya bahwa Tuhan akan memberikan yang terbaik bagi kita, bahkan jika itu berarti kita harus menyerahkan apa yang kita sayangi.

  3. Bersyukur atas Segala Ujian:

Ujian dan tantangan dalam hidup sering kali merupakan cara Tuhan untuk memperkuat iman kita. Ketika kita dihadapkan pada situasi yang sulit, kita harus bersyukur dan melihatnya sebagai kesempatan untuk memperdalam hubungan kita dengan Tuhan. Melalui ujian, kita belajar untuk lebih bergantung kepada-Nya dan mempercayai rencana-Nya yang sempurna.

  4. Tetap Fokus pada Tuhan:

Kita harus menjaga agar fokus kita tetap pada Tuhan, bukan pada berkat atau anugerah yang kita terima. Berkat dan anugerah dari Tuhan adalah sesuatu yang patut kita syukuri, tetapi kita tidak boleh membiarkan hal itu mengalihkan perhatian kita dari Sang Pemberi Berkat. Tetaplah berfokus pada Tuhan dan ingat bahwa segala sesuatu yang kita miliki berasal dari-Nya.

Aplikasi dalam Hidup Sehari-hari

  1. Menjaga Prioritas:

Setiap hari, kita harus memeriksa prioritas kita dan memastikan bahwa Tuhan selalu berada di tempat pertama. Mulailah hari dengan doa dan devosi, dan jadikan Tuhan sebagai pusat dari segala kegiatan dan keputusan kita.

  2. Mengorbankan Ego dan Keinginan Pribadi:

Sering kali, kita perlu mengorbankan ego dan keinginan pribadi untuk mengutamakan kehendak Tuhan. Belajarlah untuk menempatkan kehendak Tuhan di atas kehendak kita sendiri, bahkan jika itu berarti kita harus meninggalkan sesuatu yang kita sayangi atau impikan.

  3. Bersyukur dalam Segala Hal:

Bersyukur tidak hanya ketika kita menerima berkat, tetapi juga dalam menghadapi ujian dan tantangan. Setiap situasi, baik atau buruk, adalah kesempatan untuk belajar dan bertumbuh dalam iman.

  4. Mengandalkan Tuhan dalam Keputusan Hidup:

Dalam setiap keputusan besar atau kecil, libatkan Tuhan dan mintalah petunjuk-Nya. Percayalah bahwa Tuhan mengetahui yang terbaik untuk kita dan Dia akan menuntun kita ke jalan yang benar.

Kisah Abraham mengingatkan kita bahwa mengutamakan Tuhan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan kita. Ketaatan dan iman Abraham yang luar biasa menunjukkan bagaimana kita harus menempatkan Tuhan di atas segala sesuatu, bahkan di atas keinginan dan kasih sayang kita yang terdalam.

Mari kita belajar untuk mengutamakan Tuhan dalam setiap aspek kehidupan kita, menjaga fokus kita tetap pada-Nya, dan selalu bersyukur dalam setiap situasi. Dengan demikian, kita akan menemukan damai sejahtera dan berkat yang melimpah dalam hidup kita, serta hubungan yang lebih dekat dengan Tuhan yang mengasihi kita.

Mengutamakan Tuhan adalah langkah pertama menuju hidup yang diberkati dan damai. Mari kita terus berusaha untuk menempatkan Tuhan sebagai prioritas utama dalam hidup kita, dan lihatlah bagaimana Dia bekerja dengan cara yang luar biasa dalam setiap aspek kehidupan kita.

Share:

Pujian Ibadah Minggu 30 Juni 2024

 

Share:

Agar Hidup Bersama dalam Damai

Kehidupan bersama dalam suatu komunitas, baik itu keluarga, lingkungan kerja, atau masyarakat luas, sering kali menghadapi berbagai tantangan yang dapat mengganggu kedamaian dan keharmonisan. Salah satu penyebab utama dari ketidakharmonisan ini adalah buruknya komunikasi. Ketika orang lebih memilih untuk memendam kekecewaan dan sakit hati, hal ini dapat memicu ledakan emosi yang merusak relasi dan kadang hampir mustahil untuk dipulihkan.

Pentingnya Komunikasi yang Baik: Pelajaran dari Abraham dan Abimelekh

Kisah Abraham dan Abimelekh dalam Kitab Kejadian memberikan kita pelajaran penting tentang bagaimana membangun komunikasi yang baik demi terciptanya hidup bersama yang damai.

  1. Latar Belakang Pengalaman Buruk:

Abraham, sebagai seorang pendatang di Gerar, pernah mengalami kejadian yang menimbulkan trauma bagi Abimelekh, raja Gerar. Abraham, karena ketakutannya, mengatakan bahwa Sara adalah adiknya, bukan istrinya. Hal ini membuat Abimelekh hampir mengambil Sara sebagai istrinya, tetapi Allah memperingatkannya bahwa tindakan itu salah (Kejadian 20:1-7). Akhirnya, Abimelekh mengembalikan Sara kepada Abraham dan menghadapi situasi dengan rasa marah dan kekecewaan yang mendalam.

  2. Inisiatif Abimelekh untuk Komunikasi Terbuka:

Meskipun memiliki pengalaman buruk, Abimelekh memilih untuk berkomunikasi langsung dengan Abraham. Ia menemui Abraham untuk mengikat perjanjian bahwa Abraham tidak akan berlaku curang lagi kepadanya dan keturunannya. Abimelekh secara jujur menyampaikan perasaannya dan trauma yang ia alami, serta bertindak antisipatif dengan mengusulkan perjanjian untuk mencegah kejadian serupa di masa depan (Kejadian 21:22-24).

  3. Penyelesaian Konflik tentang Sumur:

Selain itu, Abraham juga menyampaikan pengalamannya terkait dengan sumur yang dirampas oleh hamba-hamba Abimelekh. Masalah ini dapat diselesaikan dengan baik melalui dialog yang jujur dan terbuka. Kedua belah pihak setuju untuk mengikat perjanjian demi menciptakan hidup bersama yang damai (Kejadian 21:25-27).

Prinsip-Prinsip Komunikasi yang Membangun Kedamaian

Kisah ini memberikan beberapa prinsip penting tentang komunikasi yang dapat membantu kita dalam menciptakan hidup bersama yang damai:

  1. Kejujuran dalam Komunikasi:

Kejujuran adalah kunci utama dalam komunikasi yang baik. Abimelekh dengan jujur mengakui trauma yang ia alami dan berbicara terbuka dengan Abraham. Kejujuran ini memungkinkan kedua belah pihak untuk memahami perasaan dan situasi satu sama lain, serta mencari solusi yang baik.

  2. Kerendahan Hati untuk Mendengarkan:

Kerendahan hati untuk mendengarkan adalah sikap yang sangat penting. Abraham dan Abimelekh menunjukkan kesediaan untuk mendengarkan satu sama lain dan menerima protes atau keluhan dengan bijaksana. Ini membantu mereka untuk menemukan solusi bersama yang membawa kelegaan dan kedamaian bagi kedua belah pihak.

  3. Kesediaan untuk Memaafkan dan Melupakan:

Kedua tokoh ini juga menunjukkan kesediaan untuk memaafkan dan melupakan kesalahan masa lalu. Abimelekh, meskipun mengalami trauma, bersedia untuk berdialog dan mencari solusi bersama. Sikap ini membantu mengurangi ketegangan dan membuka jalan bagi hubungan yang lebih baik di masa depan.

  4. Pencegahan Melalui Perjanjian atau Kesepakatan:

Mereka menyadari bahwa untuk menjaga kedamaian dan mencegah konflik di masa depan, perlu ada perjanjian atau kesepakatan yang jelas. Dengan mengikat perjanjian, mereka menunjukkan komitmen untuk menjaga hubungan yang baik dan damai.

Aplikasi dalam Kehidupan Sehari-hari

  1. Membangun Komunikasi yang Jujur dan Terbuka:

Kita dapat belajar dari kisah ini untuk selalu berkomunikasi secara jujur dan terbuka. Jangan takut untuk menyampaikan perasaan atau pengalaman yang tidak menyenangkan. Hal ini dapat membantu mencegah kesalahpahaman dan memperkuat hubungan kita dengan orang lain.

  2. Menghargai Pendapat dan Perasaan Orang Lain:

Belajarlah untuk mendengarkan dengan baik dan menghargai pendapat serta perasaan orang lain. Sikap ini akan membantu kita untuk lebih memahami satu sama lain dan menciptakan suasana yang damai dan harmonis.

  3. Mengambil Inisiatif untuk Menyelesaikan Konflik:

Jangan menunggu sampai konflik menjadi besar dan merusak hubungan. Ambillah inisiatif untuk menyelesaikan konflik secepat mungkin dengan cara yang baik dan bijaksana. Ini akan membantu kita untuk menjaga hubungan yang baik dengan orang lain.

  4. Membangun Komitmen untuk Kedamaian:

Seperti Abraham dan Abimelekh yang mengikat perjanjian untuk menjaga kedamaian, kita juga perlu membangun komitmen untuk menciptakan kedamaian dalam setiap hubungan kita. Ini dapat dilakukan melalui kesepakatan bersama atau melalui tindakan nyata yang menunjukkan komitmen kita untuk hidup bersama dalam damai.

Kisah Abraham dan Abimelekh mengajarkan kita pentingnya komunikasi yang baik dalam menciptakan hidup bersama yang damai. Kejujuran, kerendahan hati, kesediaan untuk memaafkan, dan komitmen untuk menjaga hubungan yang baik adalah prinsip-prinsip yang dapat kita terapkan dalam kehidupan kita sehari-hari. Mari kita terus berusaha untuk membangun komunikasi yang jujur, tulus, dan terbuka, serta saling menghargai dan menerima, agar kita dapat hidup bersama dalam damai dan keharmonisan.

Mari kita berkomitmen untuk menciptakan kedamaian melalui komunikasi yang baik, jujur, dan penuh kasih. Dengan demikian, kita dapat menikmati hidup bersama yang penuh dengan damai dan kebahagiaan.

 

Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.