Yudas Iskariot juga bernegosiasi. Namun, negosiasi yang ia lakukan bukan untuk kebaikan, melainkan untuk menuruti bujukan Iblis. Ia bersepakat dengan imam-imam kepala untuk menyerahkan Yesus — Gurunya sendiri — demi sejumlah uang. Baginya, kesepakatan itu “menguntungkan”. Namun di mata Tuhan, itu adalah pengkhianatan.
Yudas adalah murid yang telah melihat kasih, kuasa, dan mukjizat Yesus secara langsung. Ia hidup dekat dengan Sang Juruselamat, tetapi hatinya tidak benar-benar melekat pada-Nya. Hati yang tidak dijaga menjadi celah bagi Iblis untuk menanamkan tipu dayanya. Akhirnya, Yudas menukar kasih Yesus dengan keuntungan duniawi yang fana.
🌿 Refleksi
Sering kali, kita pun terjebak dalam “negosiasi kecil” yang tampak sepele.
Kita menawar waktu doa dengan alasan sibuk. Kita menunda membaca Alkitab karena lelah. Kita menukar kesetiaan rohani dengan kenyamanan pribadi. Tanpa sadar, kita sedang bernegosiasi dengan Iblis — bukan dengan Tuhan.
Keputusan kecil yang salah hari ini dapat membawa akibat besar di kemudian hari. Karena itu, kita perlu bijak memilih dengan siapa dan untuk apa kita “bernegosiasi”. Apakah untuk memuliakan Tuhan, atau demi kepentingan diri sendiri?
✨ Penerapan
Mari belajar menempatkan Tuhan di posisi utama dalam setiap keputusan hidup kita.
Sebelum bertindak, tanyakan dalam hati:
“Apakah ini menyenangkan hati Tuhan?”
Jika jawabannya “tidak”, jangan lanjutkan. Karena negosiasi terbaik bukanlah yang menguntungkan diri, tetapi yang meneguhkan iman dan memuliakan Kristus.
🙏 Doa
Tuhan Yesus,
ajarilah kami untuk berhikmat dalam mengambil keputusan setiap hari.
Jauhkan kami dari godaan untuk berkompromi dengan dosa.
Bila hati kami mulai tergoda oleh hal-hal dunia, ingatkan kami akan kasih dan pengorbanan-Mu yang begitu besar.
Teguhkan kami agar selalu menomorsatukan Engkau dalam setiap pilihan hidup kami.
Dalam nama Tuhan Yesus kami berdoa.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar