Allah mengajarkan bahwa keadilan dan keseimbangan dalam kepemimpinan lahir dari kebersamaan yang majemuk. Saat membagikan tanah Kanaan, Tuhan tidak hanya melibatkan Musa dan Yosua, tetapi juga Eleazar sang imam dan satu pemimpin dari tiap suku Israel. Semua diajak terlibat agar setiap suku merasa dihargai dan tidak ada yang diabaikan.
Kepemimpinan yang majemuk mencerminkan hikmat Allah. Ia tahu bahwa perbedaan bukan penghalang, tetapi sarana untuk menghadirkan keadilan. Melalui kebersamaan, keputusan menjadi lebih bijak dan diterima oleh semua pihak.
Dalam gereja maupun organisasi, kita pun dipanggil untuk membangun kepemimpinan yang melibatkan banyak suara — tua dan muda, laki-laki dan perempuan, dari latar yang beragam. Saat semua merasa didengar, keharmonisan pun terjaga.
Mari belajar dari Tuhan yang menghargai setiap bagian tubuh Kristus. Kepemimpinan yang majemuk bukan sekadar strategi manusia, melainkan cerminan keadilan dan kasih Allah yang bekerja di tengah umat-Nya. ๐ค








Tidak ada komentar:
Posting Komentar