Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

KESAKRALAN KELUARGA


Markus 10:1-16   

Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya barangsiapa tidak menyambut Kerajaan Allah seperti seorang anak kecil, ia tidak akan masuk ke dalamnya. [ayat 15]

     Bagaimana keadaan keluarga anda, dimasa pandemic covid 19 ini. Masih adakah kebahagiaan dan ke harmonisan disaat pekerjaan sulit.. atau mungkin sedang mengalami phk dan juga sepinya pembeli dan pengunjung. Masih bisakah keluarga anda menjadi berkat bagi orang lain dengan kesakralannya.
            Dalam pelayanan-Nya Yesus selalu mendapatkan perlawanan dari orang-orang Farisi yang munafik dan cemburu dengan popularitas [pengaruh] Yesus yang semakin meluas. Bacaan Alkitab kita hari ini merupakan jawaban Yesus yang lugas kepada orang-orang Farisi yang sedang menjerat dan berusaha menjatuhkan Yesus melalui pertanyaan tentang masalah perceraian. Pada masa itu ada dua kelompok yang memiliki pendapat yang saling bertentangan tentang perceraian. Ada satu guru agama yang sangat berpengaruh yang bernama Hillel, yang mengajarkan bahwa seorang laki-laki diperbolehkan menceraikan istrinya dengan alasan yang kecil sekalipun. Demikian juga dalam kehidupan masyarakat Romawi di masa itu sangat bobrok sehingga menceraikan istri itu dianggap sesuatu yang biasa saja.
            Yesus tidak secara langsung menjawab pertanyaan orang Farisi ini, tetapi balik bertanya, "Apa perintah Musa kepada kamu?" Yesus menunjuk kepada Taurat yang diajarkan Musa karena orang Farisi menghormati Musa dan apa yang diajarkannya. Orang Farisi menjawab, bahwa Musa mengijinkannya orang memberikan surat cerai seperti yang tertulis di Ulangan 21:1-4. Bagaimana kemudian Yesus menanggapinya? Ada tiga poin penting yang disampaikan Yesus:
            Pertama, Musa menginjinkan perceraian bukan sebagai perintah/kehendak Allajh tetapi karena kekerasan hati dan dosa manusia.
            Kedua, Allah menetapkan pernikahan agar laki-laki dan perempuan menjadi satu bukan untuk bercerai.
            Ketiga, pernikahan adalah kesatuan yang sakral yang bertujuan untuk menggenapi rencana Allah di dunia.
            Jadi, perceraian bukanlah jalan keluar atas masalah yang terjadi dalam pernikahan. Bagi orang Kristen, setiap masalah yang terjadi dalam pernikahan dilihat sebagai penghalang kesatuan yang harus diatasi di dalam kebenaran dan kuasa Allah. Bukan pernikahannya yang dihancurkan tetapi penghalangnya yang harus disingkirkan.
                        Beralih dari soal perceraian, Yesus mengajarkan pentingnya orang tua mendidik anak-anaknya di jalan Allah dan memastikan mereka mendapatkan berkat-Nya. Anak-anak itu memiliki hati yang lemah lembut untuk diajar dan untuk mengalami kehadiran Tuhan, maka setiap orang tua harus mengajarkan iman kepada anak-anaknya sejak kecil. Kelembutan hati seorang anak secara rohani bahkan dipakai Tuhan sebagai gambaran bagaimana seharusnya hati orang dewasa dalam menyambut Dia. (HTB)
Bagi orang Kristen, setiap masalah yang terjadi dalam pernikahan dilihat sebagai penghalang kesatuan yang harus diatasi             
Share:

Permasalahan Sepele



Bilangan 5:11-31

Saat kita pacaran dulu pernah ada perasaan cemburu bukan. Saat berumah tangga ketika ada anak baik laki atau perempuan kita juga perbah cemburu, di saat anak cewek dekat dengan ayah cowok dekat  ibu. Perasaan cemburu ini mulai ada di saat anak menginjak remaja. Hal sepele namun merusak hati dan jiwa. Lalu apa hubungannya dengan renungan kita hari ini.

Kita mungkin terhenyak ketika membaca nas ini karena Alkitab berbicara tentang hukum mengenai perkara cemburuan. Di situ dituturkan tentang apa yang mesti dilakukan ketika seseorang sedang cemburu. Hukum ini ditetapkan di tengah konteks umat Israel setelah keluar dari perbudakan di Mesir. Hukum yang sangat patriarkis karena hanya melihat kesalahan dari sisi perempuan.

Dari nas ini, kita belajar satu hal bahwa menyelesaikan perkara cemburuan sangat penting. Perkara ini diselesaikan bukan hanya oleh kedua belah pihak, tetapi juga melalui prosesi keagamaan.

Proses ini serius karena penyelesaian perkara tersebut tidak hanya berdampak pada ketenteraman hidup sepasang suami istri, tetapi juga anak dan keluarga besar.

Pada saat itu, tampaknya seorang laki-laki bisa main hakim sendiri terhadap istrinya. Ia bisa memukuli, bahkan membunuh istrinya karena cemburu. Demi menghindari situasi tersebut, hukum tentang perkara cemburuan ini muncul.

Dalam konteks masa kini, hukum ini mendobrak pemahaman kita selama ini yang beranggapan bahwa cemburu adalah hal kecil dan tidak perlu dibesar-besarkan. Nas ini mengajak kita agar menyelesaikan perkara kecil atau sepele agar tidak menjadi besar. Penyelesaiannya pun harus melibatkan aspek religius. Artinya, Tuhan dilibatkan dalam proses penyelesaian.

Penyelesaian terhadap persoalan cemburuan dalam tingkat tertentu sering kali membutuhkan mediator. Tugasnya untuk mempertemukan kedua pihak yang sedang bersengketa. Dalam hal ini, pelayan Tuhan di gereja bisa diharapkan membantu untuk menemukan jalan keluar.

Marilah kita bertekad untuk tidak mengabaikan persoalan yang sering kali dipandang wajar, sepele, atau kecil. Kita mesti menyelesaikan persoalannya sedini mungkin. Penyelesaiannya pun tidak hanya secara manusiawi, tetapi juga religius agar persoalan itu tidak semakin parah. Juga, walaupun suatu perkara adalah sepele, penyelesaiannya harus dengan sikap bijaksana. [MTH]

Doa: Ya Tuhan Allah bapa yang mengasihi kami. Berikan hamba juga jemaatmu hati yang sanggup dan dapat mengampuni serta menyelesaikan hal yang sepele bersama Tuhan, Supaya ada kebijaksanaan. Amin.
Share:

Melayani Allah


Bilangan 3-4
Pada 1700-an, William Carrey, seorang guru dan pembuat sepatu dari Inggris, memiliki kerinduan sederhana. Ia ingin menjadi pemberita Kabar Baik bagi orang-orang di sekitarnya. Sampai pada suatu saat dalam sebuah rapat gereja, ia menyatakan ingin menjadi misionaris. Kerinduannya untuk melayani Tuhan dalam hidupnya membuatnya pergi menjalankan misi ke India. Dalam dunia misi, ia adalah salah seorang tokoh yang dihormati dan disegani.

Di dalam bangsa Israel, orang-orang yang dipanggil untuk melayani Tuhan adalah suku Lewi (3:5-8). Mereka rela mendedikasikan hidup untuk Tuhan karena mereka adalah kepunyaan Tuhan (3:12-13, 41, 45). Alih-alih kematian akibat penghukuman Tuhan, anak-anak sulung bangsa Israel dikuduskan supaya mereka menerima pekerjaan di Kemah Suci. Sesuai dengan firman Tuhan, orang Lewi bertanggung jawab atas kegiatan dan sarana ibadah bangsa Israel (4:47-49).

Dalam penebusan Kristus, setiap orang percaya telah diluputkan dari maut. Setiap orang yang percaya dalam nama Tuhan Yesus Kristus adalah umat milik-Nya.

Kita sudah dikuduskan untuk menjadi pelayan Tuhan. Oleh karena itu, satu-satunya hal yang sepatutnya mengisi kehidupan kita adalah ibadah yang kudus dan berkenan di hadapan-Nya. Hidup ini bukan milik kita untuk memuaskan hawa nafsu. Ingatkah kita akan panggilan pertobatan dan Amanat Agung Yesus Kristus? Selama ini apa yang kita kerjakan? Pengejaran hawa nafsu yang sia-sia, atau pekerjaan baik yang meninggikan nama Tuhan?

Barangkali kita dipercaya untuk mengerjakan tugas yang berbeda-beda, tetapi kita harus ingat bahwa kita semua adalah pelayan kepunyaan Tuhan.

Kita tidak bisa membuat aturan sesuka hati. Satu-satunya yang kita taati sekarang adalah Tuhan. Maka dari itu, sesuai dengan firman-Nya, aspek apa pun dari diri kita sudah selayaknya didedikasikan untuk melayani-Nya.

Mari kita melayani Tuhan dengan bertanggung jawab, tidak lagi dalam kecemaran, namun dalam ketaatan dan kekudusan. [AST]
Share:

DOAKAN KEBUTUHANMU


Markus 10:46-52   
Lalu kata Yesus kepadanya: "Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!" Pada saat itu juga melihatlah ia, lalu ia mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. [ayat 52]

Berbicara kepada Tuhan itu sangat penting, bahkan di setiap keadaan yang sulit seperti ini. Kita harus selalu berdoa. Apa itu Doa. Doa adalah nafas hidup orang percaya.
Mengapa doa kita tidak dikabulkan Tuhan? Karena seringkali kita berdoa menurut apa yang kita inginkan bukan apa yang kita butuhkan. Itulah sebabnya ketika kita menginginkan mujizat Allah terjadi tetapi kuasa-Nya tidak kunjung terjadi dalam hidup kita. Kisah pengemis buta di bacaan Alkitab kita hari ini mengingatkan kita arti dari sebuah kebutuhan yang diungkapkan dalam doa permohonan.
Mohon belas kasihan-Nya [ayat 46-4]
            Pengemis buta yang bernama Bartimeus itu dengan lantang berseru, "Anak Daud, kasihanilah kami!". Dia tidak ragu sedikitpun untuk berseru kepada Yesus mohon belas kasihan-Nya. Sekalipun ia mendapatkan tantangan dari orang banyak itu namun tidak membuatnya surut dan bahkan semakin keras. Dan akhirnya ia mendapatkan perhatian Yesus.
            Kalau kita sadar bahwa kebutuhan kita membutuhkan mujizat Tuhan, maka berserulah mohon belas kasihan-Nya dengan segenap hati dan kepercayaanmu. Permohonan yang dibutuhkan bukanlah seruan yang ala kadarnya dengan pemahaman syukur-syukur kalau didengar, tetapi seruan yang tidak akan pernah berhenti Tuhan memberikan tanggapan-Nya.
Mohon mujizat-Nya [ayat 50-52]
            Ketika Yesus memanggilnya, bartimeus segera beranjak pergi mendapatkan Yesus. Bartimeus tidak menunda-nunda kesempatan untuk mendapat anugerah Tuhan. Ketika Yesus bertanya apa yang dikehendakinya, Bartimeus langsung menjawab bahwa ia mau sembuh. Bartimeus tidak ragu sedikitpun akan anugerah dan kuasa Yesus yang sanggup melakukan mujizat kepadanya, maka dengan penih harap dan iman ia langsung minta sesuatu yang mustahil tetapi yang paling dia butuhkan, yaitu: bisa melihat.
            Kalau ingin mendapatkan mujizat Allah serukanlah sesuatu yang paling Anda butuhkan dalam hidup ini. Sebab sebesar apapun seruan Anda atau sebaliknya sekecil apapun seruan itu kalau itu adalah kebutuhan yang paling hakiki, dan Anda sungguh-sungguh mengimaninya, maka Tuhan akan tergerak oleh belas kasih untuk menyatakan mujizatnya bagi Anda. Setiap kita pasti butuh karena manusia hidup membutuhkan sesuatu. Maka mintalah dengan Apakah yang menjadi kebutuhan nyata dalam hidup Anda saat ini? Jangan ragu, dengan kerendahan hati datanglah ke tahta kasih karunia Tuhan, mohon belas kasihan dan kuasa-Nya bekerja melakukan mujizat dalam hidup Anda.

DOA SEBAGAI NAFAS KEHIDUPAN ORANG PERCAYA. MAKA DOAKAN
Share:

PERTOLONGAN DI TENGAH BADAI



Markus 6:45-56.

“Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air” (ayat 48)
 

           Hati adalah penentu hidup manusia. Kalau hati tenang maka hiduppun akan tenang sekalipun sekitarnya bergejolak. Tetapi sebaliknya kalau hati tidak tenang maka hiduppun akan bergejolak sekalipun sekitar tidak ada masalah apa-apa. Hal itulah yang terjadi dalam kehidupan para murid saat itu. Bagaimanakah caranya agar hati kita tenang menyikapi setiap keadaan yang ada?
Yesus sangat peduli akan pergumulan kita
WalaupunYesus sedang ada urusan secara pribadi (ayat 46), namun ketika bahaya mengancam para murid, maka Ia meninggalkan kepentingan-Nya itu dan segera mendatangi mereka untuk menolongnya (ayat 48). Hal ini menunjukkan bahwa Yesus sesibuk apapun sangat mempedulikan hidup kita. Bukankah firman-Nya berkata: “Aku sekali-kali tidak akan membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau”(Ibrani 13:5b).
Yesus telah meninggalkan kepentingan-Nya di sorga dan datang ke dunia hanya untuk menolong kita yang sedang kepayahan karena dosa. Jangan terpengaruh dengan keadaan di luar hati Anda. Sadari kalauYesus ada bersama-sama dengan kita, walau keadaan sesulit apapun tidak akan mempengaruhi jalan hidup kita. Apapun pergumulan Anda saat ini, Ia selalu peduli, selalu melihat dan datang tepat pada waktunya untuk menolong.
Semua masalah berada di bawah telapak kaki Yesus.               
       Apa yang ditakuti oleh para murid yaitu berupa angin sakal, ombak dan juga kondisi alam yang buruk dapat diatasi Yesus dengan berjalan di atasnya (ayat 48). Hal ini membuktikan bahwa semua masalah berada di bawah telapak kaki Yesus. Kita tidak perlu takut menghadapi setiap masalah yang selalu saja datang, karena semua permasalahan ada di bawah kuasa TuhanYesus. Walau persoalan-persoalan yang ada terus berulang-ulang kali datang, covid 19 belum berakhir dan berlalu dari bangsa kita, kekawatiran dan ketakutan terus ada. Jangan takut karena kita sudah memiliki kunci jawabannya, yaitu hati yang beriman bahwa persoalan dan pergumulan hidup ada di bawah otoritas TuhanYesus Kristus.  Jadi yang kita butuhkan adalah iman kepada Yesus yang memiliki kepedulian dan otoritas atas segala sesuatu sehingga sekalipun kondisi di sekitar kita bergelora hati kita tetap tenang sehingga hidup kitapun menjadi tenang. (HTB/)
                                   Jadi yang kita butuhkan adalah iman kepada Yesus yang memiliki kepedulian dan otoritas atas segala sesuatu
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.