Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

DOA YANG PENUH DENGAN KEPERCAYAAN

Matius 21:18-22 (23)
Peristiwa saat Tuhan Yesus mengutuk pohon ara menjadi hal yang membuat para murid tercengang. Bagaimana tidak, ketika Tuhan Yesus lapar saat dalam perjalanan, Ia mencari buah ara. Alkitab mencatat bahwa Yesus tidak mendapat apa-apa selain daun-daun saja, sebab memang bukan musim buah ara (Markus 11:13). Tuhan Yesus pun mengutuk pohon ara tersebut dan seketika itu juga keringlah pohon itu. Mungkin kita bertanya mengapa Tuhan Yesus mengutuk pohon ara, padahal saat itu memang bukan musimnya. Fakta yang perlu diketahui mengenai pohon ara ialah bahwa sebelum memasuki musimnya, biasanya pohon ara akan mengeluarkan “buah awal” yang menjadi indikasi apakah pohon ara tersebut akan berbuah saat musimnya tiba. Jika sebelum musimnya tidak didapati “buah awal”, maka sudah pasti pohon ara tersebut tidak akan berbuah saat musimnya tiba, begitu pun sebaliknya. Yang menarik, melalui fakta pohon ara Tuhan Yesus langsung mengajarkan hal yang penting mengenai doa dan iman bagi para murid-Nya. Yesus berkata jangankan untuk mengutuk pohon ara, tetapi juga jikalau mereka berkata kepada gunung agar beranjak dan tercampak ke dalam laut, hal itu bahkan akan terjadi. Saat Yesus mengutuk pohon ara, hal itu benar-benar terjadi melalui kuasa perkataan Yesus. Peristiwa tersebut ditutup dengan pesan yang tajam oleh Yesus. Katanya, “Dan apa saja yang kamu minta dalam doa dengan penuh kepercayaan, kamu akan menerimanya.” 
Apa yang Yesus ajarkan bagi para murid-Nya juga berlaku bagi kita, bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya, asal kita meminta dalam doa dengan penuh kepercayaan, yang tentu juga didasari dengan kehidupan yang sesuai dengan kehendak Tuhan. Seperti kata Yakobus, doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya. Kita dapat melakukan perkara yang besar bersama dengan Tuhan. Apa pun kemustahilan yang kita hadapi, tetaplah bertekun dalam doa dan tetaplah percaya bahwa Tuhan sanggup menjawab doa kita. [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Apa yang menjadi penghambat bagi Anda dalam memanjatkan doa yang penuh dengan kepercayaan?
2. Adakah pengalaman yang sepertinya mustahil bagi Anda, tetapi Anda memperoleh jawaban melalui doa yang dinaikkan dengan penuh kepercayaan?
YANG HARUS DILAKUKAN
Apa pun kemustahilan yang kita hadapi, tetaplah bertekun dalam doa dan tetaplah percaya bahwa Tuhan sanggup menjawab doa kita.
POKOK DOA
Bapa, firman-Mu mengingatkanku bahwa apa saja yang kuminta dalam doa dengan penuh kepercayaan, aku akan menerimanya. Apa pun kemustahilan yang kuhadapim pampukan aku ya Roh Kudus untuk percaya penuh kepada-Mu. Dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
“Doa orang yang benar, bila dengan yakin didoakan, sangat besar kuasanya.” – Rasul Yakobus
Share:

BESARNYA PENGARUH DOSA

1 Korintus 5:1-8 (6)
Setiap orang yang pernah membuat roti pasti tak asing dengan bahan ragi. Ragi adalah bahan penting untuk mengembangkan adonan. Tanpa ragi, adonan roti menjadi tidak mengembang alias bantet. Bangsa Israel pernah membuat roti tanpa ragi, yaitu pada saat mereka hendak dibawa keluar dari perbudakan Mesir, karena mereka harus terburu-buru untuk berangkat (Keluaran 12:34). Itulah sebabnya sampai hari ini, pada hari Paskah atau hari raya Roti Tidak Beragi, bangsa Israel harus membuat dan memakan roti tanpa ragi (Ulangan 16:3; Keluaran 23:15). Ada pun perintah Tuhan ini bertujuan untuk mengingatkan mereka kepada pembebasan mereka dari perbudakan Mesir (Ulangan 16:1-5). 
Bila dimaknai secara rohani, ragi dilambangkan sebagai dosa. Maka dalam hal ini perayaan Paskah dimaknai sebagai simbol untuk menguduskan diri dari dosa, sebagaimana juga dijelaskan oleh Rasul Paulus, “Karena itu marilah kita berpesta, bukan dengan ragi yang lama, bukan pula dengan ragi keburukan dan kejahatan, tetapi dengan roti yang tidak beragi, yaitu kemurnian dan kebenaran.” (1 Korintus 5:8). Menarik untuk memperhatikan bahwa ragi dilambangkan sebagai dosa. Kata Paulus, “Bahwa sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan”. Hal ini memberi pemahaman kepada kita bagaimana besarnya pengaruh dosa layaknya pengaruh sedikit ragi bagi adonan. Dalam kehidupan, kita mungkin abai terhadap dosa-dosa yang mungkin kita anggap kecil atau sepele, seperti gosip, kekesalan, sungut-sungut, amarah, sirik, dan sebagainya. Kita beranggapan bahwa itu tidak berdampak bagi kerohanian kita. Yakobus sendiri menunjukkan apabila dosa itu sudah matang, ia melahirkan maut (Yakobus 1:1). Kita juga harus tetap mengingat firman Tuhan bahwa sengat maut ialah dosa (1 Korintus 15:56). Hati-hati dengan dosa-dosa yang kita anggap sepele. Berusahalah mengejar kekudusan. Yang Tuhan kehendaki dari kita adalah kemurnian dan kebenaran kita, buanglah ragi atau dosa itu. Simpanlah janji-janji Tuhan dalam hati kita, supaya kita tidak berdosa terhadap Dia (Mazmur 119:11). [RS]
REFLEKSI DIRI 
1. Apakah ada hal-hal yang Anda anggap sebagai dosa kecil dan mulai berkompromi terhadap dosa tersebut?
2. Apa maksud dari sedikit ragi mengkhamiri seluruh adonan dan implikasinya dalam kehidupan kita?
YANG HARUS DILAKUKAN
Jangan sepelekan dosa yang kita anggap kecil. Berusahalah mengejar kekudusan. Simpanlah janji-janji Tuhan dalam hati kita, supaya kita tidak berdosa.
POKOK DOA
Bapa, hari ini firman-Mu mengingatkan betapa besarnya pengaruh dari dosa. Bila ada hal-hal kuanggap sebagai dosa kecil dan aku mulai berkompromi terhadap dosa tersebut, mampukanlah aku untuk berusaha mengejar kekudusan. Dalam nama Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
Dosa-dosa yang Anda anggap kecil selalu menghasilkan dampak buruk yang besar dalam hidup Anda.
Share:

Bagaikan Mimpi

Mazmur 90:3-6

Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.
- Mazmur 90:5-6

Saya bisa menyebut diri saya adalah seorang pemimpi karena entah kenapa, hampir setiap tidur malam saya akan bermimpi. Namun, saat bangun hanya secuil mimpi yang saya ingat. Saya terkadang gemas ingin memutar ulang mimpi saya, apalagi mimpi yang menyenangkan, tetapi ketika mata terbuka semua itu sirna. Saya sulit mengingat ceritanya dan di waktu tidur selanjutnya juga tidak ada sambungan episodenya.
Hidup kita juga seperti mimpi, itulah yang digambarkan oleh Musa. “Engkau menghanyutkan manusia; mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, di waktu pagi berkembang dan bertumbuh, di waktu petang lisut dan layu.” Waktu kita bagaikan mimpi yang kemarin ada dan berlalu begitu saja. Waktu hidup seseorang hanya satu kali saja, tidak bisa diulang lagi, betapa pun inginnya kita. Jalan hidup seseorang itu linear bukan berputar, kita tidak akan datang lagi ke dalam dunia ini.
Andaikan saya ditanya, “Kalau ada kesempatan mengulang waktu lagi, apakah Anda mau?” Saya akan menjawab, “Mau!” Saya tahu banyak kegagalan, kesalahan, keputusan yang ingin saya perbaiki di masa lalu. Sayangnya, itu tidak bisa. Banyak orang bisa menyesal dengan keputusan di masa lampau seumur hidupnya. Memang masa lalu tidak bisa diperbaiki, tetapi ingatlah Tuhan Yesus yang mati untuk orang berdosa, supaya hidup kita tidak ada penyesalan lagi. Semuanya sudah ditanggung di dalam Kristus, kita akan menyesal jika tidak percaya Tuhan Yesus.
Kita memang tidak bisa mengulang waktu, tetapi di dalam Kristus hari-hari hidup kita akan bermakna dan kita akan memasuki hidup yang sempurna bersama Tuhan di surga. Pakailah hari-hari kita untuk bisa semakin mengenal Tuhan, jangan malas untuk membaca firman dan merenungkannya. Pakailah waktu hari ini untuk meninggalkan dosa-dosa yang selama ini dinikmati, jangan bilang nanti-nanti. Gunakan waktu untuk hidup mengasihi orang lain, jangan malah berselisih terus. Manfaatkan waktu untuk mendidik anak-anak di dalam Tuhan. Ingat hidup kita seperti mimpi, hari ini ada, esok tidak ada yang tahu.
Refleksi Diri:
Apakah ada kegagalan di masa lalu yang masih membayangi Anda sampai saat ini?
Karena hidup seperti mimpi, hanya sekejap, apakah yang mau Anda lakukan agar hidup bisa memberkati orang lain?
Share:

TEGURAN DI ANTARA ORANG PERCAYA

Galatia 2:11-21
Koreksi dan teguran adalah hal yang sulit dilakukan sekaligus diterima bagi kebanyakan orang. Namun, sebagai umat Kristen, kita harus mampu melakukannya ketika diperlukan, dan juga menerimanya saat ada kesalahan. Di dalam kehidupan sesama orang percaya, koreksi dan teguran diperlukan untuk membantu kita bertumbuh dalam iman dan hidup yang lebih baik. Seperti Petrus yang ditegur oleh Paulus karena perilaku yang tidak benar. Oleh karena Petrus yang semula makan bersama dengan orang-orang non-Yahudi, tiba-tiba mengundurkan diri dan menjauhi mereka ketika beberapa orang Yahudi datang. Perilaku Petrus ini membuat orang-orang non-Yahudi merasa diabaikan dan dianggap rendah. Sehingga membuat Paulus dengan tegas menegur Petrus di hadapan semua orang yang hadir karena perilaku diskriminatifnya yang jelas-jelas tidak sesuai dengan kebenaran Injil.
Teguran seperti ini mungkin cukup keras, tetapi jika kita dapat mempertimbangkan dengan kerendahan hati dan pikiran yang terbuka, kita dapat belajar dari kesalahan kita dan tumbuh menjadi lebih baik. Sangat penting untuk diingat, bahwa teguran yang dilakukan dengan kasih dan niat yang baik akan membantu kita bertumbuh dalam iman dan membawa kebaikan dalam hidup kita. Namun, koreksi dan teguran juga harus dilakukan dengan bijaksana dan penuh kasih. Saat hendak menegur, kita harus menghindari sikap yang otoriter atau menghakimi secara tidak adil. Sebaliknya, kita harus dengan sabar menggunakan kata-kata yang lemah lembut. Kita pun harus betul-betul mengetahui akar kesalahannya dan memberikan dukungan serta bantuan untuk membantu orang yang dikoreksi bertumbuh dalam iman dan kebenaran. 

REFLEKSI DIRI
1. Bagaimana Anda meresponi koreksi dan teguran dari orang lain?
2. Apa yang dapat Anda lakukan untuk membantu orang lain bertumbuh dalam iman dan hidup yang benar?
YANG HARUS DILAKUKAN
Di satu sisi, jadilah orang yang terbuka untuk menerima koreksi dan teguran dari orang lain. Di sisi lain, mintalah Tuhan kebijaksanaan dan kasih dalam memberikan koreksi dan teguran kepada sesama. Bersedia menjadi saudara seiman yang membantu satu sama lain untuk bertumbuh dalam iman dan hidup yang lebih baik.
POKOK DOA
Tuhan, tolong aku untuk memiliki kerendahan hati dan pikiran terbuka untuk menerima koreksi dan teguran dari orang lain. Berikanlah juga aku kebijaksanaan dan kasih dalam memberikan koreksi dan teguran kepada sesama. Di dalam nama Yesus. Amin.
HIKMAT HARI INI
"Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi." - Raja Salomo

 
Share:

Ambasador

Yoel 2:28-29
“Kemudian dari pada itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia.
- Yoel 2:28a

Menjadi seorang ambasador atau duta besar tidaklah mudah. Ia harus bisa menyampaikan maksud orang yang mengutusnya, dalam hal ini seorang kepala negara, dengan baik. Tak hanya ucapan, setiap tingkah lakunya pun mewakili sang kepala negara. Bahkan, jika kita sering menonton film-film kerajaan masa lampau, tak jarang seorang ambasador dibunuh di tempat ke mana ia diutus. Tidak heran hanya orang-orang terpilihlah yang dapat menjadi ambasador.

Inilah alasan mengapa tidak semua orang di Perjanjian Lama adalah nabi. Kelihatannya mudah, hanya bermodalkan lidah. Namun, jika mewakili seorang raja saja sudah susah bukan main, apalagi mewakili Raja di atas segala raja. Di Perjanjian Lama, hanya orang-orang tertentu yang diberi kuasa Roh Kudus untuk menjadi nabi dan bernubuat.

Jadi, bayangkan betapa terkejutnya orang-orang Yehuda ketika Nabi Yoel datang dan bernubuat bahwa akan tiba waktunya Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya ke atas seluruh orang percaya dan membuat mereka semua menjadi nabi. Besar kecil, tua muda, bahkan hamba-hamba sekalipun akan bernubuat!

Beberapa ratus tahun kemudian, nubuatan ini digenapi lima puluh hari sesudah Tuhan Yesus naik ke surga. Di hari Pentakosta, Roh Kudus dicurahkan sehingga para murid yang awalnya pengecut, kini dengan berani keluar dan memberitakan kebenaran. Tak hanya itu, kini nubuatan tidak hanya dikabarkan kepada orang-orang Israel saja. Kini, semua bangsa dapat mendengarkan Injil keselamatan tersebut (Kis. 2:7-11).
Tak hanya para murid. Sebagaimana janji Tuhan dinyatakan melalui nubuatan Nabi Yoel, semua orang kini menjadi nabi, termasuk kita! Berbeda dengan pandangan populer, bernubuat dan menjadi nabi tidak selalu berarti memberitahukan apa yang akan terjadi di masa depan. Menjadi nabi berarti menjadi ambasador Tuhan, penyambung lidah-Nya! “Ah, itu kan pekerjaan hamba Tuhan yang berkhotbah setiap minggu?” Siapa bilang? Suka tidak suka, mau tidak mau, kita semua adalah ambasador Tuhan, entahkah dalam tutur kata maupun perbuatan kita. Itulah arti dari nubuat bahwa Tuhan akan mencurahkan Roh-Nya ke atas semua manusia.
Tidak hanya sekedar penginjilan. Ketika memberitahukan kebenaran, seperti misalnya menegur kesalahan, mengajar, atau menghibur seseorang, Anda telah melakukan tugas seorang nabi. Tidakkah ini sebuah kehormatan besar?

Refleksi Diri:
Bagaimana Anda mengeluarkan kata-kata Anda selama ini? Apakah lebih banyak yang memberkati atau menjadi batu sandungan bagi orang yang mendengarnya?
Bagaimana fakta bahwa Anda adalah ambasador Tuhan memotivasi Anda untuk memperbaiki tutur kata dan tindak tanduk Anda?
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.