Gereja Kristen Kalam Kudus Tepas Kesamben Blitar

Hidup Dalam Roh

Roma 8:1-17

Tetapi kamu tidak hidup dalam daging, melainkan dalam Roh, jika memang Roh Allah diam di dalam kamu.
- Roma 8:9a

Dalam renungan kemarin kita sudah membahas tentang kemungkinan orang Kristen berdosa. Menurut tokoh gereja Agustinus, ada empat kemungkinan manusia dalam hal berdosa. Pertama, manusia sebelum jatuh ke dalam dosa: ia dapat berdosa; ia juga dapat tidak berdosa. Kedua, manusia setelah jatuh ke dalam dosa: ia tidak dapat tidak berdosa. Ketiga, manusia yang sudah lahir baru: ia dapat tidak berdosa. Keempat, manusia dengan tubuh kemuliaan: ia tidak dapat berdosa. Sebagai orang Kristen lahir baru, kita berada dalam status ketiga: dapat tidak berdosa. Artinya, kita juga masih dapat berdosa. Itu terjadi karena kita masih mengenakan tubuh yang lama, yang masih tercemar oleh dosa.

Bagaimana caranya agar kita tidak berbuat dosa? Dalam perikop bacaan hari ini, Rasul Paulus menjelaskannya. Kata kuncinya adalah Roh atau Roh Allah. Jika Roh Allah diam di dalam kita, maka kita tidak akan hidup di dalam atau menurut daging tetapi menurut Roh. Oleh karena Roh Allah diam dalam kita, maka kita punya kesanggupan mematikan perbuatan-perbuatan daging atau dosa.
Tanda bahwa kita itu anak Allah yang sejati adalah hidup kita dipimpin Roh (ay. 14). Hal pertama yang kita taklukkan di bawah Roh adalah pikiran kita (ay. 5). Yang kita pikirkan adalah hal-hal yang dari Roh atau hal-hal yang berkenan pada Allah. Jika pikiran kita sudah dikuasai oleh Roh Allah maka perbuatan kita pun akan seturut kehendak Allah. Kita akan memikirkan hal yang benar dan kudus, bukan perkara dosa.
Oleh karena itu, janganlah kita berdalih, “Saya manusia biasa, wajar kalau berdosa.” Mengapa kita tidak mengatakan, “Saya adalah anak Allah, saya sanggup hidup benar dan kudus.” Jika memulai dari kelemahan maka kita tidak akan mencapai tingkat kerohanian yang lebih tinggi. Sebaliknya, jika memandang diri sebagai umat tebusan yang dipimpin Roh maka ambisi kita adalah ambisi untuk hidup kudus dan berkenan pada Allah. Mari, serahkan diri kita dipimpin Roh Allah. Hanya dengan hidup di bawah pimpinan Roh Allah, kita dapat naik tingkat dalam hubungan dengan Allah.
Refleksi Diri:
Mengapa dalih “saya manusia biasa, wajar kalau berdosa” adalah dalih yang salah?
Bagaimana caranya hidup dipimpin Roh Kudus?
Share:

Bukan Tiruan Sembarangan

Efesus 5:1-2

Sebab itu jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih
- Efesus 5:1

Kita mungkin sering terkaget-kaget dengan barang-barang mewah yang mempunyai harga fantastis. Hanya segelintir orang yang mampu memiliki ataupun mengoleksi barang mewah tersebut. Eksklusifitas dalam bentuk, bahan, jumlah, ataupun kualitas dari barang yang dijual, membuat banyak orang mengingininya. Namun, tidak semua orang sanggup membeli barang mewah. Tak heran di beberapa pusat perbelanjaan, kita dapat menemukan berbagai barang tiruan dari barang mewah. Barang tiruan dibuat semirip mungkin dengan wujud barang aslinya karena banyak orang yang mencari barang tiruan dengan kualitas yang bagus. Ini dilakukan agar orang-orang dapat membeli model tiruan barang mewah dengan harga yang murah.
Kalau barang mewah saja ditiru karena keindahan yang dimilikinya, bagaimana dengan hidup kita sebagai anak-anak Allah? Apakah kita meniru hidup Allah yang begitu indah dan sempurna? Efesus 5 berisikan nasihat Paulus kepada jemaat Efesus untuk hidup sebagai anak-anak terang. Ia menekankan bukan hanya hidup menjadi anak terang, tetapi terlebih lagi Paulus meminta jemaat Efesus untuk hidup sebagai peniru Allah.
Kata “penurut” pada ayat di atas, dalam bahasa aslinya menggunakan kata μιμηταὶ (mimētai atau mimetes) yang berarti imitator atau peniru. Paulus berkata seharusnya kita yang sudah menjadi anak-anak Tuhan adalah peniru Allah. Peniru berarti segala sesuatu dilakukan semirip mungkin dengan apa yang Allah lakukan. Begitu juga di dalam hal karakter, sebagai peniru Allah kita harus mengikuti karakter Allah dalam karakter hidup kita. Karena itu, Paulus memerintahkan kita untuk hidup di dalam kasih sebagaimana kasih Allah kepada umat manusia. Kasih dari Allah menjadi dasar bagi kita untuk hidup seturut dan sesuai dengan apa yang Allah inginkan.
Hidup sebagai anak-anak Allah adalah hidup sebagai peniru Allah. Bukan peniru sembarangan, melainkan peniru yang berkualitas sesuai dengan kebenaran firman Tuhan. Barang tiruan saja dicari yang berkualitas bagus maka hidup sebagai anak Tuhan harus meniru Allah secara berkualitas. Mari kita belajar menjadi peniru Allah dengan kualitas terbaik yang kita mampu dengan sungguh-sungguh melakukan firman dan mengikuti kehendak Allah. Stop jadi tiruan sembarangan, tapi jadilah tiruan berkualitas sehingga semakin hari kita dapat semakin serupa dengan Yesus Kristus.
Refleksi Diri:
Apakah hidup Anda sudah menjadi peniru Allah yang berkualitas?
Apa yang ingin Anda lakukan agar dapat semakin serupa dengan Kristus?"
Share:

Keadilan Allah Dan Dosa Manusia

Wahyu 16:1-11
Dan manusia dihanguskan oleh panas api yang dahsyat, dan mereka menghujat nama Allah yang berkuasa atas malapetaka-malapetaka itu dan mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia.
- Wahyu 16:9

Pernahkah terbersit di pikiran Anda, mengapa orang benar menderita dan orang fasik berjaya selama hidup di dunia ini? Apakah Tuhan lalai? Jelas tidak. Tuhan tidak lalai, tetapi Dia sabar dan memberikan kesempatan kepada manusia untuk bertobat (2Ptr. 3:9). Namun, saat keadilan Tuhan akan dijalankan, perbuatan-perbuatan fasik tidak akan berlalu tanpa hukuman-Nya. Kebenaran ini terungkap jelas di dalam Wahyu

Pada perikop ini malaikat-malaikat menumpahkan tujuh cawan murka Allah ke bumi (ay. 1). Cawan pertama sampai ketiga ditumpahkan ke atas bumi, laut, sungai dan mata air (ay. 2-4). Berbeda dengan sangkakala yang mana hanya sebagian manusia yang terkena, hukuman cawan murka menimpa semuanya. Maka terjadilah malapetaka atas “semua yang memakai tanda dari binatang itu dan yang menyembah patungnya” (ay. 2), “segala yang bernyawa, yang hidup dalam laut” (ay. 3), dan sungai dan mata air “semuanya menjadi darah” (ay. 4). Air laut, sungai, dan mata air menjadi darah adalah simbol tentang matinya urat nadi perekonomian bangsa-bangsa. Cawan keempat mengakibatkan matahari begitu panas dan menghanguskan manusia (ay. 8). Ini juga lambang hukuman Allah atas kebejatan moral manusia. Cawan kelima menimpa “takhta binatang itu” yakni pemerintahan yang menganiaya orang percaya. Mereka dihukum sehingga “kerajaannya menjadi gelap”, yakni mereka terpisah dari terang Allah (ay. 10).
Keadilan Allah seperti pedang bermata dua. Ia mendatangkan pujian dan sukacita bagi orang benar, tetapi teror bagi orang fasik. Orang benar akan memuji Allah karena keadilan-Nya (ay. 5). Darah orang-orang kudus yang ditumpahkan telah dibalaskan (ay. 6). Hukuman Allah begitu keras, tetapi yang mengherankan adalah mereka tidak bertobat untuk memuliakan Dia (ay. 9) dan bahkan menghujat Allah di sorga (ay. 11).
Pengikut Yesus Kristus harus dengan sabar menanti keadilan Tuhan. Jangan iri dengan keberhasilan orang fasik di dunia, tetapi tekun dan sabar menjalani kehidupan di dalam iman. Waktu penghakiman Tuhan akan tiba, Dia akan menyatakan keadilan pada waktu-Nya.
Refleksi Diri:
Apakah ada terbersit di dalam perasaan Anda, iri hati terhadap keberhasilan orang-orang fasik? Mohonkan pengampunan dari Tuhan.

Bagaimana Anda melatih kesabaran dan ketekunan menjalani hidup, saat menantikan keadilan Tuhan?
Share:

MANFAAT MENYANYIKAN LAGU ROHANI

Efesus 5:19-20
AYAT HAFALAN
Efesus 5:19

Menyanyi merupakan salah satu aktivitas y dapat menenangkan hati. Salah satu manfaat bernyanyi bagi kesehatan mental adalah mengurangi stres. Hal ini terbukti melalui sejumlah penelitian yang menunjukkan bahwa kadar hormon kortisol atau hormon stres dalam tubuh seseorang dapat menurun setelah bernyanyi. Dokter Don Colbert, yang telah banyak menolong orang sekaligus penulis buku “Stress Less”, telah membuktikan bagaimana peranan lagu rohani bagi pasiennnya di dalam praktiknya. “Saya memainkan musik rohani di kantor saya untuk meningkatkan kesembuhan dalam tubuh para pasien saya. Musik inspirasional bisa mengisi lubuk hati Anda dengan damai sejahtera dan sukacita,” ucapnya.
Firman Tuhan sendiri banyak mengajak kita untuk bernyanyi bagi Tuhan. “Hendaklah perkataan Kristus diam dengan segala kekayaannya di antara kamu, sehingga kamu dengan segala hikmat mengajar dan menegur seorang akan yang lain dan sambil menyanyikan mazmur, dan puji-pujian dan nyanyian rohani, kamu mengucap syukur kepada Allah di dalam hatimu.” (Kolose 3:16). Bahkan Tuhan Yesus sendiri mempraktikkan bagaimana Ia menyanyikan lagu rohani. “Sesudah menyanyikan nyanyian pujian, pergilah Yesus dan murid-murid-Nya ke Bukit Zaitun.” (Matius 26:30). Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Rasul Paulus berkata, “Nyanyikanlah lagu-lagu rohani dengan tulus!” Bukan tanpa alasan Paulus menyerukan hal ini. Paulus sendiri telah merasakan bagaimana kuasa pujian menghadirkan mujizat dalam hidupnya. Saat mereka bernyanyi sampai tawanan lain mendengar, melalui nyanyian tersebut belenggu mereka terlepas secara ajaib dan semua pintu penjara terbuka (Kisah Para Rasul 16:25). Sebab Tuhan bersemayam di atas puji-pujian umat-Nya (Mazmur 22:3). Mulai saat ini, mari kita membiasakan diri untuk menyanyikan lagu-lagu rohani. Kita juga bisa melatihnya dengan mendengar lagu rohani. Saat mengemudi atau bekerja mainkanlah musik inspirasional Anda, dan Anda akan menemukan damai sejahtera Tuhan mengisi hati Anda. [RS]
REFLEKSI DIRI 
1. Apakah Anda sudah memiliki kebiasaan untuk menyanyikan dan mendengarkan lagu rohani?
2. Mengapa penting bagi kita untuk menyanyikan lagu-lagu rohani dengan tulus?
YANG HARUS DILAKUKAN
Biasakan diri untuk menyanyikan lagu-lagu rohani. Kita juga bisa melatihnya dengan mendengar lagu rohani. Saat mengemudi atau bekerja mainkanlah musik inspirasional Anda.
POKOK DOA
Bapa, firman-Mu mengajarku untuk bernyanyi dan bersorak bagi-Mu dengan segenap hati sebab Engkau bertahta di atas puji-pujian. Apa pun yang kualami, aku mau bernyanyi untuk-Mu sebab kasih-Mu besar di dalam hidupku. Dalam nama Yesus, Amin.
HIKMAT HARI INI
“Saya memainkan musik rohani di kantor saya untuk meningkatkan kesembuhan dalam tubuh para pasien saya.” – Don Colbert
Share:

DI MANAKAH KEPERCAYAANMU?

Lukas 8:22-33
AYAT HAFALAN
Lukas 8:25
Ketika berada dalam situasi yang baik, hal-hal yang kita rencanakan dan lakukan berjalan lancar, “pintu-pintu” seakan dibukakan, kita sering terkecoh bahwa hal-hal demikian menjadi indikasi yang menyatakan kita ada di dalam jalur kehendak Tuhan. Namun ketika hal yang kita rencanakan tidak berjalan lancar, kita pikir kita sedang berada di luar jalur kehendak-Nya. Padahal tidaklah selalu demikian. Ada kalanya perjalanan iman kita diperhadapkan pada situasi yang tidak mudah dan memang itu merupakan kehendak Tuhan. 
Suatu kali Yesus menyuruh para murid untuk bertolak ke seberang. Pesan Yesus jelas, “Marilah kita bertolak ke seberang danau” (Lukas 8:22). Itu artinya ini adalah kehendak Tuhan bagi para murid. Namun setelah menyeberang, mereka diperhadapkan dengan masalah. Badai taufan menerpa, perahu mereka kemasukan air, sehingga mereka berada dalam bahaya. Jika kita telusuri kelanjutan dari kisah ini, para murid ketakutan padahal mereka bersama-sama dengan Yesus. Yesus pun menegur sikap mereka dan bertanya, “Di manakah kepercayaanmu?” Setelah melalui badai tersebut, ternyata mereka sudah diperhadapkan dengan sebuah pelayanan penting. Mereka harus siap untuk melayani seseorang yang sangat membutuhkan, yaitu laki-laki yang dirasuki oleh setan-setan sekian lamanya. Dari kisah ini kita belajar bahwa ada kalanya ketika berada di jalur kehendak Tuhan, masalah bisa saja justru datang melanda. Kita juga jadi mengerti bahwa maksud dari setiap masalah adalah untuk menguji kualitas iman kita. Seperti halnya yang dikatakan oleh penulis Yakobus, agar kita menganggap sebagai suatu kebahagiaan apabila kita jatuh ke dalam berbagai-bagai pencobaan. Sebab ujian terhadap iman itu akan menghasilkan ketekunan, dan bila ketekunan itu memperoleh buah yang matang, kita menjadi sempurna, utuh, dan tak kekurangan suatu apa pun (Yakobus 1:2-4). Sementara kita kerap begitu terpaku dengan beratnya masalah, Tuhan justru sedang menanti kualitas iman kita untuk suatu tujuan yang lebih besar dan mulia. Jangan biarkan diri kita menjadi ragu akan kehadiran dan kuasa Tuhan. Sebaliknya, tunjukkan melalui sikap dan respon yang seturut dengan firman Tuhan bahwa kita benar-benar percaya penuh kepada Tuhan. [RS]

REFLEKSI DIRI 
1. Bagaimana Anda memandang sebuah masalah yang menerpa hidup Anda? Ketika diterpa masalah, apakah Anda benar-benar percaya pada Tuhan, dengan cara bagaimana?
2. Melalui kebenaran firman Tuhan hari ini, apa tujuan dari sebuah masalah?

YANG HARUS DILAKUKAN
Ketika diperhadapkan dengan masalah, tunjukkan melalui sikap dan respon yang seturut dengan firman Tuhan bahwa kita benar-benar menaruh percaya penuh kepada Tuhan.

POKOK DOA
Bapa, firman-Mu mengajarku tetap percaya pada-Mu di tengah masalah yang menimpaku. Mampukan aku meresponi masalah dengan benar, sehingga menghasilkan ketekunan, dan memperoleh buah yang matang, agar aku menjadi utuh. Dalam nama Yesus. Amin.

HIKMAT HARI INI
Kepercayaan kepada Tuhan terwujud dalam sikap yang mengakui kehadiran, kuasa, dan kedaulatan Tuhan atas setiap masalah yang menimpa.
Share:

Categories

Support

Need our help to upload or customize this blogger template? Contact me with details about the theme customization you need.